All Chapters of Nafkah Batin Basi: Chapter 151 - Chapter 160
200 Chapters
Bab 151. Amelia Murka
Bab 151. Amelia Murka “Em, saya jadi teringat masakan mama. Rasanya beda banget dengan masakan siapapun. Seenak apapun masakan di luar sana, tetap kalah dengan masakan mama. Mungkin karena yang namanya ibu, pasti masak itu bumbunya cinta dan kasih sayang, gimana menurut bapak?” pancing Amelia lagi. “Hem.” Hanya itu yang keluar dari mulut Daffin. Amelia merasa tak puas. “Bagaimana dengan Tante Rahayu? Pasti masakan dia juga enak, kan, Pak? Bapak juga niru resep dia pasti saat masak ini tadi?” “Bisa, enggak kita tidak usah bahas perempuan itu lagi?” sergah Daffin. Daffin sebenarnya mulai kesal. Tapi dia berusaha menahan. Tetapi, Amelia merasa berkewajiban untuk mendekatkan ibu dan anak itu kembali. Terutama untuk memenuhi janji yang telah dia ucap kepada Rahayu, pun kepada Dr. Fitri. Dia harus berusaha lebih gigih lagi. “Tante Rahayu sangat menyayangi Pak Daffin. Dia pernah mengalami stress berat karena pengkhianatan papa Anda, bukan? Apakah Bapak tahu kalau alasan Tante Rahayu
Read more
Bab 152. Ada Apa Dengan Hati Amelia
Bab 152. Ada Apa Dengan Hati Amelia “Mbak! Mbak Amel! Baiklah, jika Mbak Amel tidak mau memaafkan saya, artinya saya memang harus segera pergi dari rumah ini, bukan? Semoga masih ada kamar kosong di hotel terdekat. Saya permisi Mbak Amel!” Nyes! Ada perih yang menelusup di hati Amelia. Kenapa dia tak rela pula jika pria itu angkat kaki dari rumahnya? Bukankah itu yang seharusnya terjadi? Pria pemarah itu harus keluar dari rumahnya. “Jika Mbak Amel tidak sudi melihat wajah saya, tidak apa-apa, Mbak! Tapi, setelah saya pergi nanti, tolong kunci pagar dan pintunya, ya! Saya pergi …. Terima kasih telah mengizinkan saya beristirahat beberapa jam tadi di sini. Permisi ….” Amelia menghela napas panjang. Lalu mengeluarkannya perlahan. Suara langkah kaki terdnegar menjauh. Suara berisik terdengar sesaat, Daffin memerintahkan anggotanya mengantar ke hotel terdekat. Deru mesin mobil mulai terdengar, kemudian makin samar, menjauh dan hilang. Amelia melemparkan tubuhnya ke atas kasur. Gadi
Read more
Bab 153. Amelia Diculik
Bab 153. Amelia Diculik “Apa hubungannya dengan saya?!” sergah Amelia protes. “Pak Daffin di hotel, Mbak! Menurut atasan kami, terakhir Pak Daffin minta orderkan minuman beralkohol. Sebenarnya sudah dicegah, tetapi Pak Daffin maksa. Dan hingga sekarang tidak mau keluar kamar sama sekali. Kata atasan kami, mungkin Mbak Amel bisa membujuk Pak Daffin.” “Saya bukan siapa-siapanya Bos kalian! Maaf, saya juga tak mau ikut campur!” “Tolonglah, Mbak! Ada dana miliaran yang diperjuangkan dalam meeting kali ini. Perusahaan bisa rugi besar bila meeting dibatalkan tanpa alasan yang jelas seperti ini.” “Saya tidak ada hubungan dengan Bos kalian! Percuma meskipun kalian bawa saya ke sana!” “Kita coba dulu, Mbak! Kita berangkat, ya! Dan maaf, jika pun, Mbak Amel tidak mau, kami akan tetap memaksa! Tolong jangan pancing kami berbuat kasar!” “Kalian!” Amelia memucat, pun dengan Dadang. Pria yang tadi menunggu di motor tiba-tiba sudah ada di dalam mobil, tepat di belakang stir. Sebuah be
Read more
Bab 154. Runtuhnya Keangkuhan Daffin
Bab 154. Runtuhnya Keangkuhan Daffin “Jadi, anggota saya sengaja menculik Anda untuk meminta saya membuka pintu itu?” tanyanya ketus. “Ya, Anda itu aneh, Pak Daffin! Seperti anak kecil! Pimpinan perusahaan besar kok, seperti anak ingusan saja. Bagaimana bisa Bapak memajuakn perusahaan Anda kalau Anda tidak bisa memilah mana urusan pribadi dan mana urusan perusahaan. Bukankah meeting Anda hari ini untuk bisnis yang nilainya miliaran itu? Bayangkan apa yang akan terajdi bila Anda mengunci diri terus di akmar seperti tadi! Pantes saja Tante Rahayu belum mau menyerahkan perusahaan atas nama Anda!” “Stop! Cukup! Sekarang kau keluar!” Amelia tak lagi terkejut. Kalimat kasar ini bukan pertama kali dia dengar. Peristiwa tadi malam sudah lebih dari cukup untuk dia belajar. Belajar memahami karakter sang Bos besar. “Saya sudah diculik anggota Anda, Pak! Maka Anda harus membayar perbutan mereka kalau tidak mau saya perkarakan Anda dengan tuduhan otak penculikan.” “Apa maksud Anda? Mau per
Read more
Bab 155. Sentuhan Jemari Amelia di Bibir Daffin
Bab 155. Sentuhan Jemari Amelia di Bibir Daffin “Maafkan saya, Pak Daffin! Tapi Bapak harus makan, lalu ke kantor, ya!” bujuknya dengan suara halus dan sedikit bergetar. Mulut yang tertutup itu dia sentuh lembut dengan jemarinya. Berbagai perasaan mengaduk di dalam dada. Merasa direndahkan itu selalu muncul yang pertama. Perasaan minder adalah pemicunya. Hidupnya yang tak sempurna kasih dengan sayang orang tua, membuatnya selalu berpikir buruk tentang orang di sekitarnya. Di tambah lagi hasutan Lidya yang tiada pernah berhenti mengkerdilkan jiwanya. Namun, selain merasa direndahkan, ada rasa asing yang membuncah. Rasa yang membuatnya merasa bahagia. Sentuhan jemari lembut gadis itu menimbul getar di sanubari, ada desir hangat, yang begitu syahdu. Bimbang. Pria itu lalu diam. Pegangan tangan kekar itu melemah, lepas lalu luruh. “Makan, ya!” ucap Amelia melanjutkan suapannya. Daffin menurut, lidahnya merespon suapan gadis itu. lidah hangat itu sesekali bersentuhan dengan jemari
Read more
Bab 156. Rahayu Drop
Bab 156. Rahayu Drop “Tante kenapa? Kenapa drop lagi? Tante mikirin apa lagi?” Amelia menggenggam dan mengelus tangan kurus wanita itu. “Daffin tidak pulang ke rumah Lidya. Lidya memaki-maki tante. Katanya Daffin berubah karena hasutan tante. Padahal Daffin sama sekali tak pernah mau bicara dengan tante. Entah Daffin di mana sekarang.” “Pak Daffin di kantor. Tante tenang saja, ya! Dia baik-baik saja.” “Kamu tahu Daffin? Tolong, saya mau duduk!” pintanya kepada sang perawat. Amelia membantu perawat menyenderkan tubuh Rahayu di bagian kepala ranjang. “Ya, tadi malam dia nginap di hotel, sendirian,” jawab Amelia kemudian. “Kamu kok, tahu?” “Ya, Tante. Anak buahnya menjemput saya, karena Pak Daffin sempat tak mau bangun. Sekarang dia sudah di kantor, Tan.” “Apa yang terjadi? Kenapa Daffin nginap di hotel?” “Tante Lidya datang melabrak saya ke rumah. Dia megatakan kalau Pak Daffin bukan anak mendiang suami Tante. Dia juga mengatakan kalau Pak Hendra berpesan padanya untuk mengu
Read more
Bab 157. Daffin Mulai Berubah
Bab 157. Daffin Mulai Berubah “Kau yang membuat! Kau keras kepala dan suka membuatku meledak!” “Aku tidak bermaksud membuat Anda meledak! Tapi, kalau memang Anda juga sudah mengakui bahwa aku suka membuat Anda meledak, itu artinya bahwa memang benar Anda itu gampang emosi dan gampang meledak! Itu sudah watak! Dan sepertinya kalau sudah watak, tidak akan gampang berubah. Dan saya paling tidak suka berhubungan degan seseorang yang gampang marah, seperti Anda!” “Terserah!” “Ya, terserah! Yang saya bingung adalah, selain gampang marah, Anda juga tidak memiliki hati nurani. Mama Anda sedang drop, dia tengah berjuang untuk bertahan hidup. Itu terjadi setelah dia memenuhi persyaratan dari Anda! Saya bersedia sebagai saksi bahwa dia telah memutuskan hubungannya dengan pria itu. Dia sudah memenuhi syarat itu. Lalu, apa yang Anda lakukan sekarang? Kenapa Anda sendiri tidak memenuhi janji Anda!?” “Apa yang bisa kulakukan? Coba katakan aku harus apa?” “Kenapa Anda tidak mencoba masuk
Read more
Bab 158. Daffin Cemburu
Bab 158. Daffin Cemburu “Kenapa menatap saya begitu, Mbak?” tanya Daffin kemudian. “Maaf, saya gak percaya saja, ternyata Anda akhirnya mau memanggil Tante Rahayu dengan sebutan itu. Maukah Anda berjanji, setelah sadar nanti, kata pertama yang akan didengar oleh ibu Anda adalah kata ‘Mama’ dari bibir Anda?” “Baik, saya janji.” “Wah, kenapa Anda bisa berubah sedrastis ini?” “Apakah saya tidak boleh berubah?” “Tentu saja saya senang sekali jika Anda akhirnya mau berubah, Pak Daffin. Cuma saya penasaran, kenapa Anda berubah setelah bertemu dengan Dokter Vito. Apakah ada hubungannya” “Ya, jujur, saya dilanda ketakutan setelah melihat ada cinta di mata dokter itu.” “Cinta?” “Ya.” “Maksud Anda?” “Lupakan saja!” “Oh, baik. Terserah, apapun alasan Anda. Sekarang, maukah Anda mendoakan keselamatan Tante Rahayu? Doa seoarng anak, begitu makbul untuk keselamatan orang tuanya, begitu, bukan?” “Tentu, jika Mbak Amel yang meminta, pasti akan saya kabulkan!” “Oh, kenapa karena saya?
Read more
Bab 159. Pertengkaran Andre dan Amelia
Bab 159. Pertengkaran Andre dan Amelia Amelia berjalan tergesa menuju gerbang rumah sakit. Sebuah mobil mewah perlahan keluar dari areal parkir, lalu menghampiri gadis itu. “Taksi!” teriak Amelia saat sebuah taksi melintas. “Masuk sini saja, Mbak! Mari saya antar!” Bodyguard yang tadi pagi menculiknya, membukakan pintu mobil di jok kedua. Sementara anggota Daffin yang lain segera menghalau taksi yang tadi sempat dipanggil oleh Amelia. “Saya sudah panggil taksi, terima kasih!” tolak Amelia cepat. “Maaf, Mbak ini perintah!” “Perintah siapa? Bos kalian lagi, ha?” “Iya, Mbak. Maaf! Jika Mbak menolak, kami harus memaksa.” “Gila, ya! Kenapa saya sekarang tak ubahnya seorang tawanan? Ini tak bisa saya tolerir lagi! Saya bisa saja melapor kepada pihak berwajib dengan alasan kalian membuat saya merasa terancam! Pinggir! Saya mau pergi!” “Mbak, Anda tahu Pak Daffin, bukan? Tolong jangan persulit tugas kami! Pokoknya mulai sekarang, ke manapun tujuan Mbak Amelia, kami harus mendamping
Read more
Bab 160. Pengakuan Amelia Membuat Andre Meradang
Bab 160. Pengakuan Amelia Membuat Andre Meradang “Bohong! Kau berbohong Amelia! Kau berdusta! Kau pernah mencintaiku! Kau berubah karena pria itu, kan? Kenapa? Kenapa kau berpaling setelah kau bertemu dia! Kau jatuh cinta padanya? Jawab, Mel!” Andre mulai meradang. Lengan Amelia dia guncang dengan kencang. Itu tak luput dari perhatian seorang pria, yang baru saja menepikan mobilnya di jalan, tak jauh dari halaman. “Tolong jangan berteriak, Pak Andre! Saya mau papa mendengar pertengkaran kita! Saya tidak mau papa drop lagi! Tolong! Saya mohon! Saya tidak mau papa kenapa-napa lagi, setelah berjuang untuk kesembuhannya selama ini!” Amelia memohon. “Papamu harus tahu yang sebenarnya! Dia harus tahu, bahwa kau berubah padaku, itu bukan karena apa-apa, tetapi karena kau terjerat cintanya pengusaha terkenal itu, iya, kan? Kau jatuh hati pada Daffin, kan? Jujur!” “Tolong jangan berteriak!” “Jawab pertanyaanku! Kalau kau tak mau aku berteriak!” “Baik, aku jawab! Ya, aku men
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
20
DMCA.com Protection Status