All Chapters of Qolbu Quddus: Chapter 31 - Chapter 40
152 Chapters
Chapter 31 Merubah Kopi Menjadi Susu
Ada beberapa yang merumpi tanpa tahu masalah sebenarnya, “Tidak usah mengunjingku! Kalian tidak tahu apa yang dia lakukan, sehingga membuatku semarah ini.... apa kalian tidak ingin bertanya, sebelum kalian menyebarkan gosip? Saya tandai wajah kalian semua ya.... siap-siap kalian, juga akan menjadi target selanjutnya....” dengan gerakan cepat, Fikri membuka sepatunya. Lalu melemparnya dengan kasar ke arah wanita yang sedang mengunjingnya. Membuat para wanita tersebut terteriak kaget. “Nggak usah teriak, sakit kuping saya dengarnya.... bawa kemari sepatu saya!” perintah Fikri dengan dingin. Para wanita itu, hanya diam. “Bawa kemari sepatuku!” teriak Fikri, membuat satu wanita tersebut segera mengambil sepatu tersebut dan memberikan pada Fikri. Fikri menatapnya dengan sinis. “Pakaikan ke kakiku!” perintah Fikri tersenyum dingin. Dia sangat senang membuat orang takut dan tunduk padanya. Wanita tersebut dengan tangan gemetar memakai sepatu tersebut dikaki Fikri. “Peringatan untuk sem
Read more
Chapter 32 Hukuman
Fikri memasuki rumah, dan dia sangat kaget, saat membuka pintu mendapat tamparan dari sang mama. Fikri memegang pipinya yang ditampar dan tersenyum melihat wajah kesal dari mamanya. “Ada apa bu?” tanya Fikri tersenyum. “Menurutmu apa kesalahan yang kau perbuat sehingga kau ditampar?” bentak Hanum kesal dan mendaratkan lagi satu tamparan. “Fikri tidak tahu kesalahan apa yang Fikri perbuat ma? Karena terlalu banyak kesalahan yang Fikri lakukan, sehingga membuat putih menjadi hitam….” jawab Fikri dengan tenang. “Sudah saya bilang, kau harus di antar jemput oleh Safira. Kenapa kau pulang sendirian? Dimana Safira? Apa kau meninggalkannya ditengah jalan hah?” Hanum membenturkan kepala Fikri ke dinding, membuat pria tersebut meringis. Sekali lagi tamparan mendarat di wajah pria itu. Fikri hanya diam saat sang mama melampiaskan kekesalannya. Hanya sesekali jika dia telah muak, dia memberontak. Hanum menarik dengan kasar tangan Fikri masuk kedalam kamarnya. Sedangkan Safira yang tertidur
Read more
Chapter 33 Bernegosiasi
Fikri duduk disofa sambil menikmati cake buatan Surtinah. Sedangkan Safira sudah siap hendak mengantarkan Fikri kesekolah. Safira mengerutkan keningnya saat melihat Fikri hanya memakai pakaian rumah saja. Barusaja hendak mendekati Fikri, Hartawan sudah berjalan mendekati Fikri dan membuang cake yang ada ditangan Fikri dengan kasar. Fikri menatap ayahnya dengan tenang. Sudah biasa dia diperlakukan seperti ini, sudah bukan hal yang biasa lagi. “Kenapa kau tak sekolah anak berandal? Enak saja kau malah santai-santai, mau jadi manusia bodoh kau?” bentak Hartawan menarik rambut Fikri dengan cukup keras. “Jawab saya, kenapa kau tidak masuk sekolah?” teriaknya tepat ditelinga Fikri. Lagi-lagi Safira hanya bisa menghela napas panjang, melihat target penyelidikannya diperlakukan tidak baik oleh ayahnya. “Saya di skor yah....” jawab Fikri perlahan, menahan sakit disekujur tubuhnya. “Kenapa? Apa karena kau memukul Bowo?” tanya Hartawan semakin berang. Kembali tamparan mampir kewajah Fikri. F
Read more
Chapter 34 Ruang Bk
“Permisi....” ucap Safira mengetuk pintu. Fika menoleh menatap tajam Safira dan menghentikan aktivitas menerangkan pelajaran. “Ini lagi dalangnya....” sindir Fika kesal. “Boleh saya bertemu dengan Fikri Wijaya Kusuma bu?” tanya Safira dengan wajah sok polos. “Ada apa kau bertemu pembunuh itu?” tanya Fika dengan nada sinis. “Mau merencanakan pembunuhan dan perampokan bu....” jawab Safira asal, membuat Fika mendengus kesal. “Masuk saja.... jangan bikin onar....” sindir Fika lagi duduk dikursinya. “Kek ibu nggak pernah bikin onar aja....” balas Safira membuat Fika memutar mata kesal. “Ngomong apa kamu tadi?” Fika berdiri dan berjalan mendekati Safira. Fika nampak kesal dengan sikap Safira yang terus menjawab kata-katanya. “Tidak apa-apa bu.... Cuma ingin mengatakan, ibu itu sangat cantik, tapi akhlaknya buruk....” ucap Safira dengan berani, membuat Fika makin berang. “Jaga ya sikapmu, jika tidak ingin saya usir keluar....” ancam Fika. “Iya bu.... tadi juga ibu yang terus ngajak
Read more
Chapter 35 Obat Tidur
Safira memasuki rumah Hartawan. Saat masuk dan mendapati Hartawan bersama istrinya sedang menonton televisi, Safira melangkah mendekat. “Maaf pak, bu, mau saya buatkan teh atau kopi?” tanya Safira saat sudah mendekati suami istri tersebut. Suami istri tersebut menoleh sebentar, “Buatkan teh saja....” jawab Hartawan dengan dingin. “Baiklah bu, pak, akan saya buatkan....” Safira undur diri. Segera melangkah ke dapur, membuatkan teh dan membawanya kehadapan Hartawan dan Hanum. Safir mengendap-endap menaiki tangga menuju kamar Fikri, “Sial malah dikunci.... Seharusnya aku ambil saja semua kuncinya kemarin....” umpat Safira mencoba membuka paksa kamar Fikri. “Sedang apa kau disini?” suara seseorang yang terdengar tidak ramah, membuat Safira menghentikan aktivitasnya. Safira menghela napas, segera berbalik badan. “Maaf bu, saya mau mengambil pakaian kotor tuan Fikri untuk dicuci....” jawab Safira mencoba menyembunyikan rasa gugupnya. Surtinah menatap Safira dengan tatapan penuh curiga
Read more
Chapter 36 Terusik
Safira meninggalkan bapak tersebut, dan memelankan laju motornya menikmati pemandangan disekitar jalan. Cukup lama, Safira mengendarai motornya, sebelum akhirnya mata Safira terusik oleh suatu yang membuat hatinya teriris. “Bapak sedang mencari apa?” tanya Safira mendekati seorang bapak yang sedang mengais-ngais sampah. Terlihat dari wajahnya sudah tua, namun jika dilihat dari badannya, masih terlihat kuat. “Mungkin mencari sesuatu yang bisa di makan nak.” Jawab sang bapak dengan acuh. “Kenapa harus mencari di tong sampah pak?” tanya Safira tidak mengerti. “Mungkin mencari sesuatu yang bisa di makan nak." jawabnya dengan acuh. Seharusnya dia berkerja dan mencari makanan ditempat yang semestinya. Bukan ditong sampah. “Lalu, mau mencarinya kemana lagi nak?” tanyanya dengan nada terdengar kesal. Seolah-olah Safira tak melihat betapa hancurnya dirinya sekarang. “Apa bapak tidak memiliki uang untuk makan?” kembali Safira bertanya dengan polos, seakan-akan tak melihat tampilan sang ba
Read more
Chapter 37 Langit dan Bumi
“Aku tidak membawamu kemana-mana....” balas Safira meringis terdesak ke tembok. “Jangan berbohong, aku melihatmu, diruangan yang bukan kamar dan rumahku. Jawab!” teriak Fikri emosi. “Aku tidak tahu apa yang sedang kau bicarakan.... Jangan asal menuduh orang. Kau memiliki bukti menuduhku seperti itu?” tanya Safira dengan nada menantang. Fikri sejenak terdiam memikirkan jawabannya. “Seharusnya kau berterima kasih padaku, telah membawamu pulang kerumah.... Kalau aku ingin berniat jahat padamu, pasti sudah kutinggalkan dirimu dijalan, atau pun kubunuh kau dan membuang mayatmu kelaut....” jelas Safira menatap dingin Fikri. “Atau jangan-jangan kau suka ya denganku? makanya kau suka sekali membuat masalah denganku?” ledek Safira menyeringai membuat Fikri melototkan matanya. “Apa kau merasa pantas untukku?” tanya Fikri dingin. “Apa kau merasa sangat cantik, seksi, kaya, sehingga kau merasa pantas menjadi pendamping ku?” bentak Fikri tidak suka dengan kata-kata yang dilontarkan Safira. “
Read more
Chapter 38 Sakit
Keduanya berhenti berdebat, saat Hanum berdehem beberapa kali, membuat keduanya diam. “Apa yang sedang kalian lakukan disini?” tanya Hanum dingin. “Dia Ma, tadi mencoba menyekapku disebuah rumah....” jelas Fikri kepada mamanya, yang hanya mendengus kasar mendengar penjelasan Fikri. “Bukan bu, saya membawanya dan mengendongnya sampai rumah, karena tuan Fikri tertidur dengan pulas....” potong Safira cepat. “Harusnya kau berterima kasih padanya Fik.... Kenapa kau malah menuduhnya?” tanya Hanum dengan tatapan tajam, dan selanjutnya Fikri mendapat tamparan dari sang mama, membuat Safira sempat terperanjat kaget. “Bisa tidak, kau tidak harus berbohong dan membuat kenakalan? Seharusnya kau belajar dikamarmu, bukan malah disini mengobrol dengan ART.” ketus Hanum menatap Fikri dan Safira dengan tajam. “Tapi, memang dia berniat jahat pada keluarga kita ma.... Dia sedang merencanakan sesuatu untuk menghancurkan keluarga kita....” jelas Fikri mencoba menyakinkan mamanya. “Kau yang telah men
Read more
Chapter 39 Lekas Pulih
Saat malam tiba, setelah membereskan makan malam, Safira langsung masuk ke dalam kamarnya, membuka laptopnya. Sunyi, itu yang dia dengar. “Ada nggak sih manusia didalam sana?” celutuk Safira kesal. Safira setia duduk diam mendengarkan melalui earphonenya, apa yang terjadi dikamar Fikri. Menit berikutnya, dia hanya mendengar petikan gitar dan perlahan-lahan terdengar sayup-sayup orang bernyanyi. Lagu Fiersa Besari: Kau dan aku sepasang orang asing Yang membawa kisah masing-masing Bertemu karena sakit berbeda…..“ terdengar Fikri menyanyikan lirik demi lirik dengan wajah sangat menghayati isi lagu. Sedangkan Safira hanya menghela napas pendek, saat lirik demi lirik didengarnya dengan cukup jelas. Berjuang untuk sembuh yang sama Aku tahu mereka berdusta Kita tidak baik-baik saja Tapi dengan segenggam harapan…. Fikri menyunggingkan senyum, sesekali matanya mengadah ke langit-langit kamar . Hatinya sakit, dia menghela napas lelah. Tubuh ini mencoba bertahan Di napas yang tersisa
Read more
Chapter 40 Tikus-tikus Berseragam
Safira langsung keluar dari kelas, di perjalanan Safira menghentikan motornya disebuah rumah. Safira diam mengamati yang terjadi di dalam rumah tersebut. “Angkat tangan dan tiarap! Kami polisi!” teriak para polisi menodongkan senjata. Belasan orang yang sedang berpesta sesaat menoleh kea rah polisi. “Selamat datang tikus-tikus berseragam,” ujar salah satu dari belasan orang yang sedang berpesta minuman keras dan narkoba, jenis sabu tersebut tanpa rasa takut. Tidak lain adalah seorang bandar yang terkenal dengan kejam dan menyuap siapa saja yang berusaha menghalangi perdagangan haramnya. “Jangan bergerak! Tiarap sekarang! Kalian kami tangkap!” “Hmmm, kalian yakin bisa menangkap kami, tikus-tikus berseragam?” ledek sang bandar menyulut rokoknya lalu menghembuskan asapnya dengan angkuh. “Setelah menangkap kami, apa yang akan kalian lakukan wahai tikus-tuikus yang di perbudak?” lanjutnya lagi dengan santai, melempar rokoknya kelantai dan menginjak rokok tersebut hingga padam. Sang b
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status