Semua Bab GAGAL MENIKAH KARENA ORANG KETIGA: Bab 61 - Bab 70
100 Bab
Bab 61
Pukul 17.00 WIB baru kuberitahu pada ibu perihal Kevin yang akan mengantar Mas Dika pulang sekaligus ikut buka bersama. Takdir berpihak karena beliau baru saja membeli kebutuhan dapur pagi tadi. So, it's okay!Ibu memintaku mandi daripada sibuk bertempur di dapur. Walau menolak, tetap saja kalah. Katanya, tidak baik anak gadis alpa mandi pagi atau sore apalagi jika ada pemuda datang ke rumah. Ibu tidak tahu saja kalau sebenarnya Kevin bukan sebatas teman kerja Mas Dika, tetapi mendaftar sebagai calon menantu."Yang bersih mandinya. Jangan lupa pakai sabun, sikat gigi, sampo.""Gak sekalian lupa ngeguyur air, Bu?" celetukku sedikit kesal."Nah, mantap!" Ibu malah mengacungkan jempol. Aku hanya tersenyum menanggapi, lalu melangkah cepat masuk kamar.Lima puluh menit berlalu, aku sengaja keluar memakai jilbab takut-takut mendadak ketemu Kevin berujung penghulu kalau nampak aurat. Sepertinya masih aman, gegas aku melangkah ke ruang tamu untuk bersih-be
Baca selengkapnya
Bab 62
Lepas berzikir, aku menengadah tangan ke langit dengan penuh rasa rendah diri. Teringat perkataan Jalaluddin Rumi bahwa di hadapan Tuhan kita semua sama. Kita semua pengemis dan peminta-minta.Air mata merembes cepat. "Tuhan, jangan biarkan hidup ini penuhi dengan teka-teki. Aku khawatir salah dalam melangkah, lalu menyesal karena memilih. Bukakan jalan bagiku untuk mengetahui mana yang terbaik menurut-Mu, ya Allah. Tentang Gus Qabil, Kevin juga Mas Ilham, apakah pantas menyukai mereka dalam waktu yang sama? Aku tidak mengerti perasaan apa ini dan sebenarnya jatuh cinta pada siapa?""Yumna, kamu sudah selesai salat? Teman masmu mau pulang!" panggil ibu dari luar.Segera aku membaca doa keselamatan dunia akhirat, kemudian melipat sajadah tanpa melepas mukenah. Ketika membuka pintu kamar, Kevin sudah menyambut dengan senyum manis. Aku menunduk, takut jatuh cinta."Cantik," gumam Kevin. Aku mengangkat wajah, lalu melirik ibu dan Mas Dika yang hanya diam mena
Baca selengkapnya
Bab 63
Kami terkejut dan sama-sama mundur selangkah agar tidak terlalu dekat. Ketika menoleh, dia adalah Kevin. Aku bahkan sempat gugup mengira yang datang itu Gus Qabil. Dia memanerkan gigi putih bersihnya."Waalaikumussalam, Vin. Kok ke sini gak bilang-bilang?" Mas Dika memasang raut terkejut."Ya ndak apa-apa to, Mas kalau Kevin misal mau ngejemput lagi." Aku berusaha membela karena melihat wajahnya yang salah tingkah."Iya, benar kata adikmu, Dik."Mas Dika mendengkus kesal, lalu melangkah ke luar rumah. Sementara aku duduk bersandar pada kursi karena benar-benar letih.Pikiran yang menerawang jauh mengingatkanku pada kata-kata Mas Dika tentang cinta. Pun karena cinta yang kita simpan dalam hati selain Allah hanya menuai luka.Namun, karena cinta pula banyak membawa perubahan bagi manusia. Misalnya saja orang malas akan menjadi rajin karena cinta. Tidak jarang dari mereka rela melakukan apa saja demi cinta, atas nama cinta.Ada pula yang
Baca selengkapnya
Bab 64
"Memangnya kalau abis mandi pagi harus ketemu sama Gus Qabil? Ibu aja yang belum mandi malah sempat mengobrol tadi." Ibu menjawab tanpa rasa bersalah."Bukan begitu, Bu. Barangkali Gus Qabil ada kepentingan sama aku makanya nge-chat dulu kemarin sebelum ke sini.""Tadi Gus Qabil bilang, nge-chat itu buat mastiin apakah aman untuk bertamu atau ndak." Ibu menoleh padaku. Raut wajahnya terlihat serius.Jadi, ternyata kemarin menanyakan itu karena tidak ingin bertamu kalau ada aku? Memangnya aku ini kenapa sampai harus dihindari?Aku mengusap wajah kecewa karena tidak percaya dengan fakta yang ada. Ada sedikit luka yang menelisik di sudut hati. Memang begini, kalau kita berharap maka akan kecewa. Semakin besar harapan dilambungkan kepada selain Allah, semakin dalam pula luka itu tercipta.Aku duduk bersandar di tembok depan kamar, sementara ibu menyalakan televisi. "Gus Qabil tadi bahas apa saja, Bu?""Rahasia." Ibu menjawab pendek."Aku
Baca selengkapnya
Bab 65
"Jalani hidupmu seolah-olah semuanya dirancang untuk kebaikanmu."–Jalaluddin Rumi. ~~~ Banyaknya masalah membuatku merasa dada seperti dihantam batu besar. Untuk bernapas saja sulit sekali. Aku ingin melangkah mencari udara segar, kaki terasa lemas walau sekadar menopang berat badan. Sudah jam tiga sore. Aku mengecek ponsel untuk sekadar berselancar di dunia maya menonton konten-konten dari berbagai akun. Sedikit membosankan, lalu aku beralih What$app. Ada pesan dari Gus Qabil? batinku. Gus Qabil : Kamu sebenarnya siap menikah tahun berapa? Mataku mengerjap sambil menggigit jari mengamati dan membaca pesan dari Gus Qabil. Entah apa tujuannya menanyakan hal itu. Aku : Ndak tahu, Gus kapan siapnya. Mungkin kalau ada yang hendak melamar akan aku terima asal agama baik bakal aku terima. Insya Allah. Gus Qabil : Tipe kamu seperti apa? Aku : Salat lima waktu, care, bisa mengajariku ilmu agama. Setelah itu tida
Baca selengkapnya
Ban 66
"Mas Dika mau ngomong apa?" tanyaku ketika pulang dari salat tarwih.Kami berdiri di belakang semua jamaah yang searah dengan rumah dengan jarak dua meter agar mereka tidak mengengar percakapan kami. Mas Dika menatapku sekilas, lalu tersenyum getir."Kamu jangan kaget, ya!" Mas Dika merangkulku mungkin untuk memberi kekuatan.Aku tuh orang yang paling tidak bisa diingatkan seperti itu karena langsung sport jantung. Selain menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan, aku tidak tahu harus melakukan apa lagi."Amel dijodohkan dan mas gak bisa nerima cintanya.""Kenapa, Mas?""Karena yang dijodohkan dengan Amel itu teman mas sendiri. Dia sih gak mau karena suka sama yang lain, tetapi orangtuanya tegas apalagi ibunya yang sakit-sakitan. Terlahir sebagai anak tunggal membuatnya tidak bisa berkutik."Aku manggut-manggut mengerti karena tidak mungkin juga Mas Dika menjadi orang ke tiga sekalipun temannya itu tidak mau dijodohkan. Seperti
Baca selengkapnya
Bab 67
Aku ingin mencintaimu dengan sederhanadengan kata yang tak sempat diucapkankayu kepada api yang menjadikannya abu Aku ingin mencintaimu dengan sederhanadengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada ~ Sapardi Djoko Damono ~ *** "Maaf, ya, Nurul karena aku sama sekali tidak tertarik dengan suamimu lagi!" balasku berusaha meredam amarah apalagi sekarang tengah membantu Mas Dika sesuai janji. "Oh, benarkah?" Nurul tersenyum meremehkan. Tidak ada angin apalagi hujan, tiba-tiba saja mereka berdua ada di sini. Mengaku kena talak kemarin, sekarang dempet-dempetan lagi. Pasti sudah rujuk lagi. Apakah menganggap pernikahan itu hanya tameng atau senda gurau? "Lebih baik kalian pulang saja, suasana hatiku sedang tidak baik jangan sampai bersikap kasar!" usir Mas Dika dengan wajah datar. Nurul terkekeh, lalu mengaku telah menghasul mama sambung Amel untuk menjodohkan anaknya dengan
Baca selengkapnya
Bab 68
POV AUTHOR~~~Hidup tidak seperti dongeng. Meski berbelit dan menyedihkan kisah sang pangeran dan putri, pasti berakhir bahagia selama-lamanya di istana yang megah nan indah.Namun, tidak dengan kehidupan nyata. Hidup di dunia bukan melulu tentang tawa, melainkan air mata yang berderai karena luka yang silih berganti menemani detik-detik kehidupan.Meski demikian, ujian sebenarnya sebuah latihan agar hati, jiwa dan raga lebih kuat menghadapi badai kehidupan. Warna kehidupan memang tidak selalu cerah, tetapi bukankah kita punya Allah?Bahagia. Banyak cara untuk memperoleh kebahagiaan. Jika anak panah mengarah padamu untuk melukai, rentangkan tangan dan tutup mata sehingga menyatu dengan diri. Menjadikan luka sebagai taman yang engkau bermain di dalamnya.***"Lepaskan!" teriak Nurul. Dia bebas melakukan itu pada Ilham karena tidak tinggal bersama mertua."Aku menyesal merujukmu kembali, Nurul. Kalau saja bukan karena ancaman."
Baca selengkapnya
Bab 69
POV YUMNA~~~"Mas, kayaknya aku pulang aja dulu kasihan ibu sendiri di rumah.""Kamu benar, Yum. Pakai motor saja, nanti mas pulang pesan grab."Aku mengangguk. Entah kenapa seperti ada yang menunggu di rumah. Aku menambah kecepatan motor dan sampai dalam waktu tidak lama. Dada tiba-tiba nyeri, tetapi berusaha aku tahan."Mas Ilham?" Aku terkejut melihat lelaki itu duduk menunduk di ruang tamu sendirian.Mas Ilham mengangkat wajah, dia menyunggingkan senyum. "Syukurlah kamu sudah pulang, Yum. Tadi aku dengar Nurul mau celakain kamu gara-gara mengelak tentang Kevin yang melamar.""Apa?!""Ya, dia menelepon Bram memintanya untuk menghabisimu. Dengan begitu semua rencananya akan selesai tanpa perlu mengusik Dika lagi."Aku mengerjap berulang kali, pintu dibiarkan terbuka lebar takut ada fitnah lagi. Ibu menyibak tirai dengan senyum tipis, setelah itu masuk kembali. Jantung berdegup cepat, kaki tiba-tiba lemas mendengarnya.
Baca selengkapnya
Bab 70
Empat bulan setelah kejadian itu, aku masih trauma untuk ke luar sendirian ketika matahari sudah tenggelam. Namun, alhamdulillah-nya karena sudah tidak ada lagi desas-desus tetangga tentang lamaran yang batal. Nurul juga sudah mulai jarang berulah.Seminggu terakhir aku merasa hidup tenang dan bisa mengaji di Ustaz Hasan seperti dulu lagi walau sekarang jadwal hanya rabu dan ahad. Amel sudah mulai sibuk karena pernikahannya dengan Kevin jatuh pada tanggal sepuluh Agustus.Gus Qabil pun tidak pernah mengaktifkan What$app, mungkin sibuk mengurus pesantren atau telah menikah. Semua masalah seakan sudah selesai."Bantu mas cuci motor!"Itu Mas Dika dengan penampilan barunya. Sebenarnya masih sama, hanya saja sekarang rambutnya sedikit panjang. Aku tersenyum, lalu menolak dengan alasan capek bersih-bersih di rumah tadi."Jangan banyak alasan atau mas gak bakal beliin skincare lagi!"Ancaman itu sudah sekian kali diutarakan Mas Dika dan aku pasti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status