All Chapters of Relokasi Rasa: Chapter 41 - Chapter 50
75 Chapters
41 Kenapa Kamu Melakukannya?
“Pak Naren.” Fathan—asisten Naren yang sudah beberapat tahun ini mengabdi—masih memegangi kedua tangan Bara setelah menyeretnya keluar ruangan RUPS. Tentu saja kejadian itu menarik perhatian orang-orang yang melintasi lobby.“Bawa ke ruangannya. Tunggu sampe saya datang. Nggak ada yang boleh keluar masuk ruangannya!” perintah Naren seakan tahu apa yang ingin ditanyakan asistennya.“Baik, Pak.”“Pak Naren, saya bisa jelasin. Pasti ada orang yang dendam sama saya. Kenyataannya tidak seperti yang ada di video—”Naren melangkah hingga ujung sepatunya hampir menyentuh ujung sepatu Bara. “Tutup mulutmu atau saya suruh Fathan buat pasang lakban di mulutmu!” Sekali lagi Naren memberi kode kepada Fathan untuk menyeret Bara menjauh darinya. Saat ini, ia benar-benar muak melihat wajah Bara.“Ervin sama Yara balik ke kantor aja, Papa mesti beresin masalah ini dulu. Aileen ikut Papa.” Naren memang tidak mengarahkan, apakah istrinya perlu pergi atau tetap bersamanya, tetapi tangannya yang menggande
Read more
42 Yang Terjadi Setelah RUPS
"Pa, Ma!” teriak Aileen yang tergesa turun dari mobil dan berlari kecil masuk ke dalam rumah keluarganya.Gama mengekor di belakang setelah memarkirkan mobilnya dengan asal di dekat garasi.“Pa, Ma!” Sekali lagi Aileen berteriak, tetapi langkahnya kali ini langsung menuju ke kamar orang tuanya. Di ruangan lain memang sudah sepi, jadi kemungkinan besar orang tuanya sudah beristirahat di dalam kamar.Rhea tergesa membuka pintu kamar karena kaget mendengar suara Aileen. “Kakak, kok ke sini malem-malem?” tanya Rhea bingung.“Mama kenapa? Mana yang kena cakar?” Aileen dengan paniknya menarik tangan mamanya, memeriksa keadaan sang mama dengan teliti.Alih-alih menanggapi Aileen yang sibuk meneliti tangannya, Rhea malah menyapa menantunya. “Gama, ini kenapa pada ke sini? Aileen ah. Kalo ke sini jangan malem-malem. Kasian kan Gama capek.”“Apaan, orang dia di rumah aja seharian.”“Iya, nggak apa-apa, Ma. Aku hari ini di rumah kok seharian,” sahut Gama. “Mama nggak apa-apa?”“Ini yang kata Erv
Read more
43 Move On Jalur Tercepat
“Lagi ngerjain apa sih pagi-pagi?” tanya Gama. Ia baru keluar dari kamar mandi dan melihat Aileen yang sudah sibuk menekuri laptop-nya.Hari masih terlalu pagi dan Aileen malah memusatkan perhatiannya kepada laptop, bukan dirinya, tentu saja Gama tidak terima.Tidak bisa dibiarkan kan?“Gam!” tegur Aileen saat Gama mulai menciumi lehernya.“Hm …,” jawab Gama asal sebelum meraih jemari Aileen dan memainkannya. “Sayang banget jarinya dipake ngutak-ngatik keypad laptop pagi-pagi. Ada aku yang nganggur loh ini.”“Tapi ini persiapanku buat meeting nanti—”Gama tahu apa yang dikerjakan Aileen penting, sangat penting malah, jika dilihat dari Aileen yang pagi-pagi buta sampai harus berkutat dengan pekerjaan itu. Namun, Gama sedang bertaruh dengan diri sendiri.Aileen yang ia tahu workaholic, Aileen yang tidak bisa diganggu jika fokus pada sesuatu, Aileen yang kadang masih mencoba memasang pagar pembatas dengannya, apa ia bisa menaklukkan Aileen lagi?Aileen menyembunyikan geramannya saat Gama
Read more
44 Ulah Beta
"Kok kamu di sini?”Ervin hanya bisa menutup mulut saat sang kakak menatapnya dengan tajam.“Ngapain kamu di hotel? Ada meeting atau …?” Jelas Aileen curiga karena tingkah adiknya selama ini yang sering berganti pacar. Hotel di bawah jaringan Candra Group adalah tempat yang terlarang untuk Ervin.“Hmm … makan siang doang kok.”“Sama siapa?”Ervin menelan ludahnya. Sang Mama juga intimidatif seperti kakaknya, tapi setidaknya ia bisa bergelayut manja dengan sang Mama untuk meluluhkan hati mamanya, tetapi tidak untuk kakaknya ini. “Kakak mau ke toilet? Sana, masuk aja dulu. Aku tunggu di depan sini.”“Kamu pikir Kakak sebodoh itu? Kamu pasti mau kabur kan?”“Nggak, Kak. Beneran, aku tungguin.”“Nggak, nggak. Kakak nggak percaya sama kamu. Ngaku! Kamu ke sini sama siapa?”Ervin menghela napas pasrah. “Ya udah, ayo. Ikut makan sekalian ajalah,” ujar Ervin sembari menggiring kakaknya menuju restoran di lantai yang sama.Gama sedang sibuk mengunyah sirloin steak yang tadi dipesannya, saat ti
Read more
45 Jangan Terlalu Percaya
“Btw, Mal. Pura-pura nggak tau kalo artis itu mantannya Gama ya. Soalnya si artis juga lagi akting di depan gue, seakan-akan nggak terlalu deket sama Gama.”“Hah?”“Aktingnya bagus?”“Ya … mayan lah. Kecuali pas dia ikutan nyaut waktu Gama manggil ‘Sayang’. Atau mungkin memang waktu itu Gama manggil dia, nggak taulah.” Aileen mengedikkan bahu, tetapi kemudian bahunya diusap seseorang.“Apa sih maunya Kak Beta?” Gama menahan geraman kesalnya dan berniat mengamuk di depan kedua perempuan yang baru datang itu, tidak peduli kalau salah satunya adalah kakak kandungnya.“Gam.” Aileen menggeleng pelan. “Banyak orang.”Gama mengatur napasnya, berusaha menekan emosinya yang tadi sempat terpantik. Pada akhirnya Gama benar-benar berjalan ke arah dua perempuan itu, tapi tangannya hanya terulur ke kakaknya dan menariknya ke samping garasi. “Maumu apa sih, Kak?”“Nothing. Abis ini aku ada jadwal nyalon bareng sama dia. Biar simpel, dia kuajak ke sini, jadi nanti dari sini tinggal berangkat bareng.”
Read more
46 Saya Tidak Mau Harga Diri Anak Saya Diinjak-injak
“Dia ngomong apa sama kamu?” tanya Gama yang akhirnya menemukan keberadaan sang istri.Sudah beberapa menit setelah Arabella pergi, yang kemudian diikuti dengan kepergian Beta, Gama akhirnya sadar kalau istrinya tidak ada di area mereka berkumpul. Setelah mencari ke beberapa ruangan, barulah Gama menemukan Aileen yang tengah terdiam di balkon lantai dua rumah mereka, sambil menatap ke arah jalan raya.“Hm?” Aileen menoleh kaget ke asal suara.“Ngapain di sini? Kan orang-orang di taman.” Gama memeluk Aileen dari belakang sembari menghidu aroma istrinya yang kini ia hapal—dengan atau tanpa parfum.“Cari angin.”“Ntar deh kita beli kipas angin biar kamu nggak perlu cari angin ke luar.”Aileen mendengkus pelan, satu siku tangannya menyodok perut liat Gama, membuat Gama terkekeh, bukannya kesakitan.“Maaf ya, aku nggak tau kalo kakakku bisa segila itu dengan ngajak mantanku ke sini. Meskipun aku nggak terlalu deket sama Kak Beta, tapi aku tau ada yang nggak beres sama dia. Nanti aku cari t
Read more
47 Daftar Pemesanan Ballroom Hotel
“Van, yang aku minta waktu itu gimana?”Vania mengernyit bingung dengan pertanyaan Aileen. Ia tidak pernah menunda-nunda pekerjaan dari atasannya tersebut, jadi hampir mustahil ada pekerjaannya yang belum selesai sampai harus ditagih Aileen seperti itu. “Yang … mana ya?”“Yang tentang WO pernikahanku.”“Aaah!” Vania menepuk keningnya, refleks. “Sorry, Leen. Hampir selesai waktu itu. Tapi karena RUPS dan segala tetek bengeknya, aku lupa ngelanjutin. Sorry banget.”Aileen hanya mengerucutkan bibir. Ia tidak menyalahkan Vania dengan keteledorannya itu. Acara RUPS yang kacau—atau lebih tepatnya sengaja mereka kacaukan—ditambah dengan penjadwalan ulang RUPS luar biasa, lalu bocornya data perusahaan, wajar kalau Vania terdistraksi dari pekerjaan yang sebenarnya memang bukan tugasnya sebagai sekretaris direktur legal.“Kamu mau aku kirim data seadanya yang udah kudapat? Atau nunggu aku ngelengkapin semuanya?”“Kapan kamu bisa ngelengkapin datanya?”Vania tampak berpikir sejenak. Ia merasa be
Read more
48 Berubahnya Nama Mempelai Wanita
“Leen.”Aileen mendongak dari layar laptopnya.“Tim pengacara ngirim progress kasus Bara.”“Hm. Nanti aku cek.”Tanpa Aileen cerita pun, Vania sudah tahu kalau mood Aileen sedang tidak baik-baik saja. Itu semua pasti akibat email yang ia kirimkan malam-malam.“Van, aku nggak mau diganggu senggaknya dua jam ke depan. Jangan ada yang boleh masuk ke ruanganku.”“Leen, kalau ini masalah email yang kukirim semalam—”“Kamu bisa istirahat, pasang tanda aja kalau aku nggak mau diganggu.”Vania mengangguk. Sebesar apa pun keinginannya untuk menemani Aileen, tetapi kalau Aileen memerintahkannya untuk pergi, maka dia akan pergi. Lagipula ia yakin Aileen mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.Selepas Vania pergi dari ruangannya dan menutup pintu, Aileen kembali fokus pada layar laptopnya yang menampilkan sebuah file berisikan detail vendor dalam acara pernikahannya dan nomor telepon yang bisa dihubungi.Ia juga sudah memeriksa salinan catatan, screenshot percakapan, sampai foto-foto yang dikirim
Read more
49 Bukan Karena Aku
“Jawab! Kamu ngomong apa ke istriku?” Gama mencengkeram siku Arabella sambil menatapnya dengan nyalang.Bukan tanpa alasan Gama melakukan hal itu karena dari rekaman CCTV terlihat Arabella dan Aileen bicara di lorong dekat dapur yang menuju kamar mandi.“Sakit, Gam!” Arabella mengernyit kesakitan. Selama mengenal Gama dan selama menjalin hubungan dengan laki-laki itu, ini pertama kalinya ia diperlakukan sekasar ini.Gama melepaskan tangan Arabella dengan sedikit menyentak. Andai yang dihadapinya adalah seorang laki-laki, mungkin ia bisa menyelesaikannya secara adat.“Gama, tenang, Gam!” Inox menepuk punggung Gama untuk menenangkan.“Gimana gue bisa tenang kalo istri gue tiba-tiba aja pergi? Dan dia!” Gama mengarahkan telunjuknya ke Arabella. “Dia … selalu muncul dan muncul lagi, bikin masalah dan masalah lagi di hidup gue—”“Mungkin dari awal kalian memang nggak pernah saling percaya,” jawab Arabella sembari mengangkat satu sudut bibirnya.“Ya gimana Aileen bisa percaya sama aku kalo
Read more
50 Pernikahan Palsu
Aileen berusaha berbaur dengan teman-teman Gama. Tidak terlalu sulit untuknya apalagi jika sosok yang diajaknya bicara adalah perempuan karena pada dasarnya ketertarikan perempuan di mana-mana hampir sama—keindahan, kecantikan, fashion—hanya segelintir perempuan mungkin yang punya minat untuk mengamati pergerakan harga saham, dan Aileen juga tidak pernah kesulitan menyamakan frekuensi dengan pembicaraan para laki-laki.Namun, di tengah kesibukannya meladeni percakapan teman-teman Gama, matanya tetap awas mengamati seseorang. Ketika pada akhirnya orang yang diamatinya tersebut menjauh dan beranjak menuju area belakang rumah, Aileen diam-diam mengikuti.“Tau nggak, biasa jadi pusat perhatian bikin aku jadi lebih peka. Aku tau kalo kamu dari tadi merhatiin aku. Kenapa?” Arabella berhenti si tengah-tengah lorong. Tidak ada apa-apa dan siapa-siapa di lorong sepangjang sekitar dua meter yang mengarah ke kamar mandi.Aileen berhenti melangkah tepat di hadapan Arabella. “Cuma mau bilang, aku
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status