All Chapters of Perfect Mommy : Chapter 21 - Chapter 30
71 Chapters
Sindrom Kehamilan Simpatik
Di sudut tea house Noah menikmati secangkir tehnya. Teh yang disajikan hangat pun perlahan dingin ketika sang empunya tidak segera meminumnya. Seminggu kepulangan Cia, Noah masih dengan pikirannya. Rasa bersalahnya begitu menghantui, hingga membuatnya benar-benar kacau. “Hai,” sapa Albert seraya menarik kursi dan mendudukkan tubuhnya. Dilihatnya temannya itu sudah sebulan belakangan ini terlihat murung sekali. “Kamu lama sekali!” keluh Noah. Sudah satu jam dia menunggu temannya itu, tetapi sang teman tak kunjung tiba. “Maaf, ada beberapa pekerjaan yang harus aku kerjakan.” Noah memanggil pramusaji. Meminta untuk mengganti teh hangat baru. Teh dingin tidak terlalu enak ketika diminum.  “Bagaimana, berhasil?” tanya Albert. “Tidak,” jawab Noah seraya menggeleng. “Aku sudah sampai menghilangkan barang bukti dan kamu tidak berhasil!” Albert hanya bisa menggeleng. Ternyata usahanya sia
Read more
Noah Menyiapkan Semua
Kebenaran yang ada, membuat El benar-benar frustrasi. Dia merasa jika apa yang menimpa Cia adalah kesalahannya. Mempercayakan pada Noah adalah kesalahan fatal yang dilakukannya. Harusnya dia sadar siapa Noah. Pria yang suka berkencan dengan wanita dan entah berapa wanita yang sudah dijamahnya. Rasanya El tidak rela Cia mendapatkan pria seperti Noah. “Apa kamu lihat anak Cia cantik sekali?” Freya naik ke atas tempat tidur. Menyusul El yang sudah lebih dulu. “Iya, apa setelah melihat anak Cia kamu ingin anak perempuan?” tanya El menggoda. “Aku belum sanggup jika harus tambah lagi. Biarkan Kean dan Lean besar. Lagi pula sudah ada Lora yang akan menjadi adik mereka.” “Panggilannya Lora?” tanya El dan mendapati anggukan dari Freya. “Oh … ya, aku bersyukur sekali Noah ada di rumah. Paling tidak ada yang membawa Cia ke Rumah sakit.” Kemarin Freya mendapatkan cerita jika Noah yang mengantarkan ke Rumah sakit. “Dia su
Read more
Kamu Yang Lebih Penting
Sudah dua hari ini Noah mengurung dirinya di kamar. Memikirkan bagaimana ke depan hidupnya. Beberapa hari berada di samping Cia membuatnya merasa ada yang hampa dalam hidupnya ketika jauh dari wanita itu. Terlebih lagi saat melihat anaknya yang baru lahir kemarin, hidupnya seolah lengkap sudah. Pagi ini dia mulai kembali bekerja lagi. Walaupun pikirannya kacau, tetapi tetap saja dia harus menjalankan tanggung jawabnya. Terlebih lagi perusahaan adalah hal berharga miliki yang kini menjadi nomor dua setelah Cia dan anaknya.Noah memulai bekerja dengan beberapa berkas yang harus dicek. Meninggalkan kantornya lebih dari dua minggu memang membuat pekerjanya begitu banyak, dan hal itu harus segera diselesaikannya. Saat sedang mengerjakan pekerjaanya suara telepon di mejanya berdering. Tangan kanannya yang sedang memegang bolpoin, membuatnya mengangkat dengan tangan kirinya. “Maaf, Pak, ada telepon dari Pak Justin.” Suara se
Read more
Izinkan Aku Menebusnya
Di tengah malam tidak hanya suara Lora saja yang ramai, tetapi suara Cia dan Noah yang saling bercerita begitu ramai. Cia menceritakan apa saja kegiatannya hari ini bersama Lora. Mendapati cerita itu, membuat Noah begitu senang sekali karena sekali pun jauh dia dapat mendengar kabar anaknya dari Cia. “Kapan Kak Noah ke sini?” tanya Cia. Sebulan sudah Noah kembali dan sebulan sudah usia Lora. Tak terasa sebulan begitu cepat sekali. Pertanyaan itu terlalu sulit untuk Noah jawab. Mengingat dia sudah berjanji pada Papa Felix dan El untuk tidak menemui Cia. “Aku belum tahu.” “Baiklah, kabari jika Kak Noah ke sini. Lora pasti senang melihat Kak Noah.” Bukan hanya Lora yang senang, tetapi aku juga, batin Cia. “Baiklah, aku akan kabari,” jawab Noah. Saat Lora sudah tidak kembali lagi terdengar suaranya, akhirnya Noah pun mengakhiri teleponnya. Meminta Cia untuk beristirahat agar besok bisa dengan segar mengurus anaknya. 
Read more
Mudah Menyakiti
Cia begitu heran dengan papanya yang mengajaknya berlibur. Padahal tidak ada obrolan apa-apa sebelumnya. Ada perasaan aneh, tetapi saat melihat pemandangan laut, rasanya begitu senang sekali. “Lihat Sayang, cantik sekali.” Cia menunjukkan pada putrinya pemandangan di depannya. Sudah semenjak melahirkan Cia belum pergi keluar untuk jalan-jalan. Ketika mendapati pemandangan ini, rasanya jenuhnya di rumah terus terobati. “Jika ada barang-barang yang masih kurang, hubungi kakakmu saja,” ucap Papa Felix yang masuk ke vila dengan membawa barang-barang milik Cia. “Kak Freya juga ke sini?” tanya Cia memastikan. “Iya, mereka akan ke sini dan kita akan berlibur bersama-sama.” Papa Felix tadi sempat bicara lagi dengan El. Meminta menantunya itu untuk datang ke vila. Menikmati liburan bersama. Selain itu, Papa Felix ingin Cia tidak curiga jika ternyata niatnya membawa ke vila untuk menghindar dari Noah. Tak mau sampai Noah menemui Cia.
Read more
Uncle Noah
Noah bersiap untuk pergi menemui Cia. Kali ini sengaja dia memakai pakaian kasual. Karena tidak ingin terlihat formal saat bertemu anak dan wanita yang dicintainya. Dengan langkah yang begitu bersemangat, Noah bergegas untuk keluar dari kamar hotelnya.Langkahnya terhenti tepat saat membuka pintu. Pandangannya terpaku pada sosok pria di depan pintu. Tangan pria itu sedang dalam posisi mengetuk pintu.“Sepertinya aku membuka di saat yang tepat,” ucap Noah.“Anggap saja begitu,” jawab El. Dia yang tadi hendak mengetuk pintu justru mendapati Noah yang membuka pintu tersebut. El memerhatikan Noah yang sudah rapi. Tampak dia sedang akan pergi dari kamar hotel. “Kamu akan menemui Cia?” tanyanya menebak.“Sepertinya kamu sudah seperti peramal yang tahu aku akan menemuinya.”El mengayunkan langkahnya. Masuk ke kamar hotel. Melewati Noah yang masih berdiri di depan pintu. El yan
Read more
Ikatan Darah
Cia dan Noah menoleh ke arah pintu. Mereka melihat Papa Felix yang membuka pintu dengan kasar. Cia yang baru saja hendak memberikan Lora pada Noah, terpaksa menghentikan aksinya. “Papa,” ucap Cia yang melihat papanya. Tampak papanya begitu ketakutan dan panik sekali. Papa Felix melihat Cia dan Lora bergantian. Merasa bersyukur karena anak dan cucunya baik-baik saja. Dia pun mengalihkan pandangan pada Noah. Rahangnya mengeras. Kesal sekali melihat pria itu berada di dalam kamar bersama anaknya. Tadi saat di pesta, dia mencari keberadaan Noah. Sempat menanyakan kepada El, tetapi sayangnya El pun tidak tahu di mana Noah. Tak berlama-lama, dia pun bergegas mencari. Dia tahu pasti jika Noah mencari anaknya. “Papa mencari Noah, tadi dia tidak ada di bawah.” Papa Felix tersenyum. Menutupi rasa kesalnya agar tidak membuat Cia curiga. “Oh … Kak Noah ke sini untuk bertemu dengan Lora,” ucap Cia seraya memberikan Lora pada N
Read more
Kesempatan
Papa Felix mengajak Noah ke ruang kerjanya. Menutup pintu rapat-rapat agar tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka di dalam. Terutama Cia. Tak mau sampai pembicaraan ini sampai ke Cia.“Duduklah!” Noah duduk di sofa yang terdapat di sofa. Perasaannya begitu berdebar-debar ketika Papa Felix mengajaknya bicara. Udara dingin di ruang kerja Papa Felix semakin membuatnya semakin gemetar. Ada rasa ketakutan jika Papa Felix tidak mengizinkannya untuk bersama dengan Cia. Namun, dia akan tetap berusaha untuk meyakinkan Papa Felix agar dapat bersama dengan Cia. Papa Felix menatap Noah. Pria di depannya itu memang memiliki wajah yang cukup tampan. Jadi wajar jika putrinya begitu menyukainya. Sejak pertama kali mengetahui jika Noah adalah pelaku yang menghamili anaknya, dia masih tidak terima. Sudah berulang kali Noah memohon, tetapi tetap saja tidak bisa memaafkan semudah itu. Sembilan bulan sejak Lora lahir, dia terus berpikir. Dulu mertuanya me
Read more
Bersaing
Noah melihat Raven yang sedang duduk memangku Lora. Anaknya itu tampak asyik bermain dengan Raven. Tawanya terdengar ketika Raven menggodanya. Sungguh pemandangan itu membuat Noah begitu iri. Tak mau orang lain mendapatkan senyum tawa dari putrinya. “Tadi mama bertemu Kak Raven di mal.” Entah kenapa Cia ingin menjelaskan keberadaan Raven. Mungkin karena tak mau Noah salah paham kenapa pria itu ada di rumahnya.  Noah tahu betul jika Raven menaruh hati pada Cia. Jadi wajar pria itu terus berusaha mendekati. Mal? Raven adalah pemilik mal. Jadi memang bisa saja mama Cia bertemu dengan Raven ketika di mal tadi. Raven yang sedang asyik menggoda Lora, mengalihkan pandangan ketika merasa ada orang yang datang. Alangkah terkejutnya ketika melihat Noah yang datang. Lebih terkejut lagi ketika melihat Noah membawa banyak paper bag. Namun, dia berusaha untuk tenang, tak menujukan rasa terkejutnya. “Hai, kita bertemu lagi,” sapa Raven. 
Read more
Nyaman Dengan Noah
Cia memasukkan beberapa barang milik Lora ke dalam tas. Tak lupa, dia mengecek lagi untuk memastikan jika tidak ada barang yang tertinggal. Rencananya bersama dengan Noah, El, dan Freya, dia akan menginap di vila. Awalnya sang papa tidak mengizinkan Cia pergi ketika nama Noah disebut. Namun, saat El dan Freya turut disebut, akhirnya Papa Felix mengizinkan, dan meminta Cia untuk berhati-hati. “Sudah siap semua?” tanya Mama Chika yang masuk ke kamar.“Sudah, Ma.” Cia tersenyum. Sudah sejak lama dia tidak sebahagia ini. Semangatnya kembali tumbuh lagi saat kehadiran Noah. “Ayo kakakmu juga sudah menunggu!” ajak sang mama. Di lantai bawah, Kean dan Lean berlarian ke sana ke mari. Mereka begitu senang karena akan diajak berlibur.  Terutama kali ini mereka akan dijanjikan untuk ke kebun binatang. Pastinya akan membuat mereka sangat senang. “Ingat jaga Cia baik-baik!” Papa Felix yang sedang menggendong
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status