All Chapters of Pembantu Rahasia Sang Rektor: Chapter 31 - Chapter 40
146 Chapters
31. Putusan Riana
“What!! pekik Riana saat mendengar penjelasan panjang lebar sang putra.Cerita Bara hanya sampai siapa sosok Nia di rumah itu dan luka Bara di punggungnya, sedangkan saat mereka tertidur belum sampai semuanya yang Bara ceritakan.“Mam, listen me dulu,” seru Bara karena melihat sang Mama hendak berdiri seraya berkacak pinggang.“No ... i don’t believe you again,” ungkap Riana sambil memejamkan mata dengan melipat tangan di depan dada sambil berjalan mondar-mondar.Bara sendiri ingin menghampiri Riana, namun dia sendiri sangat kesulitan untuk berdiri. Berjalan ke sini saja tadi dibantu oleh Nia.“Now, i want call to your father,” ucap Riana sebelum duduk kembali. “Setelah itu kita putuskan kelanjutannya untuk hubungan kalian bagaimana!”“Maksudnya, Ma?” Bara tidak bisa lagi menyembunyikan kegelisahannya. Harusnya dengan penjelasan itu dia akan terbebas dari masalah ini karena memang tidak ada yang dirugikan diantara dirinya dan Nia.Riana langsung menjulurkan telapak tangannya menyuruh
Read more
32. Penolakan Nia
Tatapan Riana beralih pada sang putra.“Lalu, kamu sendiri apa mencintai Nia?” tanya Riana sengaja ingin tahu bagaimana perasaan kedua orang di depannya ini.“Tidak, Ma! Aku bahkan benci dia yang sok kecakepan, sok suci dan sok cantik!”Nia baru tahu kalau Bara diam-diam mengaguminya, terbukti dengan penjelasan pria itu tadi. Sedang Bara sendiri merutuki keceplosannya itu, dengan begitu tanpa sadar dia mengakui kalau Nia memang cantik.Riana tersenyum simpul menatap sang putra, terlihat jelas kalau putranya menyimpan sedikit perasaan pada pembantunya ini. Mungkin Bara tanpa sadar mengatakan itu tapi buat Riana itu adalah sebuah kejujuran tanpa disadari.“Ma, maksudnya aku benci dia.” Bara mengulangi ucapannya karena melihat sang Mama seolah mencibirnya.“Oke ... yang satu gak cinta dan satu lagi benci-benci ...” Riana sengaja tidak melanjutkan ucapannya tentu saja untuk mengoda sang putra. “Mama jadi penasaran kalau kalian menikah akan jadi seperti apa kehidupan rumah tangga kalian!”
Read more
33. Obrolan Ringan
“Beneran, Bapak mau nikah sama saya?”Bara menoleh ke arah Nia yang pandangannya sedang menatap layar TV. Tidak di kamar lagi. Dengan bantuan Nia, pria itu sudah duduk di ruang tengah rumah mewah tersebut.“Menurut kamu?” jawab Bara, pasrah. Tentu saja dia tidak bisa menolak permintaan sang Mama.“Nyonya itu kan Mamanya Anda. Ya dirayu atau apalah gitu?” tawar Nia kali ini sengaja menatap Bara dengan tatapan memohon.“Biarin aja, kita terima pernikahan ini!” pinta Bara seraya melirik Nia yang langsung membuang muka, merasa kesal dengan Bara yang seperti main terima saja padahal dia yakin kalau Bara tidak melakukan apa-apa padanya hanya tidur saja.“Terima saja! Gampang banget bicaranya, emang enak punya suami kayak dia. Menyebalkan,” gumam Nia pelan, akan tetapi Bara yang duduk tidak jauh darinya tentu saja bisa mendengarnya.Bara menatap Nia tanpa expresi. “Saya denger apa yang kamu gumamkan, lho, Nia! Memang apa yang menurut kamu gak enak kalau jadi istri saya, hah?”“Bapak gak cint
Read more
34. Ada Syaratnya
“Ma, kasih waktu Nia untuk berpikir,” kata Bara. “Dia juga kan perlu alasan yang jelas supaya orang tuanya menyetujui pernikahan kita dan tidak berpikiran macam-macam.”Nia tidak menyangka kalau Bara akan membantunya bicara pada Riana, secara sepertinya Bara tampak santai. Berbeda dengan dirinya yang berpikir keras untuk menolak.“Tapi keputusan Mama sudah jelas, Papa datang kita langsung ke tempat orang tua Nia!”***“Iya, Lif?” sapa Bara pada sambungan telepon. Setelah memasuki kamar, ponsel Bra berdering dan menampilkan sang asisten.[Tadi kapten Ardan telepon, mau menanyakan bagaimana kelanjutan masalah insiden penusukan kamu,] ucap Alif.Dari situ bisa dipastikan kalau tadi yang menelpon Bara adalah dari pihak kepolisian. Sang tersangka memang sudah diamankan dan dimasukkan dalam jeruji besi tapi sudah seminggu ini kasusnya belum diputuskan karena menunggu kesembuhan Bara.“Sudah agak membaik tapi masih nyeri kalau dibuat duduk lama,” jelas Bara, apa yang dia rasakan. “Lusa aku d
Read more
35. Tiga Syarat
“Masih sakit, Pak?”“Cuman nyeri saja, koq!”Tidak lagi di rumah, mereka berdua sekarang sedang berada di dalam mobil. Perjalanan menuju rumah Nia di kota sebelah. Setelah pembicaraan dengan Bara semalam, Nia sudah memutuskan untuk mau menerima pinangan Bara.Tiga syarat yang diajukan oleh Nia. Pertama, Nia mau pernikahan mereka dirahasiakan dari orang lain dan hanya keluarga inti saja yang tahu, entah sampai waktu yang belum ditentukan. Syarat yang kedua adalah Bara harus bertemu dengan kedua orang tuanya dulu sebelum orang tua Bara datang melamar secara kekeluargaan. Terakhir syarat ketiga adalah Bara dilarang menyentuh Nia sampai timbul cinta diantara mereka berdua.Tanpa pikir panjang, Bara langsung menyetujuinya. Dengan mantap, Bara menjawab iya. Meski dia sendiri masih binggung sama perasaannya terhadap Nia, hal itu tidak menyurutkan tekad Bara untuk menaklukan dan menjadikan Nia istrinya.Nia dan Bara duduk di bangku belakang, sedangkan yang menyetir adalah Alif-asisten Bara. T
Read more
36. Kita Lihat Saja Nanti
“Assalamualaikum, Bunda!” panggil Nia seraya mengetuk pintu rumahnya.Tidak ada balasan dari pemilik rumah. Hingga sampai beberapa saat seorang tetangga mengetahui kedatangan Nia. “Nia, kamu pulang?”“Eh, Bu Mariam. Bunda ke mana ya?” Nia menghampiri tetangganya yang menegurnya tadi.“Kamu gak tahu, kalau Bunda kamu di rumah sakit?”Seketika Nia membelalak matanya tidak percaya. “Ru-rumah sakit?” lirihnya.“Iya, Ayah kamu beberapa hari ini demam gak turun-turun terus Bunda kamu bawa ke rumah sakit,” aku Bu Mariam. “Kamu gak diberi tahu apa?”Nia mengeleng lemah. “Bunda gak bilang apa-apa sama saya, Bu!” Tanpa terasa Nia meneteskan airmatanya. “Kenapa Bunda tega sekali gak kabarin aku!”“Nia, ada apa?” Mendadak Bara mendekat dan mengerutkan keningnya, merasa tidak paham kenapa Nia sampai menangis.“Ini siapa kamu, Nia!”Nia mengikuti pandang Bu Mariam, menunjuk Bara di sampingnya.Bara mengulurkan tangannya seraya mengucapkan. “Saya Bara, cal-”“Bu, ini Pak Bara. Beliau Rektor Nia di k
Read more
37 Penolakan Ayah Nia
Kedua orang tua Nia tertegun melihat sosok pria dewasa yang baru hari ini mereka temui. Tampak sekali kalau dia bukan pria biasa yang sering mereka jumpai di kampungnya. Cara berpakaiannya menunjukkan kalau dia bukan pria sembarangan, apalagi wajahnya terlihat tegas dan berwibawa.“Ayah, gimana keadaannya?” tanya Nia memecah kesunyian diantara empat orang yang saling terdiam untuk beberapa saat.Sang Ayah mengalihkan pandangan pada Nia namun hanya pandangan sesaat. Lalu menoleh pada Bara seolah meminta penjelasan pada sang putri.“Mohon maaf sebelumnya, Pak, atas kelancangan saya.” Bara memulai menyapa sang calon mertua. Mungkin untuk beberapa kesempatan dia sering kali menjumpai orang baru, namun kali ini dia juga merasa ada kecemasan tersendiri kalau kedua orang tua Nia tidak menyetujui keinginannya.“Pak ...!” Nia mendesah pelan seakan meminta agar Bara tidak mengatakannya dulu tampak dari gelengan Nia pada Bara.Mengabaikan ucapan Nia. Mungkin sekarang saatnya Bara akan bicara kep
Read more
38. tantangan Ayah
Maria menyusul suaminya masuk ke dalam kamar, hatinya juga di rundung ketakutan. Bagaimana tidak, dia baru saja menemukan sisi lain dari sang suami yang tanpa dia ketahui. Selama ini pria itu selalu menampilkan kesabaran pada setiap orang namun hari ini terasa sangat berbeda.“Yah, kenapa sih?” tanya Elina lembut mengusap-ngusap lembut pria yang sudah menemaninya hampir dua puluh lima tahunan terakhir.Yusuf Wibowo, sang suami hanya menghela napas berat tanpa mau bersuara. Pikirannya masih melayang ke masa lalunya yang tidak ada seorang pun tahu.“Kalau Ayah tidak mau cerita, Bunda akan hormati keputusan Ayah,” kata Maria. “Cuman, saya Bunda lihat dari sosok Bara, kelihatannya orangnya baik. Buktinya dia mau datang kemari dan mengutarakan keinginannya dengan kita.”Yusuf memandang sang istri yang tersenyum lembut. Maria memang sosok wanita lembut hingga Yusuf jatuh ke dalam pelukan wanita yang dulu sempat dia abaikan.Sebelum bertemu dengan Maria, Yusuf pernah menjalin hubungan dengan
Read more
39. Banyak Yang Melihat
“Yah, jangan becanda deh!” tegur Nia pada sang Ayah. “Pak Bara itu habis sakit, dan dia butuh pemulihan. Ayah malah kasih tantangan yang berat seperti itu.”“Sudah, kamu diam saja,” putus sang Ayah. “Ayah cuman mau lihat apa dia benar-benar mencintai kamu seperti yang dia omongkan. Kalau hanya omongan saja sih, Ayah gak bakal percaya.”“Ayah tidak tahu saja kalau dia sebenarnya tidak mencintaiku, pria itu hanya iseng saja dengan putrimu ini,” batin Nia.Nia menghela napas sesaat sebelum mengatakan. “Yah, bukannya begitu hanya saja ....” Nia menjeda ucapannya. “Aku juga yang repot kalau dia sakit karena pasti aku yang kan merawatnya,” ucap Nia yang hanya bisa dikatakan dalam hati di akhir kalimatnya.“Hanya saja apa, Nia?”Nia kelagapan mendengar pertanyaan sang Ayah yang meminta kelanjutannya. Akan tetapi Nia juga tidak mau jujur, apa kata sang Ayah kalau dia bekerja sebagai pembantu Rektor itu. Belum-belum pasti sang Ayah sudah mengusirnya jauh-jauh.“Nia ...!” panggil Yusuf seolah m
Read more
40. Itu Kenapa Berdarah
“Yah, mana Nia-nya?”“Tuh, lihat anak kamu, Bun!” Yusuf mengarahkan jari telunjuknya ke arah sepasang pria dan wanita sedang tarik menarik bahkan Nia tidak segan untuk memeluk tubuh Bara untuk menuju ke tepi sawah.“Lha, ngapain mereka berdua,” gumam Maria menatap binggung sang putri dan pria yang bakal menjadi menantunya itu.“Sepertinya anak kamu itu sudah cinta banget sama pria itu, Bun!” celoteh Yusuf dengan wajah yang sulit diartikan. Mendapati sang putri yang bersikap seperti itu mendadak Yusuf diliputi pikiran jahat. Kalau di depannya saja bisa seperti itu apalagi di belakangnya.“Tidak, tidak. Nia tidak mungkin melakukan hal yang bisa mencorengkan nama baik keluarga!” ucap Yusuf sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.Maria bisa melihat gerakan kepala sang suami “Apaan Ayah ini!”“Mereka gak lagi bohongin kita kan, Bun!”“Bohong apaan, Yah?” Maria memperjelas ucapan suami yang membuat tidak paham.Yusuf terdiam sesaat lalu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status