Semua Bab Pewaris Tunggal: Bab 951 - Bab 960
993 Bab
Bab 951: Operasi Mendebarkan Jakun
Si geisha ini datang lagi tak sampai 5 menitan, hatinya berbunga-bunga, ada tamu yang berani bayar mahal dia, untuk di temani sampai besok.Jalanya lenggak-lenggok, karena tubuhnya agak gemuk, tapi wajahnya cantik. Walaupun tentu lebih cantik Nagai Ohara.Prem tersenyum saja, dia minta si geisha ini pesan minuman sepuasnya, juga makanan kesukaannya.“Ku bikin mabuk ni geisha,” pikir Prem senyum-senyum kecil.“Namaku Ayuni Hataro tuan Prem, tuan berasal darimana sih, kayak orang Arab gicuuu, moga ajah bendanya muat di perabotanku xixixxi..!”Ayuni dengan dengan kenes mulai merayu Prem, sambil minum sake yang di pesan tadi sepuasnya.Dia sengaja memepetkan tubuhnya ke Prem, pemuda ini tertawa kecil saja dan dia malah mengecup pipi si geisha ‘tubrot’ ini dengan gaya seolah menikmati.Padahal pikiran-nya sedang ke sebelah kamar ini. Untuk buat perhitungan dengan Ono Yosiko, yang di sebut Nagai Ohara, salah satu orang yang terlibat dalam pembunuhan Pangeran Hirosi Ichiwa Tanaka.Prem terus
Baca selengkapnya
Bab 952: Akhirnya Tak Tahan Juga
Prem kembali ke hotelnya dan dia tersenyum sendiri mendengar seseorang bernyanyi di dalam toilet hotelnya. “Baru bangun si denok satu ini,” batin Prem sambil melepas jas panjang dan topi fedoranya.Tak lama yang nyanyi tadi keluar dengan handukan saja. Prem membulat juga matanya, saat melihat bukit kembar Nagai bak mau melompat dari tempatnya.Si geisha jelita ini keluar dari kamar mandi dengan wajah ceria.“Eh tuan baru datang, darimana saja tuan, maaf saya keenakan tidur jadinya baru bangun dan mandi.” Nagai sengaja jalan se anggun mungkin di hadapan pemuda ini. Padahal Prem paham, ini pancingan buatnya.Gaya Nagai sukses bikin jakun pemuda ini mulai naik tak beraturan, benar-benar membuat matanya mau keluar dari sarangnya.Kalau tadi malam Nagai pakai make up, kini dengan wajah polos, justru di mata Prem lebih cantik dan alami dan tubuhnya yang baru mandi juga berbau harum sabun yang wangi, bukan parfum.“Kamu lebih cantik tanpa make up berlebih Nagai?” puji Prem tanpa sadar. Naga
Baca selengkapnya
Bab 953: Misteri Pembunuhan Geisha dan Anak Selir
Namun Prem merasa aneh, kenapa rumah ini terlihat sepi. Dia melihat-lihat sekitarnya dan jiwa agennya pun langsung merasa ada yang janggal.Prem mencabut pistolnya dan dengan hati-hati masuk ke dalam rumah ini, baru saja sampai ruang tengah yang dimasuki Prem. Karena pintunya tak terkunci, tergeletak jasad yang berlumaran darah di ruangan ini.Saat Prem pelan-pelan membalikan tubuh orang ini, diapun kaget bukan main, karena jasad ini adalah Ono Yosiko.“Astaga, siapa yang membunuh orang ini,” batinnya bingung sendiri, sekaligus mulai waspada.Kemudian dia terus masuk ke dalam dan Prem tidak menemukan sesiapa, tapi dia curiga saat melihat pintu kamar terbuka. Prem pun masuk.Kaget pemuda ini, ada lagi seorang wanita yang kondisinya senin kamis dan terlentang di kasur, Prem buru-buru mengangkat kepalanya.“Apakah kamu tak apa-apa..?” tanya Prem dalam hati.“U-utusan ibu surii…d-dia bunuh aku dan anakku!” kepalanya tergeletak di paha Prem dan wanita yang sangat cantik jelita ini pingsan.
Baca selengkapnya
Bab 954: Pelan-pelan Tapi Pasti..?
Putri Ako ternyata bukan sembarang putri, dia sangat elegan, gaya aristokratnya terlihat sekali.Inilah yang membuat Prem segan dan diapun tanpa di sadari kembali ke gaya Datuk Hasim Zailani, agak dingin dan sama sekali tak bercanda.Suatu malam dia bermimpi, dalam mimpinya Datuk datang menemuinya. Mimpi ini bak nyata.“Prem…lindungi Putri Ako, dia berbeda dengan keturunan Yosiko lainnya, ayahnya yang bernama Kamura Yosiko adik ke tiga dari tuan Yosiko sang mantan perdana Menteri ini mendapat didikan tinggi ala kekaisaran, sehingga sifatnya tak licik seperti kakaknya itu."Belum sempat Prem menyela, Datuk teruskan kalimatnya."Si Ono Yosiko itu hanya sepupu Putri Ako, bukan adik tiri. Dia sengaja palsukan identitas untuk dapat posisi bagus di Istana. Karena dia anak si Yosiko dari seorang geisha kekasih gelap si tuan Yosiko.”“Bang aku mau tanya, kenapa gayaku kadang mirip Abang?” Prem dalam mimpi itu buru-buru menahan Datuk yang akan pergi lagi.“Karena…separu jiwaku ada padamu. Kamu
Baca selengkapnya
Bab 955: Jaga Putri Ako
Prem kini jadi ingat pesan Datuk agar menjaga Putri Ako, melihat si putri kini merebahkan tubuhnya, lalu tak lama tidur. Prem pun pelan-pelan memasangkan selimut, karena cuaca teramat dingin.Putri Ako kaget melihat ulah Prem, tapi dia lega, ternyata pemuda ini hanya ingin menyelimutinya, tidak berbuat aneh-aneh."Terima kasih tuan, mari kita tidur!" Putri Ako menatap wajah Prem, pemuda ini ikutan kaget, di pikirnya Putri Ako sudah lelap.Prem pun mengangguk sambil melempar senyum yang balas si putri ini dengan senyuman bahkan mengenggam tangan Prem. Prem lalu merebahkan tubuhnya di samping wanita cantik ini dan malam ini tak ada kejadian apa-apa. Walaupun sebelum tengah malam ada yang memata-matai keduanya.Salju belum begitu tebal, setelah sarapan pagi Putri Ako ajak Prem jalan-jalan lagi, kali ini agak jauh dari apartemen mereka.Putri Ako ingin melihat gunung Fujiama yang kini mulai di selimuti salju. Gunung ini menjulang sangat tinggi dan berdiri dengan kokohnya.Gunung ini terl
Baca selengkapnya
Bab 956: Terbongkar Sosok Dalangnya
Putri Ako menatap logo yang tadi Prem ambil dari salah satu pembunuh bayaran. “Kamu tahu ini apa putri?” Prem bertanya hati-hati.“Ini lambang sempalan yakuza tuan Prem, markas mereka di pinggiran kota Tokyo.”“Siapa pemimpinnya?” desak Prem. Putri Ako terlihat ragu menyebutkannya. Prem mendiamkan saja, dia sabar menunggu.Walaupun dia makin lama makin penasaran, agaknya banyak rahasia yang Putri Ako sembunyikan. "Aku harus tahu, inilah saat yang tepat," pikri Prem.“Namanya…Ucida…Hokari, dia..?”“Siapakah dia putri, kenapa kamu ragu menyebutkannya?” Prem menjadi tak sabaran.Putri Ako menghela nafas, terlihat berat sekali dia menyebutkan jatidiri orang yang bernama Ucida Hokari ini.“Kenapa dia berniat ingin membunuhmu Putri Ako?” kali ini dengan lembut Prem bertanya lagi.“Karena dia ingin memfitnah Kaisar…dan aku menolak kerjasama dengannya, dia adalah pamanku sendiri, adik ibuku. Dia marah dan khawatir kedoknya terbongkar…astaga…ya benar, dialah yang tempo hari datang dengan cadar
Baca selengkapnya
Bab 957: Bertemu Sang Dalang
Prem kini amati sebuah bangunan yang lumayan mewah, pagarnya cukup tinggi dan hanya terbuka kalau ada mobil yang masuk. Itupun melalui 4 penjaga yang akan memeriksa. Sejak Prem tiba, sudah terlihat ada 4 orang yang selalu awas dan memeriksa dengan ketat bila ada yang masuk ke pagar tinggi ini. Tapi Prem yang tak kenal takut justru sengaja masuk terangan-terangan. Sebuah senjata berat terletak di pahanya. Prem memajukan mobilnya, begitu pintu di buka, bummm…pagar yang terbuka sedikit itu jebol di terjang moncong mobilnya. Prem tak peduli moncong mobil ini ringsek berat, mesin mobilnya langsung mati, mesinya jebol saking kerasnya benturan itu. Pagar itu terbuat dari besi, inilah yang membuat mobil Prem ringsek berat. 4 orang yang berada di depan pagar lansung jumpalitan terlempar. "Bangsaattt penyusuuup," teriak salah satu penjaga itu. Mereka buru-buru cabut pistol, tapi gerakan Prem lebih cepat. Empat tembakan beruntun membuat salju putih bernoda darah di halaman ini. Keributan d
Baca selengkapnya
Bab 958: Beratnya Berpisah
Mereka pun menemukan sebuah penginapan sederhana dan beristirahat setelah makan malam, bahkan kadang saling menyuapi mesra.Kali ini Putri Ako tak sungkan memeluk tubuh Prem, selain halau dingin, juga si cantik ini merasa tentram berada dalam pelukan pemuda ini.Prem pun merasakan kebahagian yang belum pernah dia rasakan pada semua wanita yang dia kenal selama ini.Tanpa ragu dia mengecup dahi Putri Ako dan menyatakan rasa sayangnya. Inilah rasa cinta tanpa nafsu yang datang dari hati.“Benarkah…? Walaupun aku bukan gadis dan pernah memiliki anak hasil perko…” tiba-tiba Putri Ako buka matanya, tapi tak jadi teruskan kalimatnya.Karena Prem terlihat menggeleng kepalanya, tanda jangan ungkit masalalunya yang kelam. Lalu Prem pun mengangguk mantap.Bergaul selama hampir 2 bulanan membuat Prem mulai merasakan rasa cinta pada putri bangsawan ini. Tak peduli masalalu putri yang kelam ini.“Kalau tuan benar sayang, mau kan tuan tinggal di sini bersamaku dan kita tak terpisahkan lagi..?” si p
Baca selengkapnya
Bab 959: Berpisah Untuk Bertemu Lagi
Tanpa sadar Prem mengangguk dan saling tatap dengan Putri Ako, tatapan penuh cinta. Nenek Kui malah tersenyum kecil, seolah ini bukan hal yang besar baginya.“Tuan Prem…kamu secara tak sadar bikin Putri Ako terikat dengan jiwamu selamanya!” cetus Nenek Kui spontan.“M-maksudnya bagaimana nek…aku tak paham!” Prem jadi penasaran kini langsung bertanya, di abutuh penjelasan, termasuk Putri Ako.Bukannya memberi jawaban, Nenek Kui malah kembali tersenyum menatap dua sejoli yang sedan di mabuk cinta ini.“Pasangan yang sepadan…dan sama-sama saling mencintai dengan hati bukan nafsu,” batin si nenek ini.Si nenek ini lalu menarik nafas panjang, yang bikin Prem dan Putri Ako makin penasaran. Nenek Kui seolah sembunyikan sebuah rahasia besar.“Sudahlah, jawabannya kelak ada di masa depan. Nenek tak bisa jelaskan saat ini, kamu mesti bersiap saat ini juga Prem. Bulan mulai terlihat! Kalau lambat bulan purnama akan hilang dan kamu akan tertahan selamanya di sini!” ucapan Nenek Kui sekaligus peri
Baca selengkapnya
Bab 960: Berburu Musuh Lama
Balanara hanya bisa menghela nafas, kematian Datuk membuatnya tak bisa berkata-kata lagi. “Yahh, mau gimana lagi nasibnya begitu.”Saat berkata begitu Balanara baru memperhatikan ada perubahan di diri Prem saat ini.Paling menyolok tentu saja warna kulitnya yang makin terang, masih untung mata dan hidung Prem tetap khas Pakistan-India, tapi kulit pemuda ini lah yang paling menyolok.“Prem, kamu sadar nggak kulit kamu itu kini mendekati kulit aku?” Balanara tak tahan juga untuk tidak bertanya.Prem tertawa kecil, anehnya kalau dulu pasti ngakak…dan saat itulah Balanara seolah melihat ‘Datuk’ dalam diri adiknya ini.Wibawa itulah yang tercipta secara alami di diri adiknya. Kini tanpa bertanya pun Balanara sudah paham apa yang terjadi. Balanara tersenyum maklum.“Datanglah ke rumah Ortu Abang, kasian, terutama ayahmu Bang Dato!” Balanara langsung bicara seolah sedang berhadapan dan bicara dengan Datuk.“Iya Nara, setelah ini aku akan temui ayah dan bundaku!” sahut Prem, seolah dia memang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
9495969798
...
100
DMCA.com Protection Status