Semua Bab Bahagia Usai Ditalak: Bab 11 - Bab 20
53 Bab
BAB 11 [REVISI]
"Pasti nanti juga Tuan bertemu perempuan yang baik, Oma."Amara berkata demikian sambil mendekati Oma Ica yang duduk di kursi. Terlihat wanita paruh baya itu menunduk dan menghela napas. "Oma tak percaya pilihan dia, Amara. Banyak wanita yang mendekat karena menginginkan kekuasaan, pasti jika cucuku dalam masalah mereka langsung pergi," balas Ica. "Oma hanya ingin kamu yang jadi cucu menantu, Oma."Setelah berkata demikian, ia langsung mendongak menatap manik mata perempuan yang berada di hadapannya. Amara berjongkok agar wanita yang menolongnya tidak pegal melenggak."Aku cuma seorang janda, Oma. Wanita yang diceraikan suaminya. Sedangkan Tuan ... dia masih lajang. A-aku gak pantas berdampingan dengannya," tutur wanita tersebut. Ibu Selena, ia bangkit dari duduknya lalu memegang bahu Amara agar perempuan itu bangkit. "Kamu pantas, Mara. Oma yakin sama pilihan Oma, kamu memang yang terbaik untuk cucu es, Oma itu," lontar Ica.Mendengar lontaran sang majikan, Amara menghela napas le
Baca selengkapnya
BAB 12 [REVISI]
"Akhhh ... sakit," ringis Amara. Suaranya tercekat oleh rasa sakit yang menyerang. Wanita itu segera membalikan badan untuk melihat siapa yang tiba-tiba mencengkram tangannya sangat kuat, lalu dia terdiam. Kala melihat tatapan Kean bagai sambaran petir yang dahsyat, penuh amarah dan kebencian. Mata lelaki tersebut menyala-nyala seakan ingin membakar Amara dengan pandangannya. "Kamu pasti bahagia bukan!" sentak pria tersebut.Amara mengerutkan kening, bingung dan terkejut oleh ledakan emosi pria tersebut. Sebelum ia sempat merespon, suara panggilan lembut Oma Ica pada sang cucu memecahkan ketegangan itu. Kean lekas berbalik tetapi tatapannya masih tertuju pada Amara, seperti elang yang mengawasi mangsa. Dia sama sekali tidak melepaskan pandangan dari wanita yang beberapa hari lalu menolong sang Oma. "Astagfirullah, Tuan Kean seperti mau melemparku dari jurang. Membuat tubuhku hancur, belum menikah saja udah seperti ini, apalagi kalau jadi istrinya," keluh Amara. ***Beberapa bulan
Baca selengkapnya
BAB 13 [REVISI]
Amara memandang kediaman Kean tatapan tak percaya, netranya berkeliling melihat setiap detail bangunan yang sangat indah. Perlahan kaki wanita itu melangkah, ia mendekati pintu utama dan segera menekan bel. Tak lama, benda itu terbuka, memperlihatkan penghuni yang tampak berantakan. Tebakan perempuan tersebut Kean baru saja terbangun dari tidur. Tatapan awal terlihat sayu kini berubah tajam kala mata menangkap Amara berdiri di ambang pintu."Ngapain kamu ke sini, dan ... kenapa kamu tau rumahku! Jangan-jangan kamu sejak dulu memata-matai keluargaku kan," tuduh pria tersebut. Wanita itu memutarkan bola mata malas mendengar tuduhan Kean. Bahkan lelaki tersebut sama sekali tidak menyuruhnya masuk. "Apa Tuan, lupa? Anda yang meminta ke Oma untuk membantu membereskan rumah." Jawaban perempuan itu terdengar kesal karena selalu saja tuduhan yang dilayangkam pria tersebut. "Oh ... masuklah!" seru Kean. Dia menyingkir dari hadapan Amara menyuruh wanita itu untuk masuk. Karena telah dipersi
Baca selengkapnya
BAB 14 [REVISI]
"Akh ... sakit banget, Tuan ini apa gak bisa pelan dikit apa!" keluh Amara. Ia merasakan sakit dipunggung akibat terbentur pintu. Mendengar keluhan Amara lelaki itu tidak menampilkan riak peduli. Tatapannya sangat dingin, karena akibat wanita tersebut. Kini jantungnya terasa bekerja lebih cepat. "Cuaca lagi gak mendukung, kamu nginep aja di sini. Tau kan letak kamar tamu, gak perlu di antar," kata Kean dingin. Setelah berkata demikian, lelaki itu memilih pergi meninggalkan Amara menuju soda, ia hendak melakukan hal yang tadi tertunda. Calon istri pria tersebut menatap sekitar lalu merinding takut, segera mengejar Kean dan duduk di samping anak Selena. Kean sempat melirik wanita tersebut sambil menaikan alis lalu memilih mengabaikan tingkah Amara dan fokus mengerjakan pekerjaan. "Apa mati lampu, Tuan? Atau Tuan lupa membayar tagihan listrik?" tanya Amara. Ia ikut memandang layar laptop milik pria tersebut. Kean langsung melirik sinis Amara lalu memilih fokus ke laptop kembali. "A
Baca selengkapnya
BAB 15 [REVISI]
Lelaki itu menyeruput kopi buatannya secara perlahan, lalu pandangaan tertuju pada Amara yang masih berdiri dengan kepala menunduk. Melihat hal tersebut, Kean mengembuskan napas."Kenapa diam aja? Apa kamu bakal terus diam sampai aku memasak sendiri. Kalau gitu apa gunanya kamu disini, ayo cepat buatkan aku sarapan!" seru Kean. Setelah berkata demikian ia segera menyeruput kopi lagi lalu menaruhnya kembali. Sehabis itu tangannya merogoh handphone dan segera memainkan benda pipih tersebut.Amara menghentakan kakinya pelan karena sakit hati dengan perkataan Kean. Lalu wanita itu segera melaksanakan tugas yang diberikan cucu kesayangan Oma Ica ini.Kean tersenyum geli seraya memandangi tingkah Amara, lalu segera mengusir pikiran yang memikirkan wanita tersebut. Aroma makanan tercium oleh hidung, membuat konsentrasi lelaki itu yang mulai memainkan ponsel buyar. Ia meletakkan handphone-nya dan melangkah mendekati Amara untuk melihat apa yang sedang dimasak."Lamban banget kamu masaknya, ka
Baca selengkapnya
BAB 16 [REVISI]
16 - Tidak jadi menikah?Selena menggerakan tangan di depan wajah Amara kala dia bertanya tetapi tak ada jawaban. Dengan gerakan pelan, wanita itu mengguncang tubuh perempuan tersebut sampai tersadar. "Kamu kenapa, Mara? Kenapa ngelamun, Tante tanya dari tadi malah diem aja," tegur perempuan tersebut. Mendengar teguran Selena, wanita itu segera menggeleng dengan senyuman kecil terulas. "Tadi Tante tanya apa?"Dia berusaha mengalihkan topik, Selena yang mengetahui hal itu membuat ia menghela napas. "Itu, kamu mau makan apa? Biar nanti Tante pesen, tapi jangan terlalu banyak makannya ya. Bukan Tante takut kebuang-buang disini, cuma ... kan besok kamu nikah takut berat badan kamu naik dan gaun jadi gak muat gitu, hehehe ...."Amara menganggukan kepala lalu menggeleng membuat Selena mengerutkan kening memandang heran calon menantunya. "Bisa minta di bungkus aja gak, Tan? Jangan makan di sini, mendingan kita makan bareng-bareng di rumah," jelas Amara.Selena hanya menggelengkan kepala
Baca selengkapnya
BAB 17 [REVISI]
"Kamu tenang aja, Oma percaya sama Kean. Dia gak mungkin ngecewain kita, apalagi dia udah mengiyakan permintaan Oma itu," lontar perempuan paruh baya itu. Dia mengusap punggung Amara berusaha menenangkan. Sedangkan perempuan tersebut hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun sambil menundukan kepala. Terlihat ia banyak pemikiran yang berkecambuk di otak. Rasa sakit tak berdarah, bagai tertusuk seribu jarum kala mendengar calon suaminya belum datang. "Apa begitu gak sudinya kamu menikah denganku, Tuan? Sampai kamu tidak datang, kenapa kamu malah mengiyakan permintaan Oma, harusnya kamu terus berusaha menolak, sampai Oma muak dan mengiyakannya. Bukan malah ikut mengiyakan sepertiku," batin Amara berteriak. Ia sangat sedih karena merasa dipermainkan, tak terasa jarum jam terus bergerak. Penghulu bahkan selalu menanyakan keberadaan calon mempelai pria, karena dia juga harus menikahkan pengantin yang lain sesuai jadwal. Alex memohon agar orang tersebut tidak pergi, membuat lelaki itu
Baca selengkapnya
BAB 18 [REVISI]
Amara menggeliat lalu membuka mata dan menoleh ke samping ternyata lelaki sejak kemaren telah sah menjadi imamnya ikut berbaring diranjang yang sama. Ia melirik jam, ternyata waktu salat subuh telah tiba. Dia segera turun dari ranjang, melangkah ke bilik mandi untuk membersihkan diri dan berwudhu. Selesai melakukan kewajiban lima waktu, ia segera merapikan mukena dan sajadah. "Untung lagi dulu aku beli dan kutaruh di sini," gumam perempuan tersebut. Lekas menaruh di lemari lalu mengambil kemeja putih milik sang suami dan memasang ke badan."Lumayanlah, bisa nutupin sampe atas lutut," ucap Amara pelan.Ia segera memakai pakaian tersebut di ruang ganti, setelahnya melangkah keluar menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Jangan harapkan mereka melakukan malam pertama, keduanya bahkan membuat batasan di ranjang. Dari pada memikirkan hal tersebut, Amara lebih memilih memasak. Tiga puluh empat menit berlalu, Kean terbangun dari tidur lelapnya. Ia memandang ke samping dan mengulas senyuman
Baca selengkapnya
BAB 19 [REVISI]
"Gak tau nih, Bu. Apa aku harus cari yang baru ya," kekeh Selena. Dia menjawab ucapan Oma Ica sambil mengedikan bahu dan menatap suaminya lewat kaca, terlihat riak kesal di wajah lelaki tersebut. "Boleh tuh, Selena. Oma juga lagi pengen mantu baru nih," balas perempuan itu. Ia ikut mengerjai sang menantu, membuat Alex yang mendengar semakin kesal. Lelaki itu segera menghentikan laju kendaraan dan membuka pintu melangkah keluar. "Kalian ini menyebalkan banget sih, udahlah. Kamu yang bawa mobil aja, aku mau di rumah istirahat," sungut Alex.Selena sangat terkejut dengan respon sang suami, ia bergegas ikut keluar mobil dan mencekal lengan Alex. "Sayang, kami cuma bercanda. Kamu jangan gitu dong, kok cepet banget marah sih," ujar perempuan itu. Alex menatap sinis sang istri, bahkan ia menghempaskan tangan wanita itu. Lelaki tersebut melipatkan lengan di dada memandang kesal ke arah Selena. "Gimana gak marah coba, kalian bener-bener kompak mengerjaiku!" ketus Alex. "Ya maaf. Habisny
Baca selengkapnya
BAB 20 [REVISI]
Mendengar ucapan lemah Amara, Selena dan Ibunya saling pandang. Lalu mertua wanita itu segera mengalihkan topik, berbicara semua hal. Sedangkan Alex diperintah Selena untuk mengajak Kean pergi ke minimarket untuk membeli bahan makanan. "Eh iya, Mama baru sadar. Kok kamu masih manggil Mama, Tante sih," gerutu Selena. Wanita itu mempautkan bibirnya membuat sang menantu merasa bersalah. "Eh, maaf Mah. Mara masih belum terbiasa," ungkap sang menantu. Dia menggaruk kepala yang tidak gatal, melihat hal itu Oma Ica segera menegur. "Udahlah, Selena. Jangan gitu segitunya juga, biar dia pelan-pelan mencerna semua kejadian yang masuk dalam kehidupannya. Karena ini semua terlalu mendadak."Selena akhirnya menganggukan kepala pasrah, lalu kala memandang sang menantu. Dia teringat akan sesuatu. "Oh iya, Mama tadi pas mau otw ke sini, mesen sesuatu di aplikasi belanja. Nanti kalau ada paket datang atas nama kamu terima aja. Hadiah dari Mama, awas aja kalau gak di pake," seru Selena. Amara men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status