Semua Bab Sindiran Pedas Istri Kedua: Bab 51 - Bab 60
100 Bab
Part 51
Sindiran Pedas Istri Kedua "Assalamualaikum, Mama!" Terdengar sahutan Rara. Aku menengok keluar. Dia sudah berdiri di balik pagar. Aku bergegas membukakan pagar yang tadi memang dikunci . Hendi pun ikut turun dari mobil, membawakan tas Rara. Dari arah berlawanan, terlihat Obi dan Syira juga menuju ke arah kami. "Terima kasih sudah menjemput Rara," ujarku berbasa-basi. "Iya," jawab Hendi pelan. "Kakak Ra ...!" panggil Syira sambil melambaikan tangan. Dia mempercepat langkahnya meninggalkan Obi yang mendrible bola sambil berjalan. Rara yang sudah melewati pagar mundur kembali lalu menyongsong Syira. "Udahan aja mainnya?" Aku bertanya pada Obi begitu dia sampai. "Malah asyik ngejar kucing," ungkap Obi. "Syira dari mana?" Hendi berjongkok mensejajarkan tinggi dengan Syira. "Habis olah raga, ya, Om," balasnya sambil menengadah ke Obi. "Iya, olah raga. Udah mau mandi, kan, sekarang? Udah kecut banget nih!" lanjut Obi. "Iya, deh, tapi Om jangan pergi dulu, ya! Tungguin Syira," p
Baca selengkapnya
Part 52
Sindiran Pesas Istri Kedua Mendadak moodku berubah drastis. Rasa kesal mulai menjalari. Kutaruh kembali ponsel ke meja di samping tempat tidur. Aku menyibakkan kain gorden berwarna abu-abu muda. Seperti biasa, di luar sepi. Hanya kucing-kucing liar yang menjadi pengguna jalan. Berlari, berkejaran ke sana-sini. Sesekali mengeong dan meraung sebagai kode untuk lawan jenis yang menjadi incarannya. Langit juga tak begitu terang. Hanya ada bulan sabit dan beberapa bintang berkelip menghiasi cakrawala. Aku berdecak, mencoba mengusir gusar yang kian memeluk erat. Aku meninggalkan kamar. Mendatangi kamar anak-anak satu per satu. Rara sudah tertidur pulas. Aku tutup kembali pintu kamarnya setelah mengganti lampu tiduryang lupa digantinya. Di sebelahnya adalah kamar Syira. Kamar ini jarang sekali dipakainya. Dia lebih sering tidur bersamaku. Entah itu di kamar bawah maupun kamar utama yang ada di lantai atas. Tadi dia meminta tidur di kamarnya. Kutinggalkan dia bersama Mbak Nana setelah
Baca selengkapnya
Part 53
Sindiran Pedas Istri Kedua (Pov Hakim) Mencintai dalam diam, pernah kulakukan. Namun, ternyata tak semudah dan seindah kata-kata pujangga. Ada banyak rasa yang bergelora, membersamai selama rentang waktu itu. Pahit dan manisnya silih berganti menerpa. Hingga pada akhirnya aku berkesimpulan aku gagal mencapai keikhlasan. Tulus mencintai hanyalah sebaris kalimat hoax yang coba dibenarkan oleh jiwa yang dikuasai kenaifan. Mencintainya dalam ketidaktahuannya, melakukan apa saja asal dia bahagia, awalnya memang terasa indah dan menghadirkan kepuasan tersendiri di hati. Namun, nyatanya aku tak mampu berlama-lama bertahan seperti itu. Hasrat untuk menyingkap semua itu yang pernah hilang timbul, mendadak menjadi makin membuncah. Aku pun dalam dilema. Tiaranika Ayu adalah sosok yang membuatku terpesona tepat pada pandangan pertama. Belasan tahun yang lalu, ketika hari pertama aku berada di lingkungan kampus dengan status mahasiswa baru. Entah itu namanya ospek atau apalah istilahnya pada
Baca selengkapnya
Part 54
Sindiran Pedas Istri Kedua Ternyata sudah pukul tujuh lewat. Aku baru saja sampai di rumah dengan keadaan bermandikan peluh. Selepas Subuh tadi Khalif mengajakku untuk jogging sekalian sarapan bubur favorit Khalif. Sekarang hari Sabtu, bertepatan dengan tanggal merah. Kemarin Khalif diberi izin oleh Ustaz pendampingnya untuk bisa pulang. Rasanya senang sekali karena berkumpul secara lengkap sudah jarang bisa kami lakukan. Belakangan kebersamaan itu terasa sangat mahal. "Kakak langsung mandi, ya, Ma!" Khalif mendahuluiku ketika sudah berada di depan rumah. "Ngadem dulu, Kak. Masih gerah jangan langsung mandi!" "Ya, udah, mau minum susu dulu aja," sahutnya lalu hilang di balik pagar. Kemudian, samar terdengar suaranya tengah mengucapkan sapaan. Di usianya yang menuju empat belas tahun, Khalif semakin tumbuh menjulang. Apalagi dia memang senang berolah raga, sama halnya seperti papanya, sewaktu dulu. Tingginya sekarang sudah melampaui aku. Aku melahirkan Khalif ketika usiaku belum
Baca selengkapnya
Part 55
Sindiran Pedas Istri Kedua Part 55 Obi hanya tersenyum, seperti tidak sedang berada pada situasi yang serius. "Iya, maaf. Kalau bilang-bilang jadinya nggak surprise, dong!" Aku tidak merasa puas dengan jawaban Obi. Ini bukanlah perihal yang patut untuk dijadikan ajang kejutan menurutku. "Tapi nggak gini juga, dong, Bi!" "Jadi gini, ya, Kak Tiara yang orangnya nggak tegaan dan banyak rasa nggak enaknya. Kalau aku mau ngajak ngobrol tentang hal ini, bakal panjang kali lebar kali tinggi jadinya. Lamaaa banget, susah ketemu ujungnya." "Ini bagaimana, itu bagaimana? Banyak banget pertimbangannya dan kebanyakan yang dipikirin perasaan orang," sambung Obi lagi. "Tapi, Bi---" Obi langsung memotong ucapanku. "Mulai sekarang, stop untuk terlalu mempertimbangkan orang lain. Fokus ke kita aja. Kita tidak harus bertanggung jawab untuk menjaga perasaan semua orang. Empati memang perlu tapi, sekadarnya." "Misalnya, nih, Hakim dia sekarang tidak baik-baik saja, apakah salah kita? Salah aku,
Baca selengkapnya
Part 56
Sindiran Pedas Istri Kedua "Mama, Syira nggak jadi pakai kerudung yang ini. Yang samaan sama kakak Rara aja." Aku sedikit terperanjak karena Syira sudah ada di belakangku. Aku menghela napas, akhirnya anak ini menyerah juga. Sedari tadi dia keukeuh ingin memakai kerudung warna abu-abu yang baru dibeli kemarin. Padahal kerudung yang senada dengan bajunya sudah disiapkan. "Yakin?" tanyaku sembari memindai wajah manisnya. Syira mengangguk. Menaklukkan Syira memang susah-susah gampang. Dia tidak mudah ditebak. Dia juga tidak secekatan Rara pada saat usia yang sama. Status sebagai anak bungsu cukup berpengaruh pada kepribadiannya. Untunglah kedua kakaknya sudah bisa paham bagaimana mereka harus bersikap sebagai kakak. Aku mengambil kerudungnya yang masih tergeletak di atas kasur yang tadi ditolaknya mentah-mentah. Segera aku memasangkannya. "Cantik banget, sayangnya Mama. Kita foto, ya," pintaku karena belakangan Syira sangat moody diajak berfoto. Untunglah kali ini dia langsung setu
Baca selengkapnya
Part 57
Sindiran Pedas Istri Kedua "Saya terima nikah dan kawinnya, Tiaranika Ayu Binti Hasim Sholeh dengan maskawin tersebut di atas, dibayar tunai!" Dengan suara lantang dan dalam satu tarikan napas, Obi menjawab kalimat ijab yang telah terlebih dahulu dilafazkan Bapak, juga lugas dalam satu tarikan napas. Dan akhirnya, datang juga waktu yang ditunggu. Hanya berselang belasan minggu semenjak acara lamaran diadakan. Penantian yang panjang bagi Obi, berpuluh purnama lamanya semenjak pengakuan cintanya padaku. Sekarang barulah berlabuh di sini. Disaksikan oleh segenap keluarga, Obi menjabat tangan Bapak, mengucapkan kalimat sakral di depan penghulu. Di awali dengan menyebut nama Allah, mengambil tanggung jawab Bapak atasku, dunia hingga akhirat. Berjanji dengan sadar akan membawaku meniti jalan yang diridhoi-Nya. Merangkai bahagia bersama. Hingga akhir usia, semoga saja. Kata sah pun terucap dari dua orang saksi yang duduk di sisi kiri dan kanan, saling berhadapan. Tanpa dikomandoi, sere
Baca selengkapnya
Part 58
Sindiran Pedas Istri Kedua Kurasakan tepukan lembut di pipi diikuti dengan bisikan yang antara terdengar dan tidak. "Sayang, udah mau Subuh." Aku menggeliat. Rasa enggan sangat besar menguasai, terlebih aku merasakan dingin yang lebih dari biasanya. Kutarik lagi selimut dengan paksa hingga hampir menutup keseluruhan kepala. Selimut itu disibak dengan perlahan. Hingga mataku kembali merasakan silau. Mau tidak mau, kesadaranku ditarik perlahan. Aku insaf sekarang. Pantaslah dingin ini terasa menjadi-jadi, Aku sedang tidak berpakaian utuh sekarang. Aku melirik ke samping. Separas wajah dengan senyum hangat menjadi pandangan pembuka bagiku pagi ini. Binar bahagia seperti sedang bertahta di sana. Dia pun merubah posisi menjadi setengah berbaring. "Sudah pagi." Ucapan lembut itu menjalar hingga ke relung hati. Menggetarkan jiwa yang telah lama kaku akan kata-kata lembut penuh kasih sayang. "Hmm," balasku sambil mengerjap. "Capek banget, ya?" Senyum menggoda ia sunggingkan dengan sen
Baca selengkapnya
Part 59
Sindiran Pedas Istri Kedua "Assalamualaikum, Manten baru, congratulation!" seru Pak RT yang tahu-tahu sudah menyembul dari balik pagar. Aku dan Obi sama-sama terkejut atas kehadiran lelaki lima puluh tahunan itu. "Waalaikumussalam, Bapak pejabat. Yang paling ditunggu-tunggu kedatangannya. Dari luar kota , Pak?" balas Obi sambil menyambut jabat tangan dari pucuk pimpinan tertinggi di kompleks ini. "Iya, biasalah. Oh, iya, ini ada titipan dari istri saya." Dia menyerahkan sebuah paper bag yang lumayan besar padaku. "Terima kasih banyak, Pak. Ibu kok nggak diajak ke sini juga, Pak?" balasku. "Sebenar mau ke sini, cuma begitulah lagi repot sama barang bawaan. Itu kadonya jangan dilihat isinya, ya, tapi niat memberikannya. Besar harapan saya, dengan memberikan kado ini pinangan saya bakal diterima oleh Mas Obi," ujarnya lalu tergelak. "Bukan buat nikahin saya tapi buat gabung di instansi," ralatnya cepat diikuti dengan tawa. " Gimana Mas Obi, deal kan sama penawaran dari kami?" Obi
Baca selengkapnya
Part 60
Sindiran Pedas Istri Kedua [Kak Tiara nanti datang ya ke pernikahan Nena. Nena sangat menunggu kehadiran Kakak.] Sejenak aku tertegun setelah membaca pesan yang dikirim Nena, adik Hendi satu-satunya. "Ngelamunin apa?" Tiba-tiba Obi sudah duduk di sebelahku. "Ni," Aku menyodorkan ponselku pada Obi. "Oh," komentar Obi singkat lalu melanjutkan berselancar di ponselku. "Emang Nena kapan nikahannya?" "Dua minggu lagi." Obi pun menaruh HP-ku di atas meja. "Kalau nggak mau datang, ya, nggak apa-apa. Kalau mau datang, ya, ayo. Kan ada aku. Tapi, masak sih dari segitu banyaknya orang ntar aku sendiri yang jomblo di sana. Udah punya istri cantik nggak digandeng ke mana-mana, mubazir banget." Obi melirik padaku dengan tatapan menggoda. Aku hanya menanggapi dengan sedikit menyunggingkan senyum. Aku memang dilanda dilema. Di satu sisi, aku menyayangi Nena selayaknya adik sendiri. Dulu kami begitu dekat. Dia yang tidak punya saudara perempuan, sedangkan aku anak tunggal. Kami sangat cepat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status