Semua Bab TAKDIR KEDUA: Bab 41 - Bab 50
122 Bab
39: PAPA
'BRAK!' suara pintu utama tertutup - terdengar begitu keras. Begitulah Viona, entah pergi kemana adab sopan santun wanita itu.Dirga masih menundukkan kepalanya, menunggu Anggara dan Anggita berkeluhkesah karena salah sikapnya yang menutupi penyebab perceraiannya dengan Viona. Walaupun Dirga berpikir tak ingin membuat keduanya khawatir, tetap saja, keputusan yang diambilnya adalah kesalahan. Tepat di hadapannya, Anggita masih menatap puteranya itu lekat. Air mata belum juga berhenti mengalir di wajah senjanya."Dirga..." rintih Anggara pelan, namun masih terdengar jelas di telinga Dirga."PAPA!" Dirga beringsut, bersimpuh di hadapan Anggara yang mencengkram erat dadanya. 'Ya Allah, Papa...'
Baca selengkapnya
40: ANOTHER PROPOSAL
Andien meregangkan tubuhnya dengan netra yang masih terpejam. Tadi ia tertidur di sofa ruang tamu, menunggu para penghuni rumah ini kembali. Kaki kirinya yang terluka terasa begitu nyeri. Andien membuka matanya, menatap Dirga yang duduk di atas karpet dengan menyandarkan punggungnya ke kaki sofa tepat di samping kepala Andien. Mata pria itu memejam walau tak tertidur. "Sayang..." panggil Andien seraya mengusap lembut kepala Dirga. Kedua netra Dirga terbuka. Ia menoleh, membenahi posisinya, menghadap Andien.
Baca selengkapnya
41: ALASAN TERSEMBUNYI (1)
Dirga dan Andien berjalan bergandengan memasuki pintu masuk utama Rumah Sakit. Pagi ini seusai sarapan dan memastikan ketiga malaikat kecil mereka sudah tuntas rutinitas paginya, mereka berdua pergi menjenguk Anggara. “Kamu yakin kaki kamu ga apa-apa sayang?” tanya Dirga yang masih saja khawatir dengan keadaan kekasihnya. Jika saja Andien tak henti merajuk pagi tadi, dipastikan Dirga tak akan membawanya ikut ke Rumah Sakit. “Iya. Ga apa-apa, kok.” “Kita pakai kursi roda
Baca selengkapnya
42: ALASAN TERSEMBUNYI (2)
Andien yang mendengar ucapan Dirga menghentikan langkahnya. Rengkuhan Andien di pinggang Dirga menguat, membuat Dirga turut menghentikan langkahnya. "Kok kamu ga bilang?" Lirih Andien. Dirga mengelus lembut punggung Andien, lalu kembali merengkuhnya, memberi isyarat agar mereka kembali melanjutkan langkah. "Ga apa-apa sayang. Ga keras juga naboknya. Tapi Bang Irgi nangis pas nabok aku. Bukan karena Papa sakit, tapi karena aku selama ini diam. Bang Irgi
Baca selengkapnya
43: LEMBARAN MASA LALU (1)
Dirga dan Andien memisahkan diri, duduk di tepi kolam renang, usai ketiga sahabat itu adu tanding kepiawaian karate dengan Irgi. Ian dan Borne yang kelelahan, terlentang tak tentu arah di ruang keluarga. Sementara Debby dan Meta asik menonton drama korea kesayangan mereka di Netflix. "Sayang, nanti diantar Borne dan Debby ya... Aku mau balik lagi ke rumah sakit. Ga tega ninggal Papa." "Iya ga apa-apa." Andien menautkan jemari mereka berdua. "Yang penting sekarang Papa, beliau biar sehat dulu."
Baca selengkapnya
44: LEMBARAN MASA LALU (2)
"Saat itu, Abah dan Ummah mendidik aku dengan keras. Mungkin karena merekapun dulu dididik seperti itu. Tapi, aku ga kuat dengan cara Abah dan Ummah. Akibat awalnya, aku jadi ga fokus belajar. Nilai-nilaiku hampir selalu di bawah rata-rata. Dulu kan ga seperti sekarang ya Kak, banyak psikolog anak yang bisa di ajak konsultasi. Ilmu-ilmu parenting juga sekarang mudah didapat. Jadi, merosotnya nilai-nilaiku justru membuat Ummah dan Abah berang. Itu salah satu penyebab yang bikin kamu jarang lihat aku keluar rumah." Andien memberi jeda. Dirga masih menyimak dengan seksama. 
Baca selengkapnya
45: PESAN
Andien menumpang Borne dan Debby dalam perjalanan pulang dari Bandung. Dirga yang belum bisa meninggalkan Papanya, meminta tolong pada Borne agar mengantar Andien sampai ke kediamannya di Bogor.  "Kedai buka non?" tanya Borne pada Andien.  "Buka. Mau mampir makan dulu?"  "Iye. Laper gue abis dihajar Bang Irgi."
Baca selengkapnya
46: PLEASE, NEVER LEAVE ME
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tetapi netranya belum juga terpejam.  'ting!'  Bunyi notifikasi ponsel membuatnya terbangun untuk meraih benda pipih itu di atas nakas.  [Ace] Baru banget sampe dari RS. Already miss you. Sleep tight baby.
Baca selengkapnya
47: SEUTAS CANDA
Beberapa hari kemudian.  "Halo sayang..." Sapa Andien hangat kala mengangkat panggilan telpon dari Dirga malam itu.  "Hey baby... Aku lagi di jalan. Baru keluar dari unit. Mau ke rumah sakit, nemenin Ian. Meta mau lahiran."  "Oh, aku besok inshaaAllah ke sana ya sayang. Ga mungkin aku malam-malam begini pergi."
Baca selengkapnya
48: RASA DAN FAKTA
"Dilarang ngomongin orang yang lagi tidur!" Ian bergumam dengan mata yang masih terpejam.  "Bangun juga lo."  "Bangunlah, kalian ngegibah di samping kuping gue!"  Andien dan Meta terkekeh bersamaan. 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status