All Chapters of Yes, I Do: Chapter 21 - Chapter 30
116 Chapters
Bab 21. Bantuan Danendra
“Siapa?” tanya Om Danendra dan Tante Iva kompak. Rupanya mereka benar-benar ingin tahu.Aku menghela napas pelan sambil melirik ke arah Cheryl, yang kebetulan juga melirik ke arahku dengan senyum iseng khasnya.Kenapa sahabatku ini selalu saja membicarakan hal yang tidak penting?“Cheryl, sepertinya harus kamu yang cerita deh,” paksa Tante Iva.Aku masih menatap Cheryl dengan pandangan yang aku sendiri tidak mengerti.“Kalau kalian tidak mau cerita, itu artinya hanya Om dan Tante yang menganggap kalian anak sendiri. Sedangkan kalian hanya sekadar bersikap baik dengan kami.” Perkataan Om Danendra menyiratkan rasa kecewa dan itu membuatku praktis merasa bersalah.Lagi-lagi aku menghela napas pelan, memikirkan cara untuk bercerita.“Akan lebih baik kalau Lilian yang cerita, Tanta,” ujar Cheryl, masih menatapku.“Jadi, begini … kemarin saya mendadak pergi ke Pulau Sentosa sendirian. Rencana saya, setibanya di sana mau mengirimkan foto, sekaligus memberi tahu Cheryl, agar dia menyusul saya
Read more
Bab 22. Terus Terang
“Lalu … kita harus bagaimana, Ryl?” tanyaku. Saat ini tubuhku sudah mulai sedikit gemetaran, dan aku tetap berusaha untuk fokus sebelum traumaku kambuh.“Enggak bagaimana-bagaimana,” jawab Cheryl membuatku praktis menoleh ke arahnya.“Tidak perlu takut! Ada aku dan ada orang kepercayaan om Danendra yang mengawasi kita. Kita pasti aman,” bisik Cheryl.Aku mengangguk samar. Namun, aku tidak bisa menutupi rasa gugup.“Li, tenang! Jangan terlihat gugup!” Cheryl kembali mengingatkanku.“Iya,” jawabku.Setelah menghembuskan napas pelan beberapa kali, aku pun membuka pintu cafe.Melihat kami berdua datang, Keenan langsung tersenyum dan melambaikan tangannya.“Hai! Maaf menunggu lama.” Itu suara Cheryl yang mendahuluiku menyapa.Cheryl pasti tahu kalau aku masih sangat gugup.Cheryl menarik kursi di hadapan Keenan. Sedangkan aku memilih untuk duduk di sebelah Cheryl.“Mau minum?” Keenan menawari.“Tentu saja,” jawab Cheryl sambil melambaikan tangannya, memanggil seorang pelayan cafe.“American
Read more
Bab 23. Ban Mobil
Suasana di antara aku, Cheryl, dan Keenan mendadak terasa canggung. Keenan mungkin bingung dan khawatir salah bicara, sehingga kami akan semakin mencurigainya. Sementara aku dan Cheryl juga merasa tidak enak hati sudah mencurigai Keenan. Akan tetapi, Keenan memang seseorang yang paling mencurigakan. Tidak salah kalau Cheryl menginterogasinya, bukan?“Jadi, apa tujuanmu ingin mengajak kami bertemu?” tanya Cheryl membuka pembicaraan.“Kita sudah pernah pergi bersama sebelumnya dan aku sudah menganggap kalian temanku, tak ada salahnya kita bertemu,” jawab Keenan.Aku mengangguk samar.“Apa kalian percaya dengan alasanku?” tanya Keenan. Raut wajahnya terlihat memelas.“Entahlah,” jawab Cheryl.Sahabatku satu ini memang benar-benar jujur dan apa adanya, sampai sering kali dia lupa menjaga perasaan orang lain.“Begini saja ….” Keenan terlihat mengambil dompet di saku celananya, lalu dia mengeluarkan kartu nama dan memberikannya pada kami.“Setidaknya kalian tahu alamat tempat tinggal dan ka
Read more
Bab 24. Lari Pagi
“Itu ban mobil kamu kempes!” seru Cheryl yang rupanya juga ikut memperhatikan.Aku, Cheryl, dan Keenan buru-buru berjalan mendekat ke arah mobil. Akan tetapi, Keenan terlihat berjalan lebih cepat dan setengah jongkok di samping mobilnya.Benar yang aku lihat, ban mobil bagian depan, sebelah kanan sudah kempes.Keenan bangkit berdiri, lalu melihat ke arah kami. Raut wajahnya terlihat bingung, tapi dia masih berusaha tenang. “Kalian pulang dulu saja. Aku masih harus mengganti ban,” katanya.“Eee, tidak apa-apa, biar aku bantu!” sahut Cheryl, yang buru-buru ke mobil untuk meletakkan tas.Aku akui, meskipun wanita, Cheryl cukup jago mengganti ban mobil. Tinggal di Singapura memang membuat kami lebih mandiri. Sebisa mungkin belajar melakukan semua hal sendiri.Sementara aku yang tidak tahu cara mengganti ban, hanya bisa terpaku, memperhatikan Keenan yang sudah membuka bagian bagasi mobil.“Lilian, kamu kenapa?” tanya Keenan membuatku terkesiap.“A-apa ada orang yang berniat jahat padamu?”
Read more
Bab 25. Bukan Keenan
“Tidak apa-apa. Ternyata di area sini cukup banyak orang yang suka lari pagi,” jawab Keenan, yang kemudian mulai berlari, menyusul Cheryl yang sudah cukup jauh berada di depan kami.Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling sejenak, lalu ikut berlari, berusaha menyejajarkan langkahku dengan Keenan.“Apa kamu juga suka lari pagi?” tanyaku.“Tidak. Aku lebih suka menggunakan fasilitas yang ada di apartment untuk olahraga,” jawab Keenan.Aku mengangguk dan kembali fokus untuk berlari, karena bicara sambil berlari akan membuatku lebih cepat lelah.Setelah berlari sekitar tiga puluh menit lamanya, kami berhenti di sebuah kursi kosong yang ada di depan salah satu mall, yang biasa menjadi tempat pengunjung mall menunggu taxi.“Kamu larinya cepat sekali, Ryl,” ujarku sambil mengatur napas.“Aku hanya mulai terlebih dahulu, bukan lebih cepat,” jawab Cheryl.Aku duduk sambil meluruskan kaki, diikuti oleh Keenan yang duduk di sampingku.“Hari ini lebih banyak orang yang lari pagi, dibandingkan min
Read more
Bab 26. Merasa Malu
“Halo, Keenan. Apa tawaran untuk menikmati hidangan laut di Alexander Apartment masih berlaku?” tanyaku melalui telepon.“Baik, sebelum jam dua belas kami akan tiba di Alexander Apartment,” ujarku.Kemudian aku memutuskan sambungan telepon sambil memegangi dada yang sedari tadi belum bisa berdebar normal, sampai membuatku sedikit gemetaran.“Minum dulu, Li.” Cheryl memberikan satu gelas berisi air putih.Aku menerima gelas tersebut, lalu minum air sampai habis, dan meletakkan gelas yang sudah kosong di atas meja.“Li, jangan takut! Kita akan baik-baik saja,” ujar Cheryl, menenangkanku.“Maaf, aku hanya ingin jalan-jalan,” jawabku mencari alasan.Tadi begitu melihat ada kotak paket misterius, yang ada di pikiranku adalah ingin segera pergi dari unit apartment kami ini. Dan yang aku ingat hanya tawaran Keenan untuk mencicipi hidangan laut. Itu sebabnya, aku segera menghubungi Keenan.Padahal kalau dipikir-pikir lagi, tempat paling aman sebenarnya di unit apartment kami ini sendiri.“Kam
Read more
Bab 27. Permintaan Maaf
Raut wajah Keenan yang sangat terkejut terlihat sangat kentara, saat mendengar perkataan Cheryl.“Aku minta maaf,” ucap Cheryl.“Kalian yakin?” tanya Keenan, sambil melihat ke arahku dan Cheryl bergantian.“Tidak seratus persen, tapi kami rasa pengirim misterius itu bukan kamu,” jawabku.“Bagaimana bisa?” Bukannya menanggapi permintaan maaf Cheryl, Keenan malah lebih penasaran dengan cerita kami.Apa dia tidak merasa lega, kami tidak mencurigainya lagi?“Apa kamu memaafkan kami?” tanyaku.“Sebenarnya tidak ada yang perlu dimaafkan. Aku mengerti kecurigaan kalian. Satu tahun yang lalu, aku memergoki kekasihku selingkuh dan aku tidak tahu bagaimana cara meluapkan kesedihan. Ide datang begitu saja, mengantarkanku pada sebuah pemakaman yang mempertemukanku dengan kalian. Di sana aku menangis sepuasnya, dan akhirnya aku kembali merasakan lapar.” Keenan bercerita begitu saja sambil tersenyum malu.“Dari pemakaman, aku bertemu kalian lagi di salah satu tempat makan siap saji. Lalu, beberapa
Read more
Bab 28. Es Krim Potong
Aku melirik ke arah Cheryl berharap mendapatkan bantuan untuk menjawab, tetapi ternyata dia sibuk dengan ponselnya.“Boleh. Besok aku akan ke kantormu,” putusku.“Kalau perlu aku jemput, beri tahu saja,” ujar Keenan.“Tidak apa-apa. Aku bisa sendiri. Untuk waktunya, aku akan mengabarimu besok, karena jadwalku tergantung pekerjaan di kantor,” jawabku.“Siap,” sahut Keenan sambil tersenyum.Tanpa terasa, kini kami sudah masuk ke dalam MRT dan duduk di salah satu kursi yang kebetulan masih kosong.“Kita beruntung mendapatkan tempat duduk. Lihat saja! MRT sangat penuh,” bisik Cheryl.“Hm,” gumamku.Di pemberhentian pertama, ada dua orang wanita yang usianya kurang lebih sama seperti mamaku, berjalan masuk ke dalam MRT, sambil membawa tas belanja yang terlihat cukup berat.Mengetahui kalau saat ini MRT sedang penuh dan tidak ada bangku kosong, aku dan Cheryl praktis bangkit berdiri untuk memberikan tempat duduk kami pada kedua wanita itu. Tak disangka, Keenan ternyata juga ikut bangkit ber
Read more
Bab 29. Bekerja
Usai menikmati es krim, aku, Cheryl, dan Keenan jalan-jalan sebentar, lalu kami kembali ke Alexander Apartment untuk mengambil mobil.Aku dan Cheryl memutuskan untuk menghabiskan waktu di unit apartment, tanpa mengungkit masalah pengirim hadiah misterius lagi.Hingga keesokan harinya …Tiba-tiba Cheryl membuka pintu kamarku dan menyembulkan kepalanya, “Li, aku antar kamu ke kantor ya?”“Lho, kamu belum berangkat?” tanyaku keheranan. Pasalnya, setiap hari Senin, Cheryl selalu berangkat lebih awal karena ada satu pasien yang lebih suka konsultasi di pagi hari.“Pasienku sedang sakit. Jadi, aku akan menemuinya di rumah. Arah rumahnya melewati tempat kerjamu.” Cheryl memberi tahu.Aku meraih tas kecil di atas nakas, lalu berjalan mengikuti Cheryl.Tepat ketika Cheryl hendak membuka pintu utama unit apartment, tiba-tiba Cheryl berhenti dan membalikkan tubuhnya.“Kenapa?” tanyaku bingung.“Kamu pasti belum sarapan. Apa aku benar?” tanya Cheryl sambil memicingkan matanya.“Sudah minum susu,”
Read more
Bab 30. Semakin Dekat
Setelah aku memberi tahu Keenan mengenai sistem kerja, Keenan langsung bertanya tentang sistem pembayaran. Di sini aku menilai Keenan sebagai seorang pemuda yang cerdas dan cekatan. Dia juga tahu poin-poin penting yang harus kami bicarakan sebelum mulai bekerja.Cara kerja yang seperti ini yang aku suka. Tidak bertele-tele dan jelas sejak sebelum kerja sama dimulai.“Jika proses kerja sama sudah selesai, berapa lama aku bisa mendapatkan desain gambarnya?” tanya Keenan.“Biasanya aku membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu. Dari kamu sendiri, berapa lama waktu yang diberikan untuk aku menyelesaikan semuanya?” jawabku.“Satu minggu seharusnya cukup,” sahut Keenan.Aku mengangguk.“Besok aku akan mengurus semuanya agar kita bisa segera mulai bekerja,” ujar Keenan, membuatku melongo. Sungguh aku tidak bisa berkata-kata.“Apa kamu setuju dengan sistem kerja dan pembayaran yang aku ajukan? Kamu tidak butuh contoh gambar?” tanyaku memastikan.“Iya, aku tidak keberatan. Mengenai contoh gam
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status