All Chapters of Pernikahan Yang Sempurna: Chapter 21 - Chapter 30
138 Chapters
|21|. Memangnya Dia Mencintaimu?
Tanpa sadar Hana tersenyum. Hana merasa senang dalam hati. Mendapati kakak keduanya yang sudah kembali seperti dulu lagi. Kakak yang banyak omong dan siap membelanya dalam hal apapun. "Kenapa malah senyum hem? Sebenarnya apa sih Han?" Ulang Keira penuh rasa penasaran. Hana menarik nafas panjang dan menghelanya perlahan. Hana menatap Keira dan memutuskan untuk menceritakan mengenai kesepakatan yang ia buat dengan Pasha. "Jadi karena ini kamu menangis?" Hana tidak mengangguk, karena yang membuatnya menangis bukanlah hal itu. Keira yang melihat Hana diam membisu, menepuk pundak Hana dengan tegas berujar, "Kau tenang saja. Sekalipun bos toxic itu berhasil memenuhi ketiga persyaratan mu, kakak tetap tidak akan membiarkan mu menikah dengannya" Hana mengulas senyum lembut merasa tersentuh. Tapi memikirkan ancaman Pasha tempo hari, jika seandainya Hana tidak berlaku sesuai kesepakatan, bulu kuduknya terus meremang takut, "Sepertinya tidak bisa kak" "Kenapa?" "Berdasarkan kesepakatan, it
Read more
|22|. Belum Menyentuh
Hari yang tak pernah Hana tunggu pun tiba. Hari dimana Hana akan melihat hasil dari persyaratan yang ia ajukan pada Pasha. Jika ketiga persyaratan itu terpenuhi, Hana harus rela menerima lamaran Pasha dan bersiap menjadi istrinya. Tapi jika salah satunya gugur, itu adalah kebahagiaan yang tak tergambarkan untuknya. Hanya Hana terlalu takut menerima kenyataan. Bagaimana jika itu adalah kemungkinan pertama? "Kalian berdua datang ke rumah ku yuk! Ummi aku hari ini masak banyak untuk makan siang. Sengaja katanya buat undang kalian makan bareng di rumah" Tukas Miftah sambil membereskan buku-bukunya kedalam tas. Kelas mata kuliah yang terakhir untuk hari itu baru saja usai. "Aaa..mau banget" Seru Chaca penuh antusias, "Terakhir kali makan siang di rumah kamu Mif, aku paling gak bisa lupain terasi buatan ummi kamu. Asli pedas banget dan bikin nagih" Chaca dan Hana memang sering makan siang di rumah Miftah. Hana yang memiliki keluarga sibuk dan Chaca yang ibunya kerapkali tidak sempat mem
Read more
|23|. Datang Ke Rumah
Di samping wajahnya yang bersemu malu, Hana merasa cukup lega. Menurut Hana, suatu hal seperti berbagi tempat makan dan minum, itu adalah aktivitas yang terbilang intim antara pria dan wanita. Hana hanya ingin melakukan hal itu dengan pasangan halalnya kelak.Beberapa menit berlalu dalam keheningan, Hana tak dapat menahan diri dari terkejut, tepat ketika sepasang pupil matanya, melihat Pasha dengan santainya minum dari sedotan bekas miliknya tadi. Pasha terus menyedot jus hijau itu seakan tidak terganggu dengan fakta...'Itu adalah bekas mulut ku?'Hana menggeleng cepat dan memutuskan untuk fokus menghabiskan semua makanannya. Pasha sudah menyelesaikan makannya dan memperhatikan Hana yang masih berjuang keras menghabiskan setiap makanan di piring.Alhasil setelah tiga puluh menit berlalu, tujuh piring dan tiga gelas itupun kosong. Hana yang merasa sangat kekenyangan, mengusap perutnya yang sudah membengkak. Tiba-tiba Hana menutup rapat mulutnya, mendadak merasa mual ingin muntah."Sa
Read more
|24|. Permata Yang Menawan
Tepat setelah rutinitas makan malam selesai, terdengar suara bel yang begitu nyaring dari luar. Arya yang baru saja duduk bersila kaki di sofa ruang tengah dengan koran di tangannya, melirik sekilas pada Keira yang baru saja lewat berjalan hendak mencapai anak tangga, "Ada yang datang itu Kei, coba kamu cek"Keira yang baru saja mencapai anak tangga, siap pergi ke lantai atas, terus tercekat di tempat, "Jangan-jangan..."Hana baru saja masuk kedalam kamar dan mendapati ponselnya berdering. Hana mengambil benda pipih itu yang ada di atas meja samping ranjang dan melihat nama yang tertera di layar, 'Pak Ujang?' Itu adalah security yang berkerja di kediamannya."Iya, Assalamu'alaikum pak""Wa'alaikumsalam, ini non saya mau kabarin"Hana menggigit ujung jari telunjuknya dengan perasaan tertekan, "Ya, ada apa pak?""Pak Pasha baru saja tiba dengan pak Shahbaz non. Saya mau kabarin itu saja, sesuai pesanan non Hana tempo hari""Iya pak Ujang, makasih ya""Sama-sama non"Hana melempar asal p
Read more
|25|. Pernyataan Cinta
"Langsung saja, niat saya datang kemari, adalah untuk melamar putri bungsu anda pak Arya, untuk putra semata wayang saya Pasha" Lugas suara Shahbaz memecah keheningan ruang tamu.Jantung Hana berdegup kencang. Nafasnya seakan memburu cepat dan seluruh dunianya menjadi kacau. Akhirnya datang hari dimana seseorang datang melamarnya. Hanya itu menyedihkan. Bukanlah pangeran berkuda putih seperti yang diimpikannya selama ini..."Maaf sebelumnya pak Shahbaz, bukankah kita sudah sepakat untuk menjodohkan putra tunggal anda dengan putri kedua saya Keira?" Arya tersenyum rumit menatap Shahbaz.Keira yang mendengar penuturan papanya itu tersenyum kecut. Sampai akhir, tanpa perlu mengajukan diri pun, memang dirinya lah yang harus di korbankan di sini."Saya mengerti. Tapi saya hanya mengikuti apa yang telah dimainkan putra tunggal saya Pasha dengan putri bungsu anda Hana. Mereka berdua lah yang paling jelas kenapa saya datang pada malam hari ini atas tujuan itu" Shahbaz tersenyum seadanya meman
Read more
|26|. Berhasil Mengikat Mu
"I-tu—" Tenggorokan Hana tercekat, tidak tau harus mengatakan apa sebagai alasan. Berbohong mungkin adalah hal yang paling sial, yang paling tidak bisa Hana lakukan. Meremas jari-jemari tangannya, gugup Hana menoleh kearah Pasha yang duduk tepat di seberangnya. Hana melihat wajah tampan tanpa ekspresi itu, yang hanya menjadi pemerhati dalam diam."Itu apa?" Hana dikejutkan dengan suara lantang Keira di telinga kanannya, terus fokusnya kembali berpusat pada kakak keduanya itu."Yah itu—" Dalam kebingungan harus memikirkan apa sebagai jawaban, kekacauan itu refleks membuat Hana dengan lugunya berseru, "Love at first sight"Seruan Hana yang terkesan bersemangat dan menggebu itu berhasil mencuri semua pusat perhatian orang di ruang tamu. Mereka semua berkerut jidat memandang Hana, kecuali Pasha yang menyeringai dengan bibir berkedut samar."Hah?" Sepasang mata Keira berkedip dua kali menatap Hana. Seakan ia baru saja mendengar lelucon kering, yang mana itu tidak lucu sama sekali, "Han, ka
Read more
|27|. Diculik Ke Sebuah Pulau
Untuk pertama kalinya Hana merasa sinar mentari pagi yang membelai lembut wajahnya, itu menjadi pertanda dari awal hari yang berat. Hana perlahan bangun dari atas sajadah yang sudah basah karena derai air matanya sepanjang shubuh.Hana menanggalkan mukena dan mendengar suara pintu kamarnya di buka."Han, sekarang kamu siap-siap dan ikut kakak"Hana terkejut melihat Keira masuk dengan langkah terburu-buru ke dalam kamarnya."Kemana kak?" Hana bertanya dengan suara serak, khas baru bangun tidur."Udah jangan tanya apa-apa dulu, yang penting sekarang kamu siap-siap ya"Semua adegan itu berlalu begitu cepat. Entah bagaimana Hana sudah rapi dalam balutan gamis marun dengan kerudung bewarna senada yang jatuh terurai menutup dada. Kini Hana berdiri tepat di sebuah lapangan luas dimana di depannya terdapat jet pribadi yang sudah siap untuk lepas landas."Ayo cepat masuk" Keira mendorong Hana untuk bergegas dan menyerahkan dua koper besar pada dua orang pria yang berseragam hitam."Kak Kei ini
Read more
|28|. Karyawan Atau Calon Istri?
"Hana" Keira berkali-kali menepuk pipi Hana, mencoba membangunkan Hana yang tertidur di atas sajadah. "Hana" Mendapati Hana yang tidak kunjung bangun, Keira pun mengguncangkan tubuh kecil itu. Tapi Hana masih saja tidak terjaga dari tidurnya. "Hanaa" Keira terus merasa cemas. Tidak biasanya Hana sulit dibangunkan. Mendapati kedua mata Hana yang terpejam itu meneteskan setitik air mata, sepasang mata Keira seketika membulat kaget, "Han, kamu kenapa?" "Hana.." "Hana.." "Hanaa" Panggilan keras Keira akhirnya menyentak Hana dari mimpi buruk. Sepasang mata Hana terbuntang lebar, itu basah beruraian air mata. Dadanya naik turun seiring nafasnya yang mengalir tak stabil. Hana mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mendapati itu sebuah kamar yang luas dengan sentuhan dekorasi dewasa. Dinding bewarna hijau alpukat lembut yang beradu indah dengan perabotan hitam putih. 'Ini adalah kamar ku' Wajah cantik Hana pucat, masih shock dan takut. "Astaghfirullah.." Hana meraup wajahnya dan
Read more
|29|. Calon Suaminya
Miftah baru saja selesai membuat jus alpukat dan menghidangkan nya dalam tiga gelas panjang. Khusus untuk Hana, Miftah hanya menuangkan satu sendok gula sedang miliknya dan Chaca tak lupa dengan beberapa tetesan susu kental coklat manis. Menata ketiga gelas itu di atas nampan, Miftah bersiap pergi meninggalkan dapur menuju ke lantai dua. Hanya ia bertemu dengan seorang pria berjas hitam rapi di pertengahan jalan, "Maaf, anda ini siapa ya?" Pasha menoleh pada asal suara. Melihat seorang gadis berhijab dalam balutan gamis navy. Tampaknya seumuran dengan Hana, membuat Pasha menerka, "Kamu temannya Hana?" "Ya" Miftah menganggukkan kepalanya, "Dan anda siapa ya?" "Calon suaminya" "Apa?" Di kamar, Hana sudah sibuk mencari kerudung, rok dan cardigan rajut di wardrobe. Bagaimanapun Hana tak nyaman jika Pasha melihatnya dalam balutan piyama yang membungkus tubuh kecilnya. Terlebih itu satin yang lembut dan tipis. "Han, kamu kenapa? Kok tiba-tiba.." Keira menatap Hana dengan raut wajah
Read more
|30|. Jangan-Jangan Fetish?
Hana muntah-muntah di wastafel kamar mandi yang ada dalam kamarnya, di temani kedua sahabatnya yang terus menepuk pelan punggungnya. Semangkuk bubur bayam yang Hana paksa masuk ke perut, kini terbuang sudah. Hana memutar kran dan membilas mulutnya dengan air."Kamu sih Han, kenapa harus nurut banget si sama omongan tu bapak. Belum juga jadi istrinya, toh masih tunangan" Bebel Chaca, yang tak habis-habisnya meluahkan kekesalannya terkait kejadian tadi.Hana menutup kran air, mengambil tisu dan mengelap kering bibirnya yang basah, "Aku males liat kalian berdua cekcok"Karena itulah Hana segera menghabiskan semangkuk bubur bayam itu, berjuang keras untuk tidak muntah sampai akhir, agar Pasha segera pergi dan tak perlu melanjutkan peperangan dengan Chaca.Hana menoleh pada Chaca, mendesah panjang, "Yang satunya perang tombak yang satunya lagi perang dingin..." Hana menggeleng-gelengkan kepalanya mengingat perseteruan antara Pasha dan Maya."Perang tombak? Maksudnya itu aku?" Chaca menunju
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status