All Chapters of Sayangilah Aku : Chapter 31 - Chapter 40
51 Chapters
Bab 31
Angga dan Ana menatap pak dokter dengan cemas. Mereka mengerutkan keningnya masing-masing."Maksud Anda apa, Dok?!" tanya Angga cemas penuh tekanan.Pak dokter hanya diam. Dia mengembuskan napasnya berat. Dia menatap wajah Angga dengan tidak enak."Anak Anda terkena penyakit demam berdarah. Biasanya ini terjadi dengan gejala di antaranya ; panas dingin serta mual terus-terusan...," jelas pak dokter.Angga menunduk. Dia mengusap wajahnya kasar. Sedangkan Aarav hanya bisa diam. Hatinya sedih saat mendengar penjelasan pak dokter apalagi tahu bahwa dia mengalami sakit yang parah.Aarav mengembuskan napasnya berat. Dia pun memejamkan kedua matanya dan memutuskan untuk istirahat.***Mengetahui penyakit yang membahayakan kesehatan sekaligus nyawa sang anak, Angga pun segera membawa Aarav ke rumah sakit. Di sana, pak dokter dan perawat berusaha mengobati luka sekaligus rasa sakit Aarav. Ada selang infus yang menempel di ta
Read more
Bab 32
Aarav memakan sup yang disuapi Angga. Dia mengunyah nasinya dengan pelan-pelan. Meski harus diiringi dengan rasa tidak nyaman alias mual, dia tetap berusaha menelan makanan tersebut. Saat asyik makan bersama ayah, tiba-tiba perutnya menjadi sedikit mulas. Aarav memegang perutnya yang sakit sambil sedikit merintih.Angga yang melihatnya pun merasa khawatir. Dia meletakkan piring di meja dan memegang bahu Aarav, berusaha untuk menenangkannya.Aarav menatap wajah Angga dengan melas dan air mata yang sedikit membasahi pipinya."Pa ... Aarav makannya sudah ya. Aarav tidak kuat," ucapnya. Angga tersenyum kecil. "Iya, tidak apa-apa. Sudah sekarang Kamu istirahat saja."Aarav mengangguk pelan. Dia pun membaringkan tubuhnya ke ranjang dan tertidur. Angga hanya diam, dia mengambil selimut yang ada di pojokan dan menyelimuti tubuh Aarav. Sambil membelai rambut Aarav dengan penuh kasih sayang, Angga tersenyum kecil. Ke
Read more
Bab 33
Angga yang melihatnya segera memanggil dokter. Berulang kali dokter tersebut berusaha memeriksa Aarav, namun Aarav tidak bisa diam dan terus bergerak tidak karuan. Dia pun terpaksa menyuntikkan obat penenang pada lengan Aarav, sehingga membuatnya memejamkan mata dan tidak sadarkan diri akibat pengaruh obat. Sekilas pak dokter menatap Aarav dengan cemas. Kemudian dia berjalan menghampiri Angga sambil bertanya, "Apa anak Anda pernah mengalami kejadian atau sesuatu yang membuatnya gelisah?"Angga mengerutkan keningnya. "Gelisah? Maksudnya?" tanya balik Angga penasaran dengan pertanyaan yang baru saja didengarnya.Pak dokter mengembuskan napas berat."Sepertinya anak Anda mempunyai sedikit gangguan pada kesehatan mentalnya. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai macam. Salah satu contohnya yaitu karena pengalaman yang kurang mengenakan atau karena sikap seseorang yang membuatnya gelisah bahkan trauma ...," jelas pak dokter.Angga
Read more
Bab 34
Aldo segera melangkahkan kakinya menuju ruangan Aarav. Di sana, dia melihat temannya sedang makan bersama ayahnya, apalagi disuapi olehnya. Aldo menggelengkan kepalanya pelan. Dia mengetuk pintu secara pelan-pelan agar tidak mengganggu orang-orang yang ada di sekitarnya. Angga yang dari tadi sedang bercanda bersama putranya tidak sengaja mendengar suara ketukan pintu. Sorot matanya tertuju pada seseorang di balik pintu. 'sapa dia?' tanya Angga dalam hati. Dia beranjak dari kursi dan pergi membukakan pintu.CeklekAldo tersenyum menatap Angga."Selamat sore, Pak. Saya Aldo, teman Aarav."Angga tersenyum. "Oh jadi kamu temannya Aarav, ya udah, sini silakan masuk.." ajak Angga. Dia kemudian pamit pergi.Aldo hanya diam dan tersenyum. Dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam dan berjalan menghampiri Aarav yang sedang makan, sedangkan Aarav terkejut melihat kedatangan temannya."Bagaimana keadaanmu?" tanya Aldo ramah. Dia mengambil sebuah kursi
Read more
Bab 35
Angga hendak berjalan keluar rumah sakit. Saat dia melangkahkan kakinya, tiba-tiba terkejut melihat Farah juga ada di sana. Sesaat dia menghentikan langkahnya dan terdiam sambil menatap Farah sambil mengerutkan keningnya. Sedangkan Farah hanya diam. Dia berjalan menghampiri Angga sambil tersenyum."Hai," sapanya. Angga hanya diam, tidak menjawab sapaan Farah. Dia menatap Farah kesal."Apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau selalu ada di mana pun aku berada?" tanya Angga emosi.Farah tertawa pelan."Itu berarti jodoh. Kan kata orang jodoh itu salah satu tandanya sering dipertemukan ya walaupun kau sendiri berusaha menjauh dariku," jawab Farah sambil tersenyum kecil. Angga memutar bola matanya malas. Dia mengembuskan napasnya berat.Farah menggeleng sambil tersenyum kecil. "Tidak, aku hanya bercanda. Aku ke sini untuk berobat, kalau kau?" Angga menatap Farah dengan kesal sekilas. "Aarav sakit, jadi dia---""Apa!? Aarav sakit? Kenapa tidak
Read more
Bab 36
Angga menghampiri Aarav. Dia berusaha menegur dengan bertanya, "Aarav sayang, apa yang kau ucapkan tadi? Kenapa kau bilang dia itu Mama?" Aarav melepaskan pelukannya dari Farah dan tersenyum menatap Angga."Ayolah Papa, kan Tante Farah selama ini sudah berbuat baik sama aku, jadi aku pengin dekat sama dia, lagian Tante Farah itu sudah seperti Mamaku sendiri, bahkan dia jauh lebih baik dari Mama," jelasnya panjang lebar tanpa berpikir bagaimana perasaan orang lain terutama ayahnya. Meskipun bibirnya bilang Farah lebih baik dari Vira alias ibunya sendiri, hati Aarav justru berkata lain. Bagaimanapun juga, seorang ibu sejatinya tidak akan pernah tergantikan.Saat sedang bersedih merenungkan ibunya, tiba-tiba sebuah tamparan mendarat di pipi Aarav. Spontan dia memegangi pipinya tersebut dan menahan rasa sakit. Dia menatap Angga kesal."Apa yang Papa lakukan? Papa mukul aku? Apa Papa sudah mulai berubah? Papa gak sayang sama Aarav?" tanyanya dengan air mata yang mu
Read more
Bab 37
Melihat sikap Ana yang terus memperhatikannya membuat Aarav menjadi tidak nyaman. Dia meletakkan sendoknya di piring kemudian berjalan menghampiri Ana dan bertanya, "Ada apa, Bi?"Ana spontan menggelengkan kepalanya pelan. Dia tersenyum menatap Aarav dan berusaha menenangkannya."Tidak ada apa-apa," elak Ana.Aarav mengangguk pelan. Dia berbalik dan kembali makan bersama dengan ayah dan tantenya. Sementara, Ana hanya diam dan berlalu pergi meninggalkan ruangan.***Keesokan paginya, sinar matahari menembus sebuah jendela yang ada di kamar Aarav. Sehingga membuat Aarav yang tadinya asyik tertidur dan terlelap dalam mimpinya kini terpaksa terbangun, meski diiringi dengan rasa kesal yang ada di hatinya. Sambil berusaha membangunkan kesadarannya, Aarav menyandarkan tubuhnya di pojok kasur. Tanpa disengaja dia melihat Angga ada di kamarnya sedang membuka gorden yang ada di jendela.Selesai membuka gorden dan merapikannya, Angga be
Read more
Bab 38
Reina mengernyitkan dahinya sambil berusaha memandangi pemuda yang terjatuh itu. DegDia terkejut melihat Aarav masuk ke kelas. Akhirnya setelah beberapa hari, mereka bisa bertemu. Saat akan berjalan menghampiri Aarav, tiba-tiba saja langkahnya menjadi terhenti dan terdiam melihat Dennis sedang mengejek Aarav sekaligus menertawakan keadaannya.Aarav yang mendapatkan bully an dari Dennis dan geng nya hanya bisa diam. Dia tidak bisa melawan dan hanya menatapnya kesal. Tiba-tiba, saat asyik mengejek, Reina datang menghampiri mereka. Gadis itu menolong Aarav untuk berdiri dan memegang tangannya, berusaha menenangkan dirinya. Sedangkan Aarav menatap Reina cemas."Heh, maksud kalian apa ngehina orang kaya gitu? Dasar keterlaluan," umpatnya.Dennis memutar bola matanya malas. Dia menatap Reina kesal."Terserah aku, mau menghina dia, mau memuji dia. Kamu siapa? Bisa ngatur aku?" balas Dennis tak mau kalah.Reina mengembuskan napasnya berat."Aku itu te
Read more
Bab 39
Saat di kantin, Aarav dan Reina terpisah. Mereka sibuk memilih jajanan yang hendak dibeli. Aarav tersenyum senang melihat Snack yang dia cari ada di depannya. Dia pun segera pergi untuk membayar Snack yang dia beli itu. Tapi saat dia berbalik, tiba-tiba tanpa sadar menabrak seorang gadis hingga mereka terjatuh bersama.Tiara memegangi punggungnya yang kesakitan sambil meringis. Sedangkan Aarav mencoba untuk berdiri dan membersihkan pakaiannya, setelah itu, dia mencoba untuk menolong Tiara."Maaf, sini aku bantu," ucap Aarav sambil mengulurkan tangannya.Tiara mendongakkan kepalanya. Dia terkejut melihat sikap Aarav. Sebelum pertanyaan menghantui pikirannya, dia segera membalas uluran Aarav dan berdiri.Aarav memandangi Tiara dengan rasa bersalah. Dia menunduk."Aku minta maaf, kamu gak apa-apa kan?" Tiara tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya."Gak apa-apa."Aarav pun pamit pergi meninggalkan Tiara dan membayar jajanannya pada ibu kantin. Sementara Tiara hanya diam dan terse
Read more
Bab 40
Saat di dalam mobil, Aarav terus terdiam sambil melipat kedua tangannya dan sesekali memandangi jalanan. Dia terlihat kesal.Angga yang melihat sikap Aarav seperti itu tertawa pelan. Dia bertanya pada anaknya, "Ada apa? Kenapa kau kesal?"Aarav menatap Angga kesal sekilas. Dia mengembuskan napasnya sambil mengalihkan perhatiannya ke sebuah warung-warung yang ada di pinggir jalan. "Papa tanya, kamu kenapa?"Aarav yang mendengar pertanyaan Angga menjadi makin jengkel. Dia menatap ayahnya kemudian menjawab, "Gak apa-apa. Papa dari mana aja? Aarav nungguin papa lo dari tadi."Angga menunduk sambil tersenyum kecil. "Hanya itu?"Aarav hanya diam. "Baiklah, Papa yang salah. Maafkan Papa," ucap Angga. Aarav yang tadinya kesal kini tersenyum. Dia mengangguk dan merasa senang mendengar ucapan ayahnya."Baiklah, Aarav mau maafin Papa, asal---""Asal apa?""Papa beliin Aarav es krim," pinta Aarav yang membuat Angga terkejut mendengarnya. Dia sedikit tertawa pelan. Meski begitu, Angga tetap menu
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status