All Chapters of Goodbye School: Chapter 61 - Chapter 70
136 Chapters
Bab 61
Ayra terdiam mematung setelah membaca surat dari almarhum sahabatnya. Kedua tangannya bergetar. Seperti sebuah warisan yang harus ia laksanakan. Apakah Fera mengetahui sesuatu lebih dari yang ia tahu? Jangan-jangan selama ini nomor asing yang pernah mengirimi Ayra gambar adalah Fera? Atau suruhannya Fera?Perlahan kertas itu jatuh dari tangan Ayra. Ia mengubah posisi menjadi duduk. Tatapannya kosong entah ke mana. Ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menanggapi surat dari Fera. Apa yang harus ia lakukan?*** “Maaf, Bu karena kemarin saya bolos sekolah.” Ayra menunduk di depan guru BK. Merasa bersalah atas kejadian kemarin yang keluar dari sekolah seenaknya.“Saya juga minta maaf, Bu. Saya hanya berniat mengajak dan membantu Ayra bertemu dengan Fera.” Rendra turut meminta maaf kepada Bu Fadilah.“Ibu memanggil kalian ke sini bukan untuk membahas perihal kalian bolos. Ibu ngerti perasaan kamu, Ayra. Sebagai teman yang dekat, pasti merasa sangat bersedih karena ditinggal sahabatny
Read more
Bab 62
“Kenapa tiba-tiba ngomong gitu, Ra? Kamu kenapa?” Rendra menghentikan aktivitasnya. Menatap gadis di sebelahnya dengan lekat. Jantungnya seolah berhenti detak. Ia merasa begitu tercekat.Ayra menunduk. Kali ini keputusannya sudah bulat. Alih-alih mengikuti kata hatinya, ia yakin suatu saat pasti akan menemukan petunjuk kebenaran dan alasan mengapa Fera menulis surat tersebut untuknya.“Ra, jelasin sama aku. Kenapa kamu tiba-tiba minta kita putus? Kita baru saja baikan, ‘kan?” Rendra mempertegas suaranya.“Aku hanya ingin kita putus tanpa alasan. Apa itu nggak boleh? Anggap saja aku sedang fokus mengejar nilai ujian.”“Hahah, memang apa hubungannya? Kalau mau belajar, ya silahkan. Aku nggak melarangmu dan nggak akan mengganggumu!”Ayra menghela napas pelan. Ia tidak mungkin menjelaskan alasan yang dia sendiri masih belum begitu mengerti mengapa mereka harus putus. “Kamu makan saja, Ren. Setelah ini keluar dari sini,” pungkas Ayra lalu pergi dari sebelah Rendra. Ia membiarkan lelaki itu
Read more
Bab 63
“Dari mana Tante bisa tahu nama itu? Apa Tante mengenal orangnya? Atau Tante membaca pesan yang ada di Hp-nya Fera? Saya mau lihat pesan itu, Tante.” Ayra langsung berdiri dan hendak merebut ponsel milik Fera yang ada di genggaman tangan ibunya Fera. Namun, ibunya Fera langsung menyingkirkan benda tersebut dari Ayra.Ibunya Fera tahu kalau anaknya sempat bertengkar dengan Ayra perkara Fera yang berikirim pesan dengan Attar. Wanita itu tahu dari pesan yang Ayra kirim kepada Fera sebelum meninggal. Ayra yang meminta maaf atas pertengkaran mereka karena perihal berkirim pesan antara Fera dengan Attar. Jadi, ibunya Fera tidak akan membiarkan Ayra melihat isi pesan tersebut. Ia paham kalau Fera pun tidak akan mengizinkan Ayra membaca pesan dari Attar.“Ini punya anak tante dan tante nggak akan biarin kamu melihat isi HP-nya Fera.”“Tante, saya mohon, aya mau lihat isi pesan mereka.”“Ayra, bukankah seharunya kamu merasa bersalah atas kejadian ini? Gara-gara pertengkaran kalian, anak tan
Read more
Bab 64
“Tuan, apa akhir-akhir ini Tuan ada masalah?”Attar menoleh saat mendengar suara Mbok Inah berjalan mendekatinya. Wanita paruh baya itu datang ke kamar Attar untuk mengantarkan minuman hangat, sedangkan Attar tengah berdiri di belakang kaca jendela yang luas, memandang ke arah luar. “Jujur saja sejak kemarin saya merasa kasihan melihat Tuan yang tampak murung dan sedih. Tuan Attar ada masalah apa? Cerita saja sama mbok. Siapa tahu mbok bisa kasih solusi untuk Tuan.” Mbok Inah kini berdiri tak jauh dari Attar setelah meletakkan minuman yang Attar mau.Sekarang tatapan Attar beralih ke bawah. Ia menunduk. Benar, dia memang sedang bersedih. Bukan bahagia seperti calon pengantin pada umumnya. “Saya mikirin Ayra, Mbok.”Mbok Inah terdiam mendengar jawaban Attar. Dulu sempat mengira kalau Attar dan Ayra memiliki hubungan khusus, tetapi ternyata Attar membawa pulang calon istrinya dan itu bukanlah Ayra. Jadi, selama ini hubungan lelaki tersebut dengan Ayra normal-normal saja, bukan?“Saya b
Read more
Bab 65
“Rendra kamu apa-apaan sih?!” tegas Ayra sembari menutupi rok sekolahnya yang sedikit terkena angin. Ia menatap Rendra dengan tatapan tak suka.“Kamu ada apa sama Farid?”“Aku sama dia nggak ada apa-apa,” ungkap Ayra. Ia merasa tertekan karena tampaknya Rendra akan mencurigai bahwa dirinya dan Farid memiliki hubungan. Padahal itu sama sekali tidak benar. Ayra saja bingung dengan sikap Farid yang tiba-tiba seperti itu terhadapnya.“Nggak usah bohong!”“Ren, kembalikan jaket itu.” Ayra berusaha meraih jaket yang berada di tangan Rendra. Ia mulai merasa tidak nyaman sebab sejak tadi anginnya kurang bersahabat dan terus menerjang rok sekolahnya.“Nggak akan. Sebelum kamu menjelaskan yang sebenarnya ada hubungan apa antara kamu sama Farid?” Rendra menjauhkan jaket itu dari jangkauan tangan Ayra.“Aku sudah menjelaskan sama kamu, aku sama dia nggak ada apa-apa!” teriak Ayra merasa frustrasi.“Terus? Hubungan kita yang sekarang ini apa? Kamu pikir kita sudah putus? Nggak, kita nggak akan per
Read more
Bab 66
“Ra, kamu ngaco?”“Nggak, Ren. Aku serius.” Ayra menatap wajah Rendra dengan tatapan datar.“Ada laki-laki lain? Siapa?” Rendra masih sangat syok dengan pernyataan Ayra. Wajahnya bahkan terlihat ingin tertawa karena saking tidak percayanya terhadap gadis tersebut.“Haha, kamu masih suka bercanda. Seru juga kamu, Ra.” Akhirnya tawa Rendra pecah sembari terus memperhatikan raut wajah Ayra hingga perlahan ia menyadari jika gadis di sebelahnya kemungkinan besar tidak sedang bergurau.Sekarang wajah Rendra berubah menjadi pucat. Tawanya seketika luntur. Ia menelan saliva dengan berat. Rasa takut mulai menyeruak dan menjadikan berbagai prasangka buruk di dalam pikirannya.“A- a- apa kamu serius, Ra?” tanyanya dengan terbata.Ayra mengangguk kecil. Tatapannya masih tidak beralih dari Rendra. “Aku nggak sedang bercanda.” Ayra sendiri tidak mengerti mengapa seyakin itu jika ada lelaki lain di hatinya, padahal tidak tahu siapa pria tersebut. Namun yang jelas, ia tidak akan pernah bersama Rendra
Read more
Bab 67
Rendra menatap ke arah Reti. Perlahan lelaki itu berdiri dan berhadapan dengan Reti yang berada di dekatnya.“Ren, aku hamil,” ulang Reti sembari memperlihatkan test pack di depan Rendra sebagai bukti bahwa gadis tersebut benar-benar hamil. Rendra pun menatap benda itu dengan tatapan yang lama-lama menjadi kosong.Kedua mata Reti tampak berkaca-kaca. Bibirnya bergetar. Siapapun yang melihatnya akan tahu kalau gadis tersebut tidak berpura-pura. Reti tampak memohon pertanggungjawaban dari Rendra.Ayra melongo bingung. Ia berulang kali mengibaskan wajah sendiri berharap semuanya hanyalah mimpi. Saking terkejut dan tidak menyangka dengan berita yang ia saksikan sendiri.Hati Ayra merasa seperti ditusuk ribuan jarum yang menyakitinya. Membuat retak lalu perlahan menghancurkan perasaannya. Ia tidak menyangka jika dugaan yang sempat singgah, kini membuahkan bukti yang nyata.Baru saja Rendra memohon cinta kepada Ayra, lalu sekarang Ayra harus menerima kenyataan menjijikkan. Kali ini ia bena
Read more
Bab 68
"Jadi, nomor yang nggak aku kenal itu kamu?" Ayra bertanya untuk memastikan lagi. Ia menatap Farid tanpa berkedip.Farid mengangguk santai. "Bukannya aku bermaksud mau merusak hubungan kalian. Tapi aku kasihan sama kamu, Ra," ungkap Farid dengan tulus."Tapi kenapa kamu nggak ngaku aja sih? Aku blokir nomor kamu karena mengganggu pikiranku terus-menerus," ketus Ayra merasa kesal."Jhihh, maaf." Farid terkekeh pelan."Tapi makasih, ya? Jadi selama ini kamu paham dengan mereka?" Ayra menunjuk ke arah Reti dan Rendra yang tampak masih bercakap di tengah rooftop."Iya, aku tahu lah. Dia hamil, 'kan?" Farid mengendikkan bahu menunjuk Reti."Aku benar-benar nggak nyangka." Ayra menekan setiap suku kata. Ia enggan berada di sana terus. Lebih baik segera pergi agar kepalanya tidak bertambah pening.Hari-hari Ayra kian terasa menggelap dan sendu. Sekarang semua orang telah pergi. Ia hanya harus memperkuat diri.Gadis itu berjalan menuju kelas. Hari ini tidak ada pelajaran khusus yang diajarkan
Read more
Bab 69
Sebuah makam tengah dikunjungi oleh seorang gadis berseragam SMA. Gadis yang merupakan sahabat dekat dari orang yang kini telah terbaring di dalam tanah. Hanya ada satu orang di sana. Keadaan pemakaman begitu sepi.Ayra berjongkok di sebelah makam milik Fera. Kedua tangannya mengulurkan satu buket bunga yang disusun rapi dan cantik. Ia letakkan di atas gundukan tanah, dekat dengan batu nisan."Bunganya wangi, Fer. Ini bunga yang biasa kamu beli di toko itu. Makasih, ya, udah ngenalin aku ke penjaga toko bunga itu. Itu tandanya, kamu benar-benar sahabat aku yang paling baik. Kamu menganggapku sahabat spesial."Ayra menyunggingkan senyuman meskipun air matanya bergulir berjatuhan. Telapak tangannya meraba batu nisan dan mengusapnya dengan halus. "Terima kasih karena selama ini kamu sudah menjadi bagian dari hidupku. Kamu sahabat berharga yang kumiliki hingga akhirnya kamu pergi. Aku tahu kepergianmu begitu cepat. Namun aku akan belajar ikhlas, Fer.""Ternyata isi surat kamu ada benarnya
Read more
Bab 70
Ayra menatap layar ponsel di atas kasur hingga berjam-jam. Berharap Attar menghubunginya. Ia bahkan mengabaikan pelajaran yang seharusnya ia pelajari untuk ujian besok hari Senin. Karena besok pagi masih hari Sabtu. Jadi, Ayra merasa santai.Meskipun sudah menunggu begitu lama, kenyataannya tak ada satu kalipun Attar menghubunginya. Ia jadi ragu untuk menggagalkan pernikahan itu. Jangan-jangan Attar memang sudah mantap dengan wanita pilihannya sendiri. Apapun itu, bisakah Ayra tetap menggagalkan acara pernikahan Attar? Jika besok ia benar-benar melakukannya, apakah dirinya berdosa?"Aku harus gimana? Benarkah aku harus menggagalkan pernikahan mereka? Apa aku nggak jahat?" gumam Ayra pelan. Ia memejamkan mata dan mendadak seluruh kenangan bersama Attar di rumah itu menyeruak mengusik pikirannya. Ayra perlahan meneteskan air mata karena merindukan sosok Attar.Ayra juga sangat mengingat jelas ketika Attar menyuruhnya agar putus dengan Rendra. Mungkin sejak itulah Attar sudah tahu dan p
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status