Lahat ng Kabanata ng Two Sides Of The Same Coin: Kabanata 31 - Kabanata 40
46 Kabanata
Tiga Puluh
Takumi membuka kancing kerah kemejanya. Lalu duduk diatas sofa dan meminum kopinya yang masih hangat, karena baru saja dibuat. Hari ini Takumi sangat kelelahan karena harus bekerja lebih extra dari biasanya, sebab musim dingin akan datang seminggu lagi.Di toko Tosaka pun tidak akan melewatkan menjual buku-buku ataupun manga-manga musim dingin yang akan banyak dicari nanti. Nanti kumpulan buku musim dingin itu akan di pajang rapih di barisan terdepan agar semua orang bisa melihatnya, tentu saja kemudian membelinya. Walaupun pekerjaan Takumi akan bertambah tapi dia tetap menikmatinya. Menurut Takumi, melihat orang yang bahagia ketika membaca suatu buku itu adalah hal paling menarik, bahkan rasa lelahnya akan berkurang saat melihat sebuah kepuasan dimata pembeli tersebut.Karena terlalu lelah Takumi akhirnya membaringkan tubuhnya diatas sofa. Baru beberapa detik ia menikmati kenyamanan berbaring di sofa, tiba-tiba bel rumahnya berbunyi dengan keras membuat Takumi langsung membuka matanya
Magbasa pa
Tiga Puluh Satu
Musim dingin menyelimuti kota Tokyo malam ini. Salju pertama turun lebih cepat dari perkiraan. Junko yang hari ini pulang sedikit telat dari biasanya harus rela kedinginan sampai ke rumahnya. Selama perjalanan menuju stasiun bawah tanah Junko selalu mengosok-gosokan kedua tangannya dan juga menuipkan udara dari mulutnya ke telapak agar tangannya tidak membeku. Kebetulan yang sangat tidak mengenakan sekali karena hari ini Junko lupa membawa syalnya jadi udara dingin dengan bebasnya menyeruak masuk menyelimuti tubuh.Junko berhenti sejenak, sepertinya dia membawa sesuatu yang hangat di dalam tas. Ia mulai merogoh isi dalam tasnya tapi kemudian ia mendesah sedih karena di dalam sana tidak di temukan apapun selain buku-buku dan alat tulis. Sial... ia lupa membawa sarung tangannya juga...Suasana yang agak sepi membuat Junko lebih memperhatikan sekitar, takut-takut terjadi hal tidak mengenakan nanti. Ia mempercepat langkahnya, selain karena kedinginan ia juga merasa cemas.
Magbasa pa
Tiga Puluh Dua
Dengan sekali hentakan Junko menarik tangan Ryota setelah ia mengeluarkan sebuah plester luka dari tasnya. Sambil meneteskan air mata Junko membalut luka Ryota dengan benda itu."Nakamura-san, hei kenapa kau menangis?" tanya Ryota dengan suara lembut.Tapi Junko tidak menjawabnya, dia tetap fokus dengan luka-luka lelaki itu yang terlihat mengerikan di matanya. Tega sekali mereka..."Ini tidak apa-apa, kau tidak perlu menangis seperti ini," gumam Ryota, lelaki itu terus berusaha membuat Junko percaya bahwa dia baik-baik saja."APANYA YANG TIDAK APA-APA! Lihat lukamu ini pasti sangat menyakitkan..." Tangis Junko pecah begitu saja tidak dapat ia bendung lagi. Kenapa semua ini terjadi kepada orang-orang yang dekat dengannya, kenapa?"Na-Nakamura-san? Aku benar-benar baik-baik saja. Sungguh. Ini akan sembuh dalam dua hari," kata Ryota. Lelaki itu kemudian memandang sekeliling. "Sepertinya kereta terakhir sudah berangkat, ya? Kalau begitu..." Ryota melihat kembali
Magbasa pa
Tiga Puluh Tiga
"Apa-apaan kau ini?!" kata Sakurai, wanita itu menatap Takumi dengan mata memicing."Itu tidak sebanding dengan semua perlakuanmu padaku. Biar kuperingatkan mulai sekarang, JANGAN PERNAH MENDEKATI NAKAMURA JUNKO LAGI!" ucap Takumi dengan penuh penekanan. "Jika kau masih berani mendekatinya, aku akan melaporkan semuanya kepada ayahmu agar kau di seret pulang dari hidupku."Kenapa Takumi bilanh seperti itu? Karena Sakurai takut sekali kepada ayahnya. Jika ayah Sakurai mengetahui bahwa anaknya membuat kesalahan atau sampai menyakiti orang-orang, wanita itu akan langsung di jemput oleh suruhan ayahnya untuk pulang ke rumahnya."Itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan Otou-sama!" sanggah Sakurai. Sepertinya wanita itu mulai ketakutan saat Takumi berbicara mengenai ayahnya."Bukankah kau itu sama dengan kau menyakiti Nakamura Junko? Dia sama sekali tidak tahu apa pun tapi kau menyakitinya dengan cara licik seperti ini!" Emosinya keluar begitu saja saat membicarak
Magbasa pa
Tiga Puluh Empat
Junko membuka pintu rumahnya dan masuk ke dalam. Ia akan mandi air hangat terlebih dahulu sebelum makan malam. Tapi ketika ia akan pergi ke kamar mandi ponselnya berdering nyaring sampai membuatnya terkejut."Siapa yang menelpon malam-malam begini?" gumamnya, tapi Junko tetap menghampiri tas yang di dalam ada ponselnya kemudian mengangkat telepon yang ternyata berasal dari Masato Takumi."Moshimoshi?" sapa Junko."Junko, kau ada di dalam rumah?" sahut Takumi.Eh? Kenapa dia bertanya demikian? "Iya, aku sedang ada di rumah. Kenapa?" tanya Junko bingung."Jika tidak keberatan bisakah kau membuka pintu rumahmu, aku ada di depan sekarang," ujar pria itu, suaranya terdengar gemetar."Ah, baiklah. Tunggu sebentar!" seru Junko dan berlari kecil menuju pintu.Bukan hanya merasa heran Junko juga di kejutkan dengan kondisi Takumi yang wajahnya pucat pasi dan cara dia berdiri pun sudah tidak seimbang."Hei, kenapa kau ada disini?" tanya Junko. "Masuklah, di
Magbasa pa
Tiga Puluh Lima
Takumi membuka matanya perlahan. Rasa pening di kepalanya langsung menyengat dan membuatnya harus memejamkan matanya lagi agar ia bisa mengontrol rasa sakit itu, baru setelahnya, setelah rasa sakit itu sedikit berkurang Takumi melihat ke arah atas. Hanya pemandangan atap rumah.Eh? Atap rumah? Dimana ia sekarang?Takumi lalu menolehkan kepalanya kearah kiri dan menemukan gadis SMA itu meringkuk seperti bayi di sudut ruangan ini. Apakah dia tidur? batin Takumi.Gadis itu tidak boleh tidur disana karena bukankah sangat dingin?Takumi memaksakan tubuhnya untuk bergerak, membuat tubuh lemasnya itu untuk duduk terlebih dahulu sebelum menghampiri gadis itu.Bagaimana Junko bisa tidur disana dengan suhu sedingin ini?Dengan sisa tenaga yang ia punya Takumi membawa selimut yang tadi menutupi tubuhnya ke arah Junko ia berniat untuk menyelimuti gadis itu sehingga dia tidak akan terlalu kedinginan nantinya.Tapi pada saat Takumi akan menutupi tubuh Junk
Magbasa pa
Tiga Puluh Enam
Junko melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas, tapi belum ada beberapa langkah dia dihentikan oleh suara seruan dari seorang lelaki di belakangnya. Junko lantas menoleh dan mendapati Akihiko Ryota ada di ambang pintu kelasnya."Nakamura-san, ohayou gozaimasu," sapa Ryota kepada Junko sambil tersenyum tipis.Junko membalas sapaan dari Ryota dan senyumannya pula. "Ohayou gozaimasu Akihiko-san.""Bagaimana keadaanmu saat ini? Apa kau baik-baik saja?" Lelaki itu bertanya dengan lirikan mata yang mengarah ke keadaan Junko. Mungkin dia khawatir jika Junko sakit setelah kejadian semalam.Junko tersenyum. "Aku tidak apa-apa Akihiko-san. Tapi bagaimana denganmu?" Ia juga melirik tangan Ryota yang sekarang sudah di perban beberapa lapisan. Itu benar-benar mengerikan..."Oh, ini, ah tenang saja, ini juga baik-baik saja. Oh ya aku permisi dulu temanku memanggilku. Sampai jumpa lain waktu Nakamura-san!"Lelaki itu langsung pergi tanpa menunggu jawaban
Magbasa pa
Tiga Puluh Tujuh
"Aku harus pergi," ujar Junko kepada Kanna dan Ryota."Baiklah kalau begitu hati-hati ya. Dan jangan terlalu memikirkan masalah ini nanti kau sakit," sahut Kanna sambil menepuk pundak Junko.Junko tersenyum lembut dan mengusap tangan Kanna yang masih bertengger di pundaknya. "Aku akan selalu ingat pesanmu Kanna-san. Baiklah aku harus pergi!"Setelah melambaikan tangan, Junko menghilang dibalik pintu, ia kemudian menuruni tangga dan dengan cepat menuju kearah gerbang untuk menemui seseorang. Ia sudah tidak peduli dengan omongan orang-orang di sekolah ini, mereka hanya bisa menghakimi seseorang tanpa melihat terlebih dahulu fakta yang ada."Takumi-san?" Junko berseru kearah Takumi saat pria itu menengok kesana kemari, mungkin sedang mencari dirinya."Ah Junko!" seru pria itu, dia terlihat senang saat mengetahui Junko ada dihadapannya.Junko menghampiri Takumi. "Takumi-san mari bicara ditempat lain. Disini terlalu ramai," ujarnya memberi alasan
Magbasa pa
Tiga Puluh Delapan
Takumi membuang nafasnya perlahan saat ia melihat Hashimoto Sakurai sedang berada di teras rumahnya. Tapi yang membuat Takumi mendesah adalah Sakurai, wanita itu sedang bersama seorang pria dan mereka seperti sangat akrab, serta... mesra?Sakurai tidak mungkin bisa melihat keberadaan Takumi, tapi Takumi bisa dengan jelas melihat wanita itu. Sungguh menjijikan, dia berkata kepada ibunya bahwa wanita itu hanya mencintai Takumi tapi sebenarnya dia hanya ingin memiliki harta keluarga Takumi."Dari dulu sampai sekarang, wanita itu tidak pernah berubah sedikit pun. Dan jika dibandingkan dengan Mayumi, dia lebih berhati iblis," ucap Takumi dengan suara pelan.Tak ada lagi yang harus di bicarakan, semuanya sudah jelas bukan. Hashimoto Sakurai adalah wanira rubah yang menginginkan segalanya dan untuk ke untungannya sendiri. Setelah Takumi mengambil foto Sakurai bersama pria lain itu, ia langsung pergi untuk kembali ke toko buku milik Tosaka.***Jika diband
Magbasa pa
Tiga Puluh Sembilan
Akihiko Ryota duduk dihadapan Junko dan Kanna, memakai jaket abu-abu tebal membuat tubuh lelaki itu menjadi terlihat gemuk dan lucu."Hmm.. bolehkan aku bertanya soal kelanjutan masalahmu Nakamura-san?" tanya Ryota dengan hati-hati.Junko mengangguk. "Ini sudah mulai membaik Akihiko-san. Aku sudah tidak terlalu memikirkan perkataan mereka," jawabnya. "Kau tidak perlu khawatir tentang itu.""Yah syukurlah aku lega mendengarnya. Mereka hanya menyimpulkan omong kosong yang belum tentu faktanya. Menghakimimu seperti kau seorang penjahat, hah manusia memang seperti itu," ujar Ryota diakhir kalimat dia menghela nafasnya."Iya, mereka jahat seperti biasanya jika menyangkut permasalahn orang lain. Tanpa mengetahui fakta sebenarnya terlebih dahulu, mereka seenaknya menghakimi orang lain dengan sangat kejam," Kanna ikut berkomentar tentang masalah Junko.Junko merasa hatinya sangat penuh sekarang. Memiliki orang-orang baik seperti mereka berdua membuatnya sa
Magbasa pa
PREV
12345
DMCA.com Protection Status