All Chapters of Kuretas Hidup Suamiku Dan Simpanannya: Chapter 131 - Chapter 140
185 Chapters
Serpihan ingatan Dina
Pandu menatap lekat manik mata Rose, wanita yanh belakanhan ini mengisi hatinya yang kosong, melihatnya begitu keibuan saat mengurus Dara dan Sean membuat rasa sukanya teramat besar sekarang."Mas, berkediplah! Kamu jadi seperti zombie." Mala berkelakar sebelum masuk ke dapur, ia tau kakaknya itu sedang jatuh hati.Mata Pandu membelalak pada Mala yang berlalu masuk ke arah dapur. "Menyebalkan sekali anak itu!" Ucapnya dalam hati sembari menatap punggung Mala yang hilang di balik ruangan"Bisakah mas Pandu bergeser, kayaknya mas memenuhi jalan!" Dina berkata dengan polosnya, membuat Rose menahan tawa melihat sekarang Pandu salah tingkah di hadapannya.Senyumnya kecut sembari menggeser tubuhnya ke sisi samping pintu. Sean dan Dara tersenyum melihat wajah papa kesayangannya itu memerah."Papa sakit?" Gadis kecil itu bertanya, ia menarik kemeja Pandu memintanya berjongkok.Pandu menggeleng, ia lupa jika dua anak pintar ini memperhatikan dirinya sejak tadi. "Nggak sakit, papa sehat sayangk
Read more
Kebencian dari masalalu
Dina menutup pintu kamar dan menguncinya, perlaham ia berjalan ke arah kaca, menatap wajahnya di cermin dan kembali merasakan hatinya sakit sekarang."Ada apa ini, kenapa segalanya terasa tak menyenangkan?"Ia tak bisa membohongi hatinya, ia merasakan amarah yang besar kini pada Mala, rasa kecewa, benci bahkan sakit hati bercampur jadi satu.Setelahnya ia kembali berjalan ke jendela dsri kamarnya ia lihat Rose memeluk erat Mala yang ketakutan, ada rasa tak suka di sana, rasa yang entah mengapa ia sendiri juga tak merasa nyaman. Tubuh Dina merosot ke lantai, terduduk di bawah jendela merasakan tangannya dingin setiap kali mengingat jelas bagaimana tatapan benggis Mala padanya."Apa salahku padamu Mala?" Ucapnya penuh tanya, ia merasa tak pernah berbuat jahat, bagaimana bisa ada orang yang begitu kejam memperlakukan dirinya.Matanya terpejam, di pukulnya kepalanya sendiri dengan kesal, jika itu hanya masa lalu, kenapa tak ada potongan lain yang bisa membenarkan sikap Mala padanya."Siap
Read more
Lamaran untuk Adriana
Pov Adriana (Rose)Bapak mengengam erat tangan putrinya, aku duduk di sisinya juga, aku yang sudah di anggapanya anak sendiri."Nduk, bapak sudah dengar semua dari masmu." Ucap Bapak pada Dina, beliau tak berhenti mengusap punggung tangan putrinya.Dina menatap Bapak dalam diam, lalu kembali menunduk menatap jari kakinya sendiri."Bapak tak bisa bohong kalau memang dulu kamu ada masalah nduk." Kalimat itu membuat Dina melihat ke arah Bapak, aku bisa menangkap matanya berkaca."Lalu kenapa Bapak biarkan dia di sini?" Tanyanya polos, aku dapat memahami dia sedang dilema."Mala itu tanggung jawab bapak nduk, kamu tau, dia sudah membayar banyak untuk memberimu rasa percaya padanya, dia bukan lagi Mala yang dulu.""Tapi dia mengancamku pak, aku bisa ingat itu.""Bapak tau, tapi dia tak begitu lagi. Haris hanyalah bagian dari masa lalumu yang kelam, dia lelaki yang Bapak jodohkan padamu namun membawa banyak duri dalam
Read more
Memanas
(Jakarta, sehari sebelum rapat pemegang saham.)"Sejauh ini kita hanya punya tiga puluh tiga persen saham yang ada tuan." Jhon memberikan aku hasil yang kami dapat setelah beberapa hari menemui para investor resmi.Data yang aku dapat mami punya sekitar tiga puluh satu persen saham, dia berhasil meyakinkan banyak pemegang saham untuk bergabung padanya. Sementara saham yang belum kami dapatkan sekitar tiga puluh empat persen. Khan memegang lima belas persen saham yang kini ada di mejaku, namun sampai saat ini aku tak akan menyentuh saham itu, tidak jika aku harus mengkhianati Dina.Dua puluh satu persen sisanya adalah milik pak Wijayanto, sampai detik ini aku tak dapat kabar kemana dia akan berpihak. Jika aku memiliki saham Wijayanto, saham Khan bukanlah hal yang penting sekarang, namun jika saham Wijayanto pergi ke arah mami, aku butuh saham Khan untuk bisa mengajukan banding susulan."Jadi bagaimana kabar tuan Wijayanto?" Aku menanyakan pada Jhon, berharap kab
Read more
Tamu tak terduga
Hari ini akhirnya tiba, aku menunggu cemas kabar dari Wijayanto, dia bilang akan memberikau kabar sebelum rapat pemegang saham dan Jhon kuminta terus menghubungi nomor yang sejak pagi tadi tak aktif."Masih nihil tuan!" Ucap Jhon kembali menatapku pias. Keputusanku mengembalikan saham Khan dan Naya kini membuat aku berada jauh di bawa Mami.Dina memberikan aku semangat melalui pesan singkatnya, ia kirim foto dirinya dan anak-anak duduk di teras dan tersenyum hangat melihat kearah kamera.[Tenanglah sayang, tersenyumlah, tak akan ada yang hilang dari dirimu, semua akan baik-baik saja, kami masih tetap bersamamu]Kalimat yang dia kirim untukku membuat diri ini merasa tersentuh, damai dan ketenangan membuat aku ikhlas apapun yang terjadi. Kalimat Dina pagi ini padaku seperti Dina yang dulu kembali."Sudah waktunya tuan!" Ucap Jhon memberi tahuku. Aku tau dari sorot matanya, Wijayanto belum memberikan sahamnya, artinya aku hanya membawa kolegaku sendiri tanpa ada bantuan lelaki itu.Kakik
Read more
Pewaris kekayaan
(satu hari sebelum rapat pemegang saham.)"Bawa perempuan ini!" Dentuman masih memenuhi telingaku, aku mendengar namun tubuhku tak bisa di gerakkan"Kemana?" Sayup sebuah jawaban juga kudengar."Pergi dari sini! Aku mau dia tetap hidup untuk mengembalikan semua mimpiku!" Suara berat seorang lelaki seperti pernah aku dengar, namun aku tak bisa mengingat siapa pemiliknya.Segala ingatan itu berkelebat dengan cepat, pernikahan, pengkhianatan, tipudaya, ancaman, segalanya menyembul keluar tanpa kendali, seolah aku baru keluar dari lembah yang membawaku kedalamnya tanpa dasar."Tidak!" Bisikku masih menolak segala rada sakit yabg tergambar dalam ingatanku."Banyu!" Nama itu menggema begitu saja, bersamanya segala ingatan indah terlintas juga, pernikahan, cinta, kehangatan dan kebahagiaan, aku merasakan ketenangan menjalar dalam tubuhku."Banyu!" Nama itu kusebut lagi, mataku terbuka dan aku mengenali tempat ini.Ya, aku terbangun pada pagi yang membawa kembali hidupku, pada jiwaku yang lam
Read more
Bukan putri orang biasa
Aku menatap Mami dengan tajam, yah, wanita itu yang aku ingat semua perbuatannya, dia yang membuat segalanya jadi sangat rumit, wanita yang tak pernah ku bayangkan mengkhianatiku dan Banyu." Ada apa ini, apa yang sudah terjadi, ini bagian dari strategimu Banyu?" Teriaknya di dalam aula, ia berdiri dan mencari pembenaran tentang apa yang terjadi."Tenanglah nyonya Amelia, bukankah rapat ini adalah keinginanmu?" Seorang staf perusahaan mencoba menenangkan."Diam kamu, pegawai rendahan sepertimu beraninya bicara padaku!" Teriaknya kehilangan kendali.Aku melihat napasnya memburu, dia menatapku penuh kebencian dan seolah akan menerkamku hidup-hidup."Wanita itu, bagaimana bisa dia jadi pemegang saham tunggal, aku tau saham itu milik tuan Wijayanto, bagaimana bisa dia kemudian menjadi pemiliknya?"Aku hanya tersenyum, biarkan saja mertuaku ini mendidih lebih dulu, ia akan lebih kejang bila tau semuanya bersamaan.Dia berjalan penuh amarah menaiki podium, seolah tak ingin kehilangan dukung
Read more
Dijemput Paksa
"Tidak, tidak, jangan bercanda kalian semua!" Mami histeris melihat tempatnya kosong, hanya di isi beberapa orang dengan saham kecil, posisinya kini benar-benar kalah."Pengkhianat!" Teriaknya lagi menatap mereka yang tadinya ada di posisi mami."Kami berbisnis nyonya, siapa yang menguntungkan itu yang kami bela!" Ucap seorang wanita yang kulihat sama angkuhnya dengam mami."Jadi nyonya Amelia, apakah anda akan menjual saham anda?" Aku bertanya padanya dengan senyum meremehkan."Diam kamu Dina! Seharusnya aku bunuh saja dirimu waktu itu! Kenapa aku harus menuruti mantan suamimu itu!"Aku terdiam, teringat memang Haris juga terlibat dalam kejahatan ini, namun sekarang dimana dia?"Harusnya memang anda bunuh saja saya nyonya, jadi kejahatan anda akan aman dan jasad yang terkubur itu tak akan terbongkar!" Ucapku dengan senyum mengembang.Ya, pagi tadi mas Pandu memberi tahuku, Jasad yang menggantikan posisiku adalah salah satu staf di perusahaan kami. Wanita itu terjerat pinjaman online
Read more
Pernikahan
Satu bulan berlalu, setelah tertangkapnya Mami dan semua kembali seperti dahulu. Kami kembali tinggal di Jakarta dengan emak yang tak mau berpisah dariku dan cucunya.Sidang Mami akan di gelar pekan depank. Hari ini aku dan Banyu ada di sebuah makam, mengumpulkan kekuatan kami untuk datang ke makam papa, makam yang membuat rasa rindu kami semakin terasa menggerus jiwa."Kami datang pa." Ucap Banyu membuat aku meneteskan air mata.Kuletakkan bunga lili putih di atas pusara berumput itu, Banyu mencengkeram erat nisan marmer yang jelas terukir nama papa di sana, diusapnya nisan itu seperti seorang anak yang tengah membersihkan wajah orang tuanya."Pa, maaf tidak bisa bawa anak-anak kemari, Dara dan Sean sedang ujian tengah semester." Ucapku seolah lelaki bersahaja itu ada di depan kami. Jelas terlintas dalam bayangku bagaimana wajah teduhnya kala duduk bersama."Maaf harus berakhir seperti ini pa, maaf." Ucap Banyu dengan suara parau, aku tau dia sedang menanggung lara sendiri.Kuusap pu
Read more
Malam pernikahan
Pov AdrianaMalam tiba, setelah acara panjang kami lalui akhirnya aku bisa duduk tanpa baju adat yang menyesakkan dada. Tamu Bapak begitu banyak, mungkin satu kota beliau undang, aku bahkan tak ada waktu duduk sebentar, antrian tamu seperti naga yang panjangnya bukan kepalang."Sedang apa?"Aku hampir terlonjak saat melihat malaikat tampan mendekat dengan senyum yang hangat, ah aku lupa dia suamiku sekarang. Mas Pandu memang tampan, aku yakin mungkin di kehidupan yang lalu dia adalah dewa perang tak terkalahkan dan aku permaisurinya pasti kala itu. Masih seperti mimpi sebenarnya, kenapa lelaki yang terlampau sempurna sepertinya mau menikah denganku yang sangat tidak bijaksana ini."Kok diam, ditanya juga." Aku tersenyum lagi, sejak tadi sepertinya aku hanya senyam-senyum saja, mabuk cinta kayaknya."Kamu sakit?"Greng! Dia menyentuh keningku, tersetrum rasanya tubuh ini"Nggak kok mas, aku baik."Gereget sekali jawabanku, lagi pula masak pengantin baru sakit, mana bisa bersayang-saya
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
19
DMCA.com Protection Status