"Apa-apaan kau ini?!" kata Sakurai, wanita itu menatap Takumi dengan mata memicing."Itu tidak sebanding dengan semua perlakuanmu padaku. Biar kuperingatkan mulai sekarang, JANGAN PERNAH MENDEKATI NAKAMURA JUNKO LAGI!" ucap Takumi dengan penuh penekanan. "Jika kau masih berani mendekatinya, aku akan melaporkan semuanya kepada ayahmu agar kau di seret pulang dari hidupku."Kenapa Takumi bilanh seperti itu? Karena Sakurai takut sekali kepada ayahnya. Jika ayah Sakurai mengetahui bahwa anaknya membuat kesalahan atau sampai menyakiti orang-orang, wanita itu akan langsung di jemput oleh suruhan ayahnya untuk pulang ke rumahnya."Itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan Otou-sama!" sanggah Sakurai. Sepertinya wanita itu mulai ketakutan saat Takumi berbicara mengenai ayahnya."Bukankah kau itu sama dengan kau menyakiti Nakamura Junko? Dia sama sekali tidak tahu apa pun tapi kau menyakitinya dengan cara licik seperti ini!" Emosinya keluar begitu saja saat membicarak
Junko membuka pintu rumahnya dan masuk ke dalam. Ia akan mandi air hangat terlebih dahulu sebelum makan malam. Tapi ketika ia akan pergi ke kamar mandi ponselnya berdering nyaring sampai membuatnya terkejut."Siapa yang menelpon malam-malam begini?" gumamnya, tapi Junko tetap menghampiri tas yang di dalam ada ponselnya kemudian mengangkat telepon yang ternyata berasal dari Masato Takumi."Moshimoshi?" sapa Junko."Junko, kau ada di dalam rumah?" sahut Takumi.Eh? Kenapa dia bertanya demikian? "Iya, aku sedang ada di rumah. Kenapa?" tanya Junko bingung."Jika tidak keberatan bisakah kau membuka pintu rumahmu, aku ada di depan sekarang," ujar pria itu, suaranya terdengar gemetar."Ah, baiklah. Tunggu sebentar!" seru Junko dan berlari kecil menuju pintu.Bukan hanya merasa heran Junko juga di kejutkan dengan kondisi Takumi yang wajahnya pucat pasi dan cara dia berdiri pun sudah tidak seimbang."Hei, kenapa kau ada disini?" tanya Junko. "Masuklah, di
Takumi membuka matanya perlahan. Rasa pening di kepalanya langsung menyengat dan membuatnya harus memejamkan matanya lagi agar ia bisa mengontrol rasa sakit itu, baru setelahnya, setelah rasa sakit itu sedikit berkurang Takumi melihat ke arah atas. Hanya pemandangan atap rumah.Eh? Atap rumah? Dimana ia sekarang?Takumi lalu menolehkan kepalanya kearah kiri dan menemukan gadis SMA itu meringkuk seperti bayi di sudut ruangan ini. Apakah dia tidur? batin Takumi.Gadis itu tidak boleh tidur disana karena bukankah sangat dingin?Takumi memaksakan tubuhnya untuk bergerak, membuat tubuh lemasnya itu untuk duduk terlebih dahulu sebelum menghampiri gadis itu.Bagaimana Junko bisa tidur disana dengan suhu sedingin ini?Dengan sisa tenaga yang ia punya Takumi membawa selimut yang tadi menutupi tubuhnya ke arah Junko ia berniat untuk menyelimuti gadis itu sehingga dia tidak akan terlalu kedinginan nantinya.Tapi pada saat Takumi akan menutupi tubuh Junk
Junko melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas, tapi belum ada beberapa langkah dia dihentikan oleh suara seruan dari seorang lelaki di belakangnya. Junko lantas menoleh dan mendapati Akihiko Ryota ada di ambang pintu kelasnya."Nakamura-san, ohayou gozaimasu," sapa Ryota kepada Junko sambil tersenyum tipis.Junko membalas sapaan dari Ryota dan senyumannya pula. "Ohayou gozaimasu Akihiko-san.""Bagaimana keadaanmu saat ini? Apa kau baik-baik saja?" Lelaki itu bertanya dengan lirikan mata yang mengarah ke keadaan Junko. Mungkin dia khawatir jika Junko sakit setelah kejadian semalam.Junko tersenyum. "Aku tidak apa-apa Akihiko-san. Tapi bagaimana denganmu?" Ia juga melirik tangan Ryota yang sekarang sudah di perban beberapa lapisan. Itu benar-benar mengerikan..."Oh, ini, ah tenang saja, ini juga baik-baik saja. Oh ya aku permisi dulu temanku memanggilku. Sampai jumpa lain waktu Nakamura-san!"Lelaki itu langsung pergi tanpa menunggu jawaban
"Aku harus pergi," ujar Junko kepada Kanna dan Ryota."Baiklah kalau begitu hati-hati ya. Dan jangan terlalu memikirkan masalah ini nanti kau sakit," sahut Kanna sambil menepuk pundak Junko.Junko tersenyum lembut dan mengusap tangan Kanna yang masih bertengger di pundaknya. "Aku akan selalu ingat pesanmu Kanna-san. Baiklah aku harus pergi!"Setelah melambaikan tangan, Junko menghilang dibalik pintu, ia kemudian menuruni tangga dan dengan cepat menuju kearah gerbang untuk menemui seseorang. Ia sudah tidak peduli dengan omongan orang-orang di sekolah ini, mereka hanya bisa menghakimi seseorang tanpa melihat terlebih dahulu fakta yang ada."Takumi-san?" Junko berseru kearah Takumi saat pria itu menengok kesana kemari, mungkin sedang mencari dirinya."Ah Junko!" seru pria itu, dia terlihat senang saat mengetahui Junko ada dihadapannya.Junko menghampiri Takumi. "Takumi-san mari bicara ditempat lain. Disini terlalu ramai," ujarnya memberi alasan
Takumi membuang nafasnya perlahan saat ia melihat Hashimoto Sakurai sedang berada di teras rumahnya. Tapi yang membuat Takumi mendesah adalah Sakurai, wanita itu sedang bersama seorang pria dan mereka seperti sangat akrab, serta... mesra?Sakurai tidak mungkin bisa melihat keberadaan Takumi, tapi Takumi bisa dengan jelas melihat wanita itu. Sungguh menjijikan, dia berkata kepada ibunya bahwa wanita itu hanya mencintai Takumi tapi sebenarnya dia hanya ingin memiliki harta keluarga Takumi."Dari dulu sampai sekarang, wanita itu tidak pernah berubah sedikit pun. Dan jika dibandingkan dengan Mayumi, dia lebih berhati iblis," ucap Takumi dengan suara pelan.Tak ada lagi yang harus di bicarakan, semuanya sudah jelas bukan. Hashimoto Sakurai adalah wanira rubah yang menginginkan segalanya dan untuk ke untungannya sendiri. Setelah Takumi mengambil foto Sakurai bersama pria lain itu, ia langsung pergi untuk kembali ke toko buku milik Tosaka.***Jika diband
Akihiko Ryota duduk dihadapan Junko dan Kanna, memakai jaket abu-abu tebal membuat tubuh lelaki itu menjadi terlihat gemuk dan lucu."Hmm.. bolehkan aku bertanya soal kelanjutan masalahmu Nakamura-san?" tanya Ryota dengan hati-hati.Junko mengangguk. "Ini sudah mulai membaik Akihiko-san. Aku sudah tidak terlalu memikirkan perkataan mereka," jawabnya. "Kau tidak perlu khawatir tentang itu.""Yah syukurlah aku lega mendengarnya. Mereka hanya menyimpulkan omong kosong yang belum tentu faktanya. Menghakimimu seperti kau seorang penjahat, hah manusia memang seperti itu," ujar Ryota diakhir kalimat dia menghela nafasnya."Iya, mereka jahat seperti biasanya jika menyangkut permasalahn orang lain. Tanpa mengetahui fakta sebenarnya terlebih dahulu, mereka seenaknya menghakimi orang lain dengan sangat kejam," Kanna ikut berkomentar tentang masalah Junko.Junko merasa hatinya sangat penuh sekarang. Memiliki orang-orang baik seperti mereka berdua membuatnya sa
Memikirkan itu membuat kepalanya sakit, lebih baik ia menghubungi Nakamura Junko agar perasaannya jadi membaik. "Oh, hai, moshimoshi?" ucap Takumi ketika teleponnya diangkat oleh gadis itu. "Selamat malam Takumi-san. Ada apa kau menelpon?" sahut Nakamura Junko di seberang sana. Takumi berdeham. "Yah, aku hanya ingin menelponmu dan mengetahui kabarmu," katanya. Sungguh Takumi malu sekali saat mengatakan itu, meskipun ia sekarang menjalin sebuah hubungan spesial dengan gadis itu. "Aku baik-baik saja Takumi-san dan bagaimana denganmu?" Gadis itu balik bertanya. "Aku?... Hmmm... aku juga baik-baik saja kok," sahut Takumi, senyumannya mengembang kala gadis itu juga mengkhawatirkannya. "Bagaimana dengan sekolahmu? Apakah mereka masih membicarakan mu?" "Aku sudah baik-baik saja Takumi-san," tambahnya. "Ah, syukurlah. Aku ikut senang mendengarnya," kata Takumi. Ia ingin memberitahu gadis itu siapa pelakunya, tapi ia merasa kalau Junko akan khawatir te