Tous les chapitres de : Chapitre 151 - Chapitre 160
173
Rihana.
"Apa kau masih perlu meragukan itu?, bahkan sejak kalian kuliah dulu bukankah dia sudah mengejar mu seperti orang gila." Handoko."Ngiiiing...."Sorot mata Anggara yang sedikit menunjukkan semangat beberapa menit lalu, segera lenyap tersapu kekuatan bibir Handoko."Hah...mengemudi saja dengan benar." Ucap Anggara kesal.Ia menyadari bahwa sosok di sampingnya saat ini tidak sedang berada di dunia yang sama dengan dirinya. "Sungguh membuat kesal." Lanjutnya masih dengan suara pelan."Kenapa?, salah?." Handoko. "Tidak...hanya mulutmu berbau busuk." Sarkas Anggara, dengan pandangan yang telah beralih ke depan.Wajah Anggara tidak menampilkan sedikitpun bias kebencian untuk Handoko, namun dengan pemahaman yang di miliki, Anggara menyadari bahwa ada gejolak asing di dalam hati untuk sahabatnya ini, ketika mengingat kedekatan diantara keduanya(A dan H)." Apa aku sedang kesal?, mengapa?." Pertanyaan itu sering hadir dalam benak Anggara beberapa hari terakhir, bahkan hingga sekarang belum jug
Read More
Damian.
"Rihana?, mengapa kau di sini?." Anggara terkesiap, bibir itu hampir saja meluncurkan perkataan tersebut.Namun, ketika menoleh kearah samping dan melihat senyum sinis penuh ejekan di wajah sang sahabat, Anggara mengunci bibirnya rapat."Benar sekali, kapan kail akan memberi umpan jujur kepada ikan?." Anggara mengerti bahwa sang manager tempat tersebut sengaja menipunya, dengan mengatakan bahwa Rihana tidak lagi di sana, demi pundi-pundi uang yang di miliki.Dan tentu saja sang manager juga enggan melepas kecantikan di depannya ini, yang memiliki daya pikat tinggi serta banyak penggemar dari kalangan menengah keatas.Bagaimanapun Rihana adalah gadis dengan intelektual, pendidikan yang seolah sengaja di persiapkan untuk calon istri idaman masa depan di kalangan atas. Meskipun pada kenyataan yang ada, kini keluarganya telah jatuh dan tidak lagi memiliki kekayaan serta kemampuan seperti dulu. Akan tetapi, dengan kepandaian, kepribadian serta kecantikan yang di miliki, masih banyak pengg
Read More
Rumor, FIKA.
"Seandainya itu kamu." Meski hanya terlintas sejenak, Anggara berharap bahwa wanita yang kini mencoba memenangkan perhatian darinya adalah sosok sekertaris baru di kantornya pagi ini. Namun ketika mengingat banyaknya permasalahan dan ketidaknyamanan diantara mereka, Anggara tersenyum miris untuk diri sendiri.Dan malam ini, pria tersebut menikmati waktu santainya dengan rasa jenuh serta penat. Niat hati mencoba mencari pelepas lelah setelah seharian bekerja, akan tetapi justru menjadi hiburan bagi orang lain(H) karena ketidakberuntungannya malam ini. ..............."Cekling...cekling...cekling.." Pagi ini banyak pemberitahuan masuk pada ponsel Angel.Karena telat bangun dan buru-buru berangkat kekantor, Angel merogoh ponsel dan hanya melirik sekilas layar yang masih menampilkan pemberitahuan di sana.Setelah memastikan dari siapa pesan yang mendarat dan mengetahui bahwa semua adalah pemberitahuan dalam grup "FIKA", Angel memasukkan kembali kedalam tas yang di bawa, dan segera masuk
Read More
Rumor dan simpati.
"Baru datang?, bagus...Datang keruangan ku sekarang!." Lanjut suara khas yang tak akan pernah di lupakan oleh Angel tersebut."Baik." Jawab wanita itu singkat, seraya memasukkan kembali ponsel yang di pegang kedalam tas. Dan dengan cepat mengikuti langkah Anggara yang berjalan melewati dirinya, tanpa perlu menoleh kembali."Duduklah." Ucap Anggara setelah keduanya memasuki ruang kerja presdir."Terimakasih." Angel.Anggara meraih kursi dan mendudukkan tubuh, sebelum meletakkan berkas kerja yang di bawa dari rumah pada meja kecil di samping tempat duduk.Angel hanya diam menunggu hingga pria tersebut menyelesaikan semua, sebelum kembali melihat atau berinisiatif membuka pembicaraan serta memberinya perintah.Diam, sabar, dan pasif menunggu, kini telah menjadi keahlian baru Angel akhir-akhir ini.Entahlah, mungkin akibat insting yang "tok cer" atau karena pikiran yang tengah narsis, yang jelas Angel merasa bahwa sosok di depannya saat ini ingin mengatakan sesuatu kepadanya tentang peri
Read More
Otak udang.
"????." Angel semakin bingung, ia masih diam dan hanya menatap balik kearah Anggara."Princes adalah Vanessa." Lanjut Anggara lagi, ketika melihat ekspresi sosok di depannya. Ada perasaan malas, dongkol serta campuran enggan dalam baris kalimat tersebut.Akan tetapi, melihat tindakan Angel yang menatap balik kearahnya dengan sedikit kernyitan di kening, entah mengapa ia berpikir bahwa wanita tersebut tengah menyangsikan apa yang diucapkan. "Sejak kapan seorang Anggara harus repot memberi penjelasan untuk orang lain?." Gerutunya dalam hati. Sempat juga terlintas di benak Anggara, bahwa Angel bersikap demikian adalah untuk menutupi kekesalan hati akibat ketidak keberdayaannya berurusan dengan Vanesa, yang notabene adalah keluarga Aditama.Dan karena berpikir demikian, Anggara berusaha untuk mengambil tanggung jawab dengan sedikit bersikap lunak kali ini. "Salah siapa darah yang mengalir di tubuh mereka(Anggara dan Vanesa) dari keturunan orang yang sama" Pria tersebut juga berpikir bah
Read More
Mati kau!
"Bodoh, dasar otak udang." Ucap tajam Anggara, ketika mendengar dan melihat Angel yang ingin membuka ponsel. Wajah yang semula berusaha untuk tampil lembut, mulai menegas ketika menyadari bahwa wanita yang di anggapnya bodoh itu benar-benar tidak mengetahui apapun."Bagus...ternyata selain berotak udang, ternyata telinga juga gagal fungsi. Bagaimana mungkin akan membaca forum sekarang?, bukankah sudah di katakan semua telah di hapus oleh Handoko. Haaah...jadi dia belum membacanya?." Entah mengapa Anggara semakin kesal mengingat kekhawatirannya yang sia-sia. Gambaran kekhawatiran aneh serta tidak wajar yang mendorongnya datang ke kantor buru-buru pagi ini berkelebat jelas di benak, sehingga membuat wajah itu semakin padat dengan hawa buruk.Anggara ingin sekali menerkam Angel, melumatnya, serta membuka tulang tengkorak kepala wanita tersebut untuk melihat isi di dalamnya.Bagaimana mungkin ada wanita seperti ini di kantornya?.Anggara juga tak habis pikir mengapa masih ada keengganan
Read More
Benar-benar habis.
Ada rasa heran, pasrah dan tidak terima dengan pikiran sendiri. "Aku harus segera mendapatkannya untuk menghilangkan kegilaan ini.""Jika semua sudah berakhir (kudapatkan), aku yakin wajah itu tidak akan pernah menjadi hantu lagi, dasar hantu...awas dan tunggu saja." Gigi putih Anggara bergeretak. Ia berpikir bahwa perasaan sekarang adalah sebuah obsesi sementara seperti sebelum-sebelumnya akibat keinginan yang belum tercapai. Dan tentu saja pemikiran inilah yang nantinya akan membawa sosok pria tangguh, penakluk, tajir serta penjelajah wanita tersebut mengucurkan air mata. Tunggu saja akan ada saatnya nanti kedepan.Sementara Angel yang dengan langkah seribu meninggalkan ruang Anggara, segera menuju meja kerja miliknya. Bahkan, sebelum duduk dengan benar jari jemari lentik itu merogoh tas demi menemukan hp yang bersembunyi. "Apa sebenarnya yang terjadi, dan rumor apa yang beredar?." Dengan gumam-gumam kecil Angel menggerakkan tangan mengutak-atik ponsel." Fo..rum FI..KA." Gumamnya
Read More
Capung air.
Sementara melihat sosok Handoko di sana, kening Angel yang semula seperti lipatan baju tanpa di setrika mendadak licin serta rapi dalam sekejap. "Haaah....Kak...aku tahu kau akan selalu menjadi penyelamatku, kau memang pahlawan bertopeng ku sejak dulu." Seperti menemukan pijakan baru, Angel berdiri dari duduk dan bergerak lebih dekat kearah Handoko. Ap..apa?." Handoko sedikit terperanjat melihat reaksi tiba-tiba wanita tersebut, sehingga nada suara yang keluar dari bibir sedikit terbata."Kak..bukan..bukan...maksud saya pak Han, bisakah anda memberi sedikit bantuan?." Wajah memohon di pasang dengan semaksimal mungkin, meskipun ada rasa sedikit malu tersembul jelas pada wajah cantiknya, apa boleh buat kekuatan dan insting untuk bisa bertahan serta lolos dari hukuman sangatlah kuat. Melihat secara langsung sikap serta tindakan spontan di depannya, sebuah keakraban yang telah lama menghilang kembali terlintas di benak Handoko.Sosok yang terkenal bertemperamen dingin serta kaku itu mau
Read More
Hah..cuman seperti ini?
Dan benar saja, setelah mendengar ucapan barusan Angel menjadi lebih rileks dan bersedia membuka suara. " Ini...Tentang rumor di forum pagi tadi pak." "Swaaaaa...." Dan benar seperti dugaan Handoko, bahwa kegelisahan dan bantuan yang di inginkan Angel berhubungan dengan rumor di forum FIKA pagi ini, dalam sekilas tatapan mata yang di kenal cuek seakan menampilkan kilau cerah.Dan itu tidak salah sama sekali, akan tetapi kenyataan yang ada, apa yang di pikirkan oleh keduanya tentang "rumor" jelas jauh berbeda tujuan.Mungkin pikiran keduanya dapat di artikan sebagai "Satu pohon beda Cabang.""Heemz...aku tahu, jangan khawatir semua sudah terselesaikan."Kepercayaan diri Handoko mengubah semuanya, seperti mendung tebal di langit yang hendak mencurahkan lebatnya hujan, segera cerah dengan satu hembusan angin sejuk."Bagus." Gumamnya lirihSekilas manik mata Angel menampilkan kilatan cerah, dan sejenak kemudian kembali seperti s
Read More
Tidak mencolek, dan tidak ingin di colek.
Meninggalkan kantor sore ini, Angel setidaknya merasa lebih ringan dalam hati serta pikiran.Permasalahan yang timbul akibat kecerobohan dan sikap cueknya sedikit terbantu dengan kehadiran Handoko.Ya...Sosok Handoko setidaknya menjadi tali penyelamat baru beberapa hari ini, ketika berurusan dengan Anggara. Meskipun, tanpa di ketahui nya masih ada hal lain yang telah menerima uluran tangan sosok tersebut. Di tengah proses rumah tangga yang menyita banyak perhatian serta menguras pikiran, Angel sungguh berusaha keras untuk menghindari masalah baru datang kepadanya. Akan tetapi, jika masalah yang datang sendiri untuk menyapa apa yang bisa di lakukan.Seperti halnya pagi ini, selain memang waktu yang kurang memungkinkan untuk membaca chit chat dalam grup kantor, ia juga tidak suka dengan sesuatu yang di anggapnya kurang penting, dengan kajian tentang gosip ataupun rumor yang belum tentu benar adanya. Angel hanya melihat sep
Read More
Dernier
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status