All Chapters of CEO Cantik Terjebak Cinta Kakak-Adik: Chapter 11 - Chapter 20
38 Chapters
Pertunangan
Di rumah April, acara pertunangan di gelar...Dibalut gaun berwarna nude, dengan riasan wajah natural dan rambut ikal yang di gerai April terlihat sangat menawan dan membuat semua mata di ruangan tersebut tertuju padanya.“Tahukah kamu Alan, meski aku memilih bertunangan dengan Andrew tapi di dalam hati dan pikiranku hanya ada kamu,” batin April seraya menatap sendu pada Alan yang menatapnya dari kejauhan.“April kamu terlihat sangat cantik, namun hatiku terlalu sakit melihat kamu berdiri di sana tapi bukan denganku. Hancur rasanya karena kamu lebih memilih Kak Andrew daripada aku,” batin Alan seraya memandangi April dan Andrew dari kejauhan.Acara pertunangan di mulai, tiba saatnya April dan Andrew untuk bertukar cincin. Andrew memasangkan cincin di jari manis April begitu pula sebaliknya. Semua orang bergantian memberikan ucapan selamat kepada mereka berdua.Tiba saatnya Alan untuk memberikan ucapan kepada April dan Andrew, ia mencoba bersikap setenang mun
Read more
Menjaga April
Tiga hari kemudian...April sedang sendiri di rumah sakit karena Andrew pergi bekerja dan Zac juga harus menggantikannya di kantor, sedangkan papinya ada tugas di luar kota yang tidak bisa di tinggalkan. Sebenarnya Bu Amelia mama Andrew dan Alan bisa menjaga April, namun karena sakit kepalanya kambuh ia meminta tolong Alan untuk menjaga calon kakak iparnya itu. Dengan senang hati Alan memenuhi permintaan mamanya untuk ke rumah sakit menjaga April.April tengah duduk di ranjang rumah sakit sambil melamun, hingga ia tidak menyadari saat Alan datang untuk menjaganya.“Selamat pagi nona, dari pada kamu melamun seperti itu bagaimana kalau kita jalan-jalan keliling taman?” ajak Alan.“Alan, untuk apa kamu di sini. Aku tidak mau,” tolak April langsung.“Untuk apa? Tentu saja untuk menjaga tuan putri yang cantik ini.”“Aku tidak perlu jalan-jalan apa lagi dengan kamu, jadi tolong tinggalkan aku sendiri sekarang,” pinta April.Tanpa menunggu persetuju
Read more
Kembali ke rumah
“Kenapa terburu-buru? Katanya mau belanja keperluan Miquel,” tanya Alan bingung melihat Emily yang bergegas masuk ke mobilnya.“Nanti aku jelaskan, sekarang lebih baik kita segera pergi dari sini,” jawab Emily seraya mengenakan sabuk pengaman.Alan tak banyak bertanya lagi, Emily segera melajukan mobilnya meninggalkan area supermarket. Zac yang tidak sengaja melihat kebersamaan mereka mengira Alan ada hubungan dengan mantan kekasihnya, Emily.“Apa benar itu anak kita Ly? kenapa kamu tidak pernah memberi tahu aku. Dan kenapa kamu bersama Alan, apa kalian punya hubungan? Aku akan berusaha mencari tahu sendiri,” gumam Zac pada dirinya sendiri.*Andrew mengantar April yang baru pulang dari rumah sakit ke rumahnya. Kedatangan April kembali ke rumah di sambut dengan penuh kegembiraan oleh papi dan kakaknya.“Selamat datang kembali di rumah ini sayang, maafkan papi tidak bisa menemani kamu di rumah sakit kemarin,” kata Pak Arsene menyambut putrinya dengan pel
Read more
Sebuah kebenaran
April dan keluarganya beserta Andrew sedang berkumpul di ruang tamu saat Alan dan Emily datang. April dan Zac sangat terkejut begitu mengetahui bahwa Emily adalah orang yang dimaksud Andrew untuk menjaganya.“Bukankah dia wanita dan anak kecil yang memanggil Alan dengan sebutan daddy? Kalau dia sepupu Andrew itu artinya dia juga sepupu Alan, berarti selama ini... lalu kenapa anaknya memanggil Alan dengan sebutan daddy?” gumam April bertanya tanya pada batinnya sendiri.“Jadi benar Emily sepupu Andrew adalah Lily, dan Alan... berarti juga sepupunya. Lalu siapa anak kecil ini, apa dia anakku? Atau Lily sudah punya suami?” gumam Zac pada batinnya.April dan Zac tidak berhenti menatap terkejut dengan kehadiran Emily dan Alan. Begitu pun dengan Emily, ia tidak menyangka bahwa Zac adalah kakak April. Dan ia akan bekerja di rumahnya bersama Miquel, itu artinya mereka akan bertemu setiap hari. Ingin rasanya Emily lari dan pergi dari hadapan mereka, namun ia tidak bisa melakuk
Read more
Ice cream
April hanya bisa meneteskan air mata, ingin rasanya ia kembali pada Alan dan meminta maaf atas semua kesalah pahaman di antara mereka. Namun ia tidak bisa menyakiti keluarganya terutama papinya, batinnya seolah menjerit meminta Alan untuk membebaskannya dari semua perjodohan ini.“Hey, kamu menangis?” tanya Alan seraya mengusap air mata di pipi April, “Ada apa?” tanyanya lagi dengan lembut.April hanya menggeleng, namun air matanya tidak dapat ia bendung lagi. Ia semakin menangis sesenggukan hingga Andrew datang dan mengira Alan telah menyakiti tunangannya.“Apa yang kamu lakukan pada April? Kenapa dia menangis Alan!?” tanya Andrew setengah membentak.“Aku tidak...” Belum sempat Alan menjelaskan, April menyuruhnya pergi.“Aku tidak apa-apa. Sebaiknya kamu pergi Alan,” usir April dengan memalingkan wajahnya.“Tapi Pril, aku belum selesai bicara,” tolak Alan.“Kamu dengar kan apa kata April, segera pergi dari sini!” bentak Andrew, lalu Alan pun menga
Read more
Rasa yang tersembunyi
Setelah berkonsultasi dengan dokter, terapi pun di mulai. Dengan di bantu oleh suster April mulai berdiri dari kursi rodanya. Kakinya sekarang sudah tak sesakit saat pertama kali ia terapi, perlahan ia mulai berjalan dengan berpegangan pada tangan suster. Sedangkan Alan berada di sisi kirinya, karena April tidak mau di bantu olehnya.Beberapa langkah berjalan April mulai bisa menyeimbangkan tubuhnya, ia meminta suster untuk melepas pegangannya. Perlahan suster pun menuruti untuk melepas pegangan tangan April, dan ia pun mulai berjalan sendiri.Selangkah...Dua langkah...Berjalan dengan perlahan, namun di langkah ke tiga tubuhnya oleng ke kiri dengan sigap Alan menangkapnya sehingga April tidak sampai terjatuh.April dan Alan saling bertatapan beberapa saat.Dug... dug... dug...Bunyi irama jantung keduanya seakan bersahutan, menyampaikan getaran cinta yang saling mereka tutupi. Alan merindukan saat seperti ini, begitu pun April. Namun egonya masih
Read more
Coklat
Merasa tidak dibutuhkan lagi kehadirannya Alan pamit untuk pulang, “Aku pulang dulu ya, besok aku jemput lagi untuk terapi.”“Iya Alan, terima kasih ya. Kamu hati-hati di jalan,” pesan April.“Emmm..., aku rasa besok kamu tidak perlu mengantar April. Biar aku saja,” sela Andrew.“Tapi Andrew, kalau tiba-tiba klien kamu telepon lagi bagaimana?”“Sweety, aku kan sudah janji sama kamu. Besok pagi aku antar ya, kamu bisa pulang sekarang Alan,” usir Andrew sambil mencium kening April menunjukkan kepemilikannya di sana.Alan merasa tidak tahan melihat mereka dan ingin segera pergi dari kamar April, “Baiklah,” sahut Alan singkat lalu berjalan keluar kamar April.“Kamu sudah makan? Minum obat? Bagaimana tadi terapinya, lancar?” cecar Andrew tidak sabar.“Aku harus jawab yang mana dulu?” sahut April sedikit kesal.“Hehe iya maaf sweety,” ujar Andrew seraya membenarkan posisi duduknya, “Silakan kamu jawab satu persatu ya,” lanjutnya.“Iya, aku suda
Read more
Kembali pulih
Sore harinya setelah pulang dari terapi, April menemani Miquel yang sedang bermain sepeda di taman depan rumahnya. April tengah sibuk membaca buku dengan duduk di kursi taman, sambil sesekali ia melihat ke arah Miquel untuk mengawasinya dari kejauhan.Karena tidak memperhatikan ada batu di depannya akhirnya sepeda Miquel oleng dan ia pun terjatuh. BRAAAK!!April menoleh ke sumber suara tersebut dan mendapati Miquel sudah terjatuh dan menangis memegangi lututnya yang berdarah karena terbentur oleh batu. Bagai sebuah keajaiban, refleks April segera berlari menghampiri Miquel untuk segera menolongnya. Lalu ia menggendong anak itu dan membawanya dalam pelukan untuk menenangkannya.Zac, Pak Arsene dan Emily yang mendengar suara orang jatuh lalu berhamburan keluar rumah dan mendapati April yang sudah bisa berdiri dan berjalan tanpa bantuan tongkat.“April...,” panggil Zac dan Pak Arsene serempak, membuat April menoleh ke sumber suara tersebut.Lalu mereka di
Read more
Cemburu
“Baiklah kalau begitu, apa kamu sanggup Zac?” tanya Pak Arsene penuh harap.Zac mengangguk, “Aku akan berusaha sebisa mungkin dan terus belajar pi, aku juga sudah meninggalkan dunia keartisan untuk bisa menjalankan bisnis keluarga kita,” jawabnya penuh keyakinan membuat Pak Arsene tersenyum lalu mengangguk tanda setuju.“Kamu mau membuka bisnis apa sayang?” tanya Pak Arsene kini beralih pada putrinya.“Kalau papi izinkan, aku mau membuka butik dan memulai bisnis desain apa boleh pi?”“Apa kamu akan senang menjalaninya sayang? Kalau itu memang membuat kamu senang papi tidak mungkin akan melarang, lakukan hal yang membuat kamu bahagia ya,” ujar Pak Arsene tersenyum.April memeluk papinya, “Terima kasih ya pi, sudah selalu mengerti yang aku mau,” ujarnya, “Andai papi juga setuju dengan lelaki pilihanku, tapi nyatanya tidak seperti keinginan hatiku,” batinnya seraya melirik ke arah Andrew.Semuanya turut berbahagia dengan rencana yang akan di jalani oleh Ap
Read more
Ikatan batin
Miquel sedang berlarian di ruang tamu, lalu tanpa sengaja tubuh mungilnya menabrak Pak Arsene yang lewat di depannya.“Maaf.. maaf, Miq tidak sengaja,” lirih Miquel dengan menunduk takut dimarahi oleh Pak Arsene.Pak Arsene berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Miquel, lalu ia meraih dagu anak itu agar menatapnya, “It’s oke sayang, kamu tidak perlu takut pada kakek ya,” ujarnya lembut.“Kakek?” tanya Miquel mengernyitkan keningnya.“Iya sayang, kamu boleh panggil aku kakek. Anggap saja aku ini kakekmu ya,” sahut Pak Arsene dengan tersenyum.“Boleh Miq peluk kakek?” tanya Miquel hati-hati.“Tentu saja,” jawab Pak Arsene tersenyum ramah lalu merentangkan tangannya, kemudian Miquel memeluknya.“Terima kasih kakek,” ujar Miquel tersenyum senang dalam pelukan Pak Arsene yang memang kakek kandungnya.“Kenapa hatiku terasa nyaman saat memeluk anak ini ya, dia seperti Zac saat masih kecil. Apa mungkin... ah tidak mungkin, sepertinya ini hanya p
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status