All Chapters of Ketika Istriku Mulai Membangkang: Chapter 61 - Chapter 70
153 Chapters
Bab 61
Riana merasa kian berkuasa di rumah Yoga. Apalagi dilihatnya Lia tak lagi sekeras dulu, meski Lia masih enggan melakukan pekerjaan rumah tangga, tapi setidaknya wanita itu tidak bertindak kasar. Tok... Tok... Tok! Malam sekitar pukul delapan, Lia dikejutkan oleh bunyi ketukan pintu kamar. "Lia! Buka pintunya, Sayang!" Sebuah suara berat yang amat ia kenal. Tidak salah lagi itu, adalah suara Yoga. Lia berdecih aneh mendengar Yoga menyebutnya dengan kata-kata sayang. Sudah lama sekali laki-laki tersebut tidak menyapa dengan sapaan seperti itu. Tapi Lia bukannya terbuai dengan panggilan sayang dari bibir Yoga, melainkan rasa jijik lah yang terbersit di hati. "Ada apa dia datang ke kamarku?" hati Lia bertanya-tanya, sebab selama ini Yoga selalu memilih untuk tidur tidak dalam satu ruangan dengan Lia. "Kenapa?" sahut Lia dari dalam kamar. "Tolong buka pintunya bentar ajah
Read more
Bab 62
"Alasan yang sungguh tidak masuk akal, bukankah aku tidak mandul? Mengapa justru mengharapkan kelahiran anak laki-laki dari rahim yang lain, namak sekali jika Yoga memang mrncari alasan yang dibuat-buat saja." batin Lia."Jadi kamu menginginkan anak laki-laki?" Lia bertanya masih dengan tanpa menatap Yoga.Yoga nampak ragu. "I ... iya, Lia. Sebenarnya selama ini aku nggak enak bilang sama kamu untuk minta punya anak lagi." Lagi-lagi dalam hati Lia berdecak, "Bagus!" Mengaku tak enak mengatakan ingin punya anak pada istri sendiri, tapi justru memintanya pada wanita lain. Argumen yang membagongkan. "Aku mau kamu maklumin hubungan aku sama Riana, Lia. Sebagaimana yang udah aku katakan tadi, aku menjalin hubungan sama dia bukan tanpa alasan. Kamu bisa kan maafin aku? Aku tahu kamu wanita yang baik." Dalam hati Lia melengos dengan kata-kata dari bibir suaminya. Begitu mudahnya laki-laki tersebut mengkhia
Read more
Bab 63
"Apa, Sayang? Kamu menyetujui niatku untuk menikahi Riana?" Yoga bertanya ingin memastikan bahwa ia tidak salah dengar."Iya, Ma. Aku setuju kamu menikahi Riana." jawab Lia getir.Sebenarnya dalam hati jika Yoga ingin berpikir jernih maka istri mana yang rela cintanya diduakan. Mungkin di dunia ini seribu banding satu wanita yang rela dimadu. Tak dipungkiri begitu juga yang sebenarnya Lia rasakan.Tapi apa daya itulah yang diinginkan oleh Yoga. Rumah tangga yang telah lima tahun terbina harus pupus sudah dengan kehadiran Riana dan keburukan sikap keluarga.Lia menghela nafas panjang, tidak ada yang pantas dipertahankan lagi, tidak ada cinta yang harus ia jaga, dan tidak ada lagi rasa cinta yang tertinggal di hatinya untuk seorang Yoga. Laki-laki itu telah berpikir jauh dari lubuk hati Lia.Yoga mendekat, kembali kedua tangan Yoga meraih tangan kanan milik Lia. Menggenggam tangan tersebut begitu erat dengan mata yang dibuat-buat nampak berkaca-kaca. Entahlah Lia tak mengerti mengapa
Read more
Bab 64
Lia kembali memeriksa berkas-berkas penting yang diperlukan untuk mengurus segala sesuatunya.Tak lupa ia kembali memeriksa lembaran kertas yang telah ditandatangani oleh Yoga tempo hari."Dasar pria bd*oh yang terlalu merasa dirinya pintar. Huuuh! kena batunya kamu kali ini!" Lia mengibas-ngibaskan kertas tersebut ke muka lalu kembali memasukkannya ke dalam tas dengan rapi.Setelah itu, Lia mulai bersiap untuk berkemas. Untuk sementara, Lia harus mengurus tokonya terlebih dahulu. Untungnya, semua karyawan disana bisa Lia andalkan. Semua karyawan adalah pekerja keras dan dapat dipercaya. Sehingga Lia merasa sangat terbantu.Dalam situasi seperti ini, Lia sadar bahwa dia harus benar-benar memikirkan apa yang harus ia lakukan terlebih dahulu, sebab tanpa pemikiran yang matang maka semua bisa ambyar. Dan Lia sama sekali tak ingin hal itu terjadi.Berhubung dengan yoga yang ingin menikahi Riana, Lia tak terlalu memikirkan hal itu lagi. Justru rencana pernikahan itu akan menjadi sebuah b
Read more
Bab 65
"Sebentar ya, Mas!" Yoga sibuk mencari-cari nama Lia di daftar kontak."Halo, Lia! Kamu sekarang dimana sih?" Yoga bertanya kesal."Saya lagi di tempat kerja, Mas. Kenapa?" jawab Lia tanpa merasa bersalah."Kamu gimana, sih?" ujar Yoga kesal."Lhoo, emangnya ada apa sama aku, Mas?" Lia berpura-pura heran."Kamu pesenin makanan sebanyak ini, tapi kok nggak di bayarin, gimana sih kamu?""Lhaa, tadi kan Mas bilang pesenin ajah, ya aku pesenin dong. Kalo Mas bilang pesennya terlalu banyak, bukankah tadi Mas sendiri udah bilang setuju sama aku. Mas bilang nggak apa-apa pesen sekalian buat ibu sama Melisa juga. Soal bayarannya, aku mah nggak tahu, aku kan cuma pesenin ajah. Aku sana sekali nggak janji buat bayarnya, Mas. Perkara bayar-membayar mah tergantung sama siapa yang makan dong, Mas. Masa mau nyuruh aku yang bayarin?" di ujung sana, Lia menjawab sambil cengar-cengir."Tapi kan kamu tahu sendiri kalo aku lagi gak punya uang sebanyak itu. Lagian tadi kalo aku tahu kayak gini, mending
Read more
Bab 66
Di sebuah kafe yang telah di sepakati, Lia menemui pengacara Richardo."Pak Richardo, aku sudah menyiapkan semua berkas yang kita butuhkan." ucap Lia. Wanita itu mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalam tasnya.Pengacara Richardo belum langsung berbicara. Ia memperhatikan satu persatu berkas yang Lia sodorkan padanya.Kepala Pak Richardo mengangguk-angguk."Bagus. Dengan adanya surat ini, nanti Yoga tak akan bisa menuntut jika rumah kalian terjual pada orang lain. Surat ini akan menjadi penghalang untuj tuntutannya. Kerja bagus, Lia. Good job!" pengacara Richardo mengamati selembar surat pernyataan persetujuan dari Yoga untuk menjual rumah yang bersangkutan. Surat tersebut telah dibubuhkan tanda tangan Yoga sendiri di atas materai. Dengan arti kata surat tersebut telah bisa diandalkan jika sewaktu-waktu Yoga ingin menuntut. Bukankah dia sendiri yang telah membubuhkan tanda-tangannnya di sana? Jadi pria itu tak akan bisa berbuat banyak. "Pak Richardo, aku sungguh minta tolong s
Read more
Bab 67
"Yoga, hari ini kamu gajian, kan? Mana uangnya? Ibu udah pengen beliin banyak kebutuhan, nih. Apa-apa udah habis semua. Kulkas udah kosong, bahkan Kemarin Ibu udah pinjem sama Bu Lala uang sejumlah lima ratus ribu untuk beli lauk. Karena kamu gajiannya hari ini , maka ibu bilang sana Nu Lala hari ini ibu akan bayarin." Bu Lasmi menghampiri putranya yang baru saja pulang dari kantor.Yang ditanya malah diam termenung. Yoga melepas kemeja yang ia pakai, lalu menaruhnya ke atas sofa. Terlihat laki-laki itu kurang bersemangat. Seperti ada kekalutan yang Yoga simpan."Kok kamu malah diam, Nak? Mana jatah bulanan buat ibu? Ibu pengen ditambah dikit lagiya jumlahnya. Kamu tahu sendiri, kebutuhan bulan ini bertambah. Oh ya sekalian jatah buat Riana juga jangan lupa." ujar Bu Lasmi mendekat.Yoga semakin panik."Bagaimana bisa aku kasih jatah bulanan lebih banyak buat ibu, Bu? Uang gajiku bulan ini ajah cuma cukup buat bayar utang sama teman." ucapan Yoga tak bersemangat. Bu Lasmi berdecak
Read more
Bab 68
Ucapan Lia mengganggu bagi Yoga."Kenapa Lia malah berkata seperti itu? Apa dia masih nggak bisa menghargai uang pemberianku dulu? Bodohnya aku nanyaain itu sama dia. Orang yang berhati jelek kayak Lia tidak akan pernah berubah. Huuuh! Mungkin dia sesekali masih terbakar api cemburu sama Riana kali ya." pikir Yoga"Gak usah ngomong kayak gitu, Lia! Nggak usah ngeremehin ibu aku. Sebenarnya ibu bukannnya nggak bisa ngatur uang dua juta untuk sebulan kayak yang kamu lakukan selama ini, Lia! Tapi ibu memang harus menggunakan uang itu buat bayarin utang." ujar Yoga berkata kesal."Ya udah kalau gitu, kamu udah tahu kalau uangnya habis buat bayar utang. Buat apalagi kamu nanya ke aku, Mas? Kalo kamu udah tahu penyebabnya adalah hutang, maka ada baiknya kalian kurangi ajah tuh ngutang. Aku nggak tahu kalau ternyata kalian banyak ambil utang. Tapi ya udahlah, itu kan pilihan hidup kalian. Eh maaf ya, Mas. Kalau ucapanku agak kurang berkenan." Lia merendahkan kembali nada suaranya di penghuju
Read more
Bab 69
"Aku akan cari tahu sendiri siapa yang punya toko ini. Aku gak perlu sama bantuan kamu! Memangnya kamu mau apa? Bosmu nggak akan mau bicara akrab sama kampungan kayak kamu! Huuh! Mungkin saja pemilik toko ini masih kenal sama Yoga, putraku. Soalnya putraku rata-rata punya kenalan orang kaya." ucap Bu Lasmi percaya diri.Lia mengeleng-gelengkan kepala. Kebanggaan Bu Lasmi akan putranya terlalu melambung tinggi.Sampai-sampai membuat wanita paruh baya itu punya rasa kepercayaan diri yang terlalu memaksa.Lia ingin tertawa sebenarnya. Tapi ia menahan agar tawa itu tidak pecah."Ya, aku juga yakin sekali kalo Yoga mengenali siapa si empunya toko ini, Bu! Dan saya yakin betul kalian berdua memang mengenali si pemilik toko ini dengan baik." ujar Lia tersenyum tipis."Ya tentu saja! Aku yakin kamu bisa menebaknya, Lia. Karena kamu juga tahu sendiri Kalau kami kenal banyak sama orang-orang kaya di daerah sini." Bu Lasmi kembali menyombongkan diri."Awas aja nanti kalau kamu akan dipecat den
Read more
Bab 70
Lia mengayunkan kaki turun dari sepeda motornya. Turun dari sepeda motor, Lia disambut oleh sebuah pemandangan yang cukup membuatnya mengernyitkan dahi. Bagaimana tidak, di teras rumah seorang wanita paruh baya menyambut kedatangan Lia dengan berkacak pinggang. Siapa lagi wanita paruh baya itu, kalau bukan Bu Lasmi.Tapi perhatian Lia bukan hanya tertuju pada Bu Lasmi yang tengah menatap sinis, melainkan kepada seonggok tas-tas barang yang bertumpuk-tumpuk di pojok teras. "Lia! Ini pakaian-pakaianmu dan juga pakaian anakmu! Sudah kuberesin semuanya dan bahkan sudah kubantu buat bawain semua pakaian kalian keluar!" ucap Bu Lasmi menunjuk ke arah onggokan-onggokan tas-tas di sampingnya."Jadi, ini dalam tas pakaianku dan Chika? Begitu?" Lia bertanya tak percaya."Benar sekali! Ini semua adalah pakaian kamu dan juga anakmu!" sahut Bu Lasmi tegas dan arrogant.Lia menarik nafas dalam-dalam."Kalian benar-benar mengusirku dan Chika?""Ya, kami mengusir kalian! Lebih tepatnya aku yang
Read more
PREV
1
...
56789
...
16
DMCA.com Protection Status