All Chapters of Perfect Mommy : Chapter 41 - Chapter 50
71 Chapters
Merindukan
Rencana satu minggu di London, akhirnya menjadi dua minggu. Pekerjaan Noah yang begitu banyak membuatnya harus mengundur kepulangan mereka. Cia sebenarnya bosan di rumah karena sulit untuk ke mana-mana saat musim salju. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah saja. Mengingat cuaca terkadang tidak bisa diprediksi. Hingga tidak mau mengambil risiko untuk membawa Lora keluar. Kepulangan Cia dan Noah yang diundur membuat Papa Felix dan Mama Chika begitu merindukan Lora. Mereka tidak sabar untuk bertemu dengan Lora. Cia pun hanya bisa meminta kedua orang tuanya untuk bersabar karena Noah belum menyelesaikan pekerjaanya. Tepat dua minggu, akhirnya Noah dan Cia memutuskan untuk pulang. Pekerjaan Noah sudah semakin berkurang dan bisa dikerjakan jarak jauh. “Hari ini aku akan selesaikan pekerjaanku terlebih dahulu.” Noah mengecup kening sang istri sebelum berangkat. Malam ini mereka bertiga akan kembali ke Indone
Read more
Pria Yang Dicari selama ini
Cia dan Noah bersiap untuk menghadiri acara di hotel milik Al. Akan ada chef yang beradu keahlian masak di sana. Acara pasti akan sangat meriah. Karena chef tidak hanya berasal dari Indonesia. Namun, dari berbagai negara. Sebenarnya acara sudah diadakan sejak seminggu yang lalu, dan kali ini adalah final untuk acara tersebut. Cia dan Noah diundang untuk acara final. Menikmati menu-menu yang akan tersaji. Selain orang tua yang tampil cantik dan tampan, ada Lora yang tak kalah cantik. Bayi kecil itu memakai gaun lucu membuat semua orang di sekeliling sangat gemas. Terutama orang tuanya. “Apa kamu sudah siap?” tanya Noah yang menghampiri istri dan anaknya. “Sudah.” Noah langsung menggendong Lora. Mereka bersama-sama menuju ke tempat parkir. Bayi kecil itu pun duduk manis di car seat di belakang. Cia pun ikut duduk menjaga Lora. Lora yang belum genap setahun harus menghadap ke belakang ketika duduk di car seat. M
Read more
Aku Yang Melakukannya
Cia menatap lekat wajah Noah dari kejauhan. Sesekali dia melihat Lora yang berada di gendongannya. Tak pernah Cia sadari jika keduanya begitu mirip. Bola mata biru yang begitu indah dari keduanya menjadi hal yang paling menonjol yang membuat mereka begitu mirip. Senyum Noah dan Lora pun tak kalah mirip. Keduanya bak pinang dibelah dua. Memang seolah tak bisa dielakkan jika orang akan mengira jika Noah adalah ayah dari Lora. Ke mana selama ini dirinya? Itulah yang menjadi pertanyaan Cia selama ini. Dia tak menyadari sama sekali kemiripan itu, dan justru percaya dengan Noah yang mengatakan jika bisa saja mereka mirip karena banyak yang mengalaminya pada anak adopsi. Tampak dari kejauhan Noah melambaikan tangan Lora. Menyapa mommy-nya yang berada jauh di sana. Senyum keduanya pun mengembang sempurna di wajah keduanya. “Sayang,” ucap Noah ketika berhenti tepat di depan Cia. Tepat saat Noah memanggil Cia, seorang pria yang
Read more
Mempertahankan
Semalaman Noah tidak bisa tidur. Dia memilih merokok dan menikmati kopi untuk mengusir penatnya. Sudah sejak lama Noah tidak merokok, terutama ketika anaknya lahir. Tak mau bawa nikotin yang menempel di tubuhnya terhirup oleh anaknya. Noah terus merutuki kesalahannya. Dia begitu menyesal karena telah melakukan banyak kesalahan dalam hidupnya. Termasuk dengan menyakiti orang yang begitu dicintainya. Andai waktu bisa diputar kembali Noah ingin memperbaikinya. Sayangnya, waktu terus saja berputar dan tak akan pernah kembali. “Bagaimana caranya aku menyakinkanmu jika aku benar-benar mencintaimu?” Noah menyandarkan tubuhnya pada sofa berbahan kulit yang terdapat di kamarnya. Melihat tempat tidur yang begitu sepi membuat Noah begitu sedih ketika hanya tinggal dirinya seorang saja yang ada di apartemen. Noah sadar, tumpukan kesalahan yang dilakukannya tak akan bisa dimaafkan begitu saja. Terlebih lagi ada hati yang begitu terluka denga
Read more
Kenapa Harus Dia?
Freya berusaha menenangkan Cia. Isak tangis yang terdengar begitu menyesakkan, membuatnya bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Cia. Dia mengerti bagaimana luka yang dirasakan adiknya. “Kenapa harus dia?” tanya Cia yang masih tidak terima dengan kenyataan yang ada. Rasanya begitu sakit ketika mengetahui jika ternyata Noahlah yang melakukan semua itu. Saat Lora lahir, Freya sempat terkejut ketika melihat bola mata biru milik anaknya. Dia memang sudah yakin jika Ken bukan ayah dari Lora. Namun, yang tak pernah Cia duga adalah jika Noah adalah ayah dari Lora.Freya tidak bisa mengatakan apa-apa. Dia hanya bisa menenangkan adiknya yang begitu terluka. “Kenapa mereka yang begitu dekat dengan kita, yang harus menyakiti? Apakah mereka tidak sadar, jika mereka akan menyakiti lebih dalam dibanding orang lain.”Apa yang dilakukan Noah memang membuat Cia begitu terluka. Noah yang melakukan hal keji itu, bak penolong ketika menawarkan diri b
Read more
Mengulur Waktu
Cia berlalu ke kamarnya. Sekuat tenaga dia menahan tangisnya. Tak mau anaknya kembali melihatnya menangis. Cia menyusui Lora. Menemani anaknya itu sampai tertidur. Melupakan sejenak kesedihan yang dirasakannya. Dengan lembut tangannya membelai rambut Lora. Mendaratkan kecupan di sana. Sekali pun membenci ayah dari Lora, tetapi tetap saja cintanya untuk Lora tidak dihilangkan. Baginya, Lora adalah hasil perjuangannya yang harus dihargainya. Lora adalah alasannya bertahan hidup kala itu. Jadi kini Lora pula yang jadi alasannya bertahan juga dari kesedihan.Sekarang memang jam tidur Lora. Jadi wajar jika bayi kecil itu langsung tertidur pulas ketika sang mommy menidurkannya. Suara ketukan pintu terdengar. Cia hanya memutar kepalanya untuk melihat siapa yang ke kamarnya. Ternyata papa dan mamanyalah yang berada di balik pintu. “Sayang,” panggil Mama Chika pada Cia. Cia mengembuskan napasnya. Berusaha menahan sakit
Read more
Kesempatan
Hari ini Cia akan pergi ke pengadilan. Berharap jika semua akan cepat selesai ketika dia datang. Tak akan banyak drama dan semuanya bisa segera usai. Cia memandangi wajahnya di depan cermin. Menguatkan dirinya yang akan pergi ke pengadilan. Bukan perceraian yang tak ingin dihadapinya, tetapi Noahlah yang sebenarnya tak ingin dihadapinya. Bagi Cia, masih terasa berat baginya bertemu dengan Noah. Terlebih lagi pria itu kini menjadi sumber kebenciannya. “Kamu sudah siap?” Pintu kamar yang terbuka membuat sang mama dapat masuk begitu saja. Dengan menggendong Lora, dia menghampiri anak bungsunya itu. “Iya.” Cia berdiri. Meraih tas miliknya yang berada di atas meja riasnya. Menguatkan dirinya yang akan menghadapi hari berat kali ini. Cia mengayunkan langkahnya keluar dari kamarnya. Menemui sang papa yang sudah menunggunya. Rencananya Papa Felix akan menemani anaknya ke pengadilan. Tak hanya Papa Felix, El, dan Freya pun juga ikut
Read more
Menerima Tawaran
Suara ketukan pintu terdengar ketika Noah menikmati tidurnya. Semalam setelah lembur kerja, dia tertidur di sofa. Masih dengan pakaian kerjanya-lengkap. Padahal kemarin adalah hari Sabtu dan harusnya dia libur, tetapi sengaja Noah bekerja untuk mengisi kebosananyaMendengar suara pintu yang diketuk, membuat Noah mengerjap. Sambil masih mengembalikan kesadarannya, matanya melihat ke sekeliling. Noah baru mengingat jika semalam tidur di sofa. Pantas saja tidurnya terasa tidak nyaman. Suara ketukan pintu yang semakin kencang dan berirama membuat Noah bergegas berdiri. Berniat untuk membuka pintu. Ingin tahu siapa yang datang pagi-pagi sekali. Seingatnya, dia tidak punya janji dengan siapa pun kemarin. Noah membuka pintu. Alangkah terkejutnya dia ketika melihat siapa gerangan yang berada di depan apartemennya. Matanya yang tadinya masih sipit, seketika membola sempurna. “Kalian.” Noah tidak percaya jika yang datang adalah anak d
Read more
Tidak Akan Mengulang
Sekali pun berada dalam satu rumah, tak banyak interaksi antara Noah dan Cia. Di kala Noah bermain dengan Lora, Cia akan memilih pergi atau mungkin mengerjakan sesuatu. Begitu seterusnya. Hingga tak ada saat mereka berdua. Namun, pagi ini saat Lora belum bangun, Cia harus berhadapan dengan Noah ketika keluar dari kamarnya. Berpapasan dengan suaminya itu, yang juga sedang melintas di kamarnya. “Lora belum bangun?” tanya Noah. “Belum.” Noah berlalu menuju ke dapur. Berniat membuat secangkir kopi. Dia membuka semua lemari untuk mencari kopi dan gula, tetapi entah ada di mana benda itu, tiba-tiba saja tidak ada. Seingatnya dia menaruh di tempat yang mudah dilihatnya. “Cari apa?” Melihat apa yang dilakukan Noah, membuat Cia tergelitik untuk bertanya. “Aku mencari gula dan kopi.” Cia langsung membuka lemari yang belum dibuka Noah. “Tempat gula, teh, dan kopi ada di sini,” ucapnya sambi
Read more
Bukan Karma
Semua orang yang memakan kue buatan Cia mengatakan jika kue buatan Cia begitu enak. Hal itu membuat Noah ikut senang. Dengan beberapa catatan dari orang-orang yang didapatnya, Noah pulang dengan semangat. Tepat saat masuk ke apartemen, aroma manis kembali tercium. Noah sudah menduga jika Cia sedang membuat kue lagi. Benar saja dari kejauhan, dia melihat Cia yang sedang asyik membuat kue di dapur. “Kamu sudah pulang?” Cia yang sedang berbalik untuk meletakkan kue, melihat suaminya yang baru saja datang. “Iya,” jawabnya seraya menghampiri Cia.“Lihat, aku mengumpulkan komentar mereka yang makan kuemu.” Noah menunjukkan kertas yang didapatnya. “Wah ... Coba aku lihat.” Cia begitu antusias ingin membaca komentar mereka yang makan kue miliknya. Cupcake begitu enak. Manisnya pas.Rasanya enak dan warnanya menarik. Ini cupcake yang terenak yang ada.Deretan pesan itu membuat
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status