Semua Bab Not A Dream Wedding: Bab 11 - Bab 20
33 Bab
11
Setelah makan malam, Abiyya dan Jeffin duduk bersama di atas tempat tidur. Abiyya memperhatikan Jeffin yang kembali sibuk dengan pekerjaannya. Entah apa yang sedang diperiksanya yang pasti semua berkaitan dengan perusahaan. Jeffin yang menyadari Abiyya tengah memperhatikannya, menoleh. Membuat Abiyya langsung memalingkan wajahnya gugup karena ketahuan sedang memperhatikan Jeffin. Jeffin yang melihatnya hanya tertawa kecil. Wajah Abiyya terlihat lucu. “Kakinya masih sakit?” tanya Jeffin seraya menatap Abiyya lembut. “Hmm, baik kok,” jawab Abiyya. “Lain kali nggak usah dipaksain kayak tadi.” “Ih, orang dianya nyebelin gitu. Mana kayak suka sama kamu lagi, padahal kan udah punya suami,” balas Abiyya kesal. “Cemburu?” “Hah? Enggak, siapa coba yang cemburu, maksudnya dia udah suami kok bisa gitu sih,” jawab Abiyya cepat. “Yakin nih nggak cemburu?” goda Jeffin. “Enggak kok,” balas Abiyya sambil memandangi langit-langit kamar karena Jeffin yang sekarang tengah memperhatikannya. “Oke
Baca selengkapnya
12
Seorang pria dengan kaos oblong dan celana jeans belel berjalan tidak tentu arah. Wajahnya terlihat sangat kusut. Matanya berkeliaran mencari seseorang yang seharusnya bisa membantunya untuk membayar hutang-hutangnya. Perempuan yang di angkat oleh orang tuanya dan menjadi adiknya itu sekarang entah berada di mana. Sudah lama ia mencari tetapi belum membuahkan hasil.Yasa, nama pria itu. Merutuki dirinya karena sampai dua kali kecolongan saat gadis itu kabur darinya. Saat pertama kabur, gadis itu kembali dengan sendirinya. Tetapi untuk kedua kalinya, Yasa tidak bisa menemukan keberadaannya sampai sekarang.“Arghh!” Yasa mengacak rambutnya kasar. Menyesal karena niatnya buruknya tidak bisa tercapai.Kini Yasa hanya bisa luntang-lantung di jalanan. Sebab rumah peninggalan orang tuanya sudah di ambil oleh orang-orang yang memberinya pinjaman. Sampai waktu yang di tentukan, Yasa tidak bisa mengembalikan uang yang dipinjamnya sehingga seperti inilah hidupnya sekarang. Saat ini Yasa hanya in
Baca selengkapnya
13
“Gimana, Jen?” Jeffin membuka pembicaraan dengan Ajen setelah menyelesaikan pekerjaannya. Kali ini bukan masalah pekerjaan yang membuat Jeffin duduk berhadapan dengan Ajen.Setelah mendengar cerita dari Abiyya, Jeffin langsung menyuruh Ajen untuk menyelediki apakah yang dikatakan oleh Abiyya itu benar atau hanya perasaan dari gadis itu saja. Tanpa pengetahuan Abiyya, Jeffin melakukan itu. Kata Jeffin hanya untuk berjaga-jaga saja ketika Ajen bertanya perihal itu.“Seperti yang lo bilang dari cerita Abiyya, emang ada yang ngikutin dia.”“Lo tahu orangnya?”“Bentar, gue belum selesai kasih laporannya, dengerin dulu,” jawab Ajen ketika Jeffin secara cepat langsung tanya begitu saja. “Cowok, gue nggak tahu itu siapa, atau mungkin dia ada hubungan keluarga sama Abiyya, Jeff. Gue cuma cari tahu seperti apa yang lo perintahkan.”“Oke, sekarang gue minta lo cari tahu orang itu, Jen.”“Oke, siap.”“Lo boleh pulang.”“Duluan, Jeff,” pamit Ajen.Jeffin menatap kepergian Ajen sampai tak terlihat
Baca selengkapnya
14
Hari libur seperti ini, membuat Jeffin setidaknya menyempatkan waktu untuk berolahraga dan kali ini Jeffin mengajak Abiyya. Meski mereka bersama-sama, namun tidak ada yang berbicara. Terlebih Jeffin, pembicaraan bersama Abiyya beberapa hari lalu sedikit membuat pikirannya terganggu. Bahkan sampai saat ini, Ajen belum ada kabar mengenai keberadaan Yasa.Jeffin mengajak Abiyya untuk lari pagi di taman dekat perumahan mereka. Ternyata banyak juga orang-orang yang sedang berolahraga. Bahkan ada ibu-ibu yang lari pagi bersama anak mereka. Dengan earphone di telinganya, Jeffin menikmati angin pagi yang terasa menyegarkan. Menghirup udara pagi membuatnya tenang.“Capek,” keluh Abiyya sambil meletakkan kedua tangannya pada lutut. Napasnya bergerak tidak beraturan.Jeffin yang melihat itu hanya terkekeh geli. “Ketahuan jarang olahraga kan,” ledek Jeffin yang membuat Abiyya menegakkan tubuhnya menatap Jeffin lalu berkacak pinggang.“Enak aja bilang nggak pernah olahraga. Orang capek emang mau g
Baca selengkapnya
15
Setelah Jeffin mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya akan pernikahanya dengan Abiyya dan Abiyya yang menyetujuinya, Jeffin memutuskan agar Abiyya pindah ke kamarnya saja. Awalnya Abiyya sempat menolak karena bisa saja mereka menjalani kehidupan pernikahan tanpa tidur dalam satu kamar. Namun, pada akhirnya Jeffin mampu meyakinkan Abiyya bahwa mereka hanya sebatas tidur dalam satu tempat tidak lebih.Mulai malam ini Abiyya akan tidur di kamar Jeffin. Ketika masuk untuk yang kedua kalinya, Abiyya memperhatikan setiap detail kamar yang akan di tempatinya itu. Ada rasa canggung saat Abiyya berdua dalam satu kamar. Oke, mungkin ini bukan untuk yang pertama kalinya Abiyya berada di tempat yang sama dengan Jeffin. Tetapi untuk saat ini rasanya berbeda. Apalagi bukan terpaksa karena keadaan melainkan karena keinginan mereka berdua.Abiyya mendudukkan tubuhnya di pinggiran tempat tidur sembari menunggu kehadiran Jeffin yang saat ini berada di ruang kerjanya. Meski tidak ada pemilik kamar,
Baca selengkapnya
16
Hidup seseorang memang tidak pernah lepas dari sebuah masalah. Lalu dihadapkan dengan sebuah pilihan yang mengharuskan untuk memilihnya. Entah itu pilihan karena keinginan sendiri atau karena keadaan yang memaksanya. Seperti Abiyya yang harus terlibat dengan Jeffin karena keadaannya yang memang sedang tidak baik-baik saja. Bertemu dengan Jeffin yang mungkin awalnya hanya sebagai penolongnya, namun malah berakhir sebagai suaminya.Abiyya sama sekali tidak pernah membayangkan hidupnya berakhir sebagai seorang istri dari seorang Jeffin. Pria yang berasal dari keluarga yang sangat berbanding terbalik dengannya. Tentu saja itu membuatnya sedikit tidak nyaman saat bersanding dengan Jeffin.Namun belum lama ini, Jeffin mengutarakan sesuatu yang tidak terduga. Memintanya untuk menjalani pernikahan seperti layaknya orang yang benar-benar menikah. Tanpa ada perjanjian yang seperti pada awalnya. Lalu memintanya untuk memulai semuanya sedari awal layaknya mereka memang menjalani hubungan yang seb
Baca selengkapnya
17
Sepanjang perjalanan menuju ke rumah Abiyya hanya diam saja. Tentu saja Jeffin menyadari hal itu. Beberapa kali Jeffin sempat bertanya apa ada yang mengganggunya, namun Abiyya tidak menjawab sama sekali. Hanya mengatakan bahwa dirinya merasa capek dan tidak terjadi apa-apa.Namun hal itu sangat berbanding terbalik dengan perasaanya saat ini. Memikirkan perkataan Crystal mengenai dirinya yang tidak Reksa dan Aera ketahui. Tetapi Abiyya juga penasaran apa saja yang sudah Crystal ketahui tentangnya.“Beneran nggak apa-apa?” tanya Jeffin kembali memastikan ketika mereka sudah berada di tempat tidur.“Hmm, cuma capek aja,” balas Abiyya sembari berusaha memejamkan matanya saat Jeffin memeluknya.Abiyya semakin merapatkan wajahnya ke dalam pelukan Jeffin. Ingin mendapatkan rasa nyaman dari Jeffin disaat dirinya merasa ingin bercerita perihal tadi. Namun Abiyya belum bisa menceritakannya. Abiyya juga jadi ingin tahu apa yang akan Crystal lakukan padanya lagi setelah memberitahunya bahwa ia me
Baca selengkapnya
18
Jeffin duduk termenung dengan apa yang baru saja terjadi. Abiyya yang awalnya menerima kini seolah tidak menginginkan pernikahan ini. Jeffin yang tidak bisa menahan emosinya mengiyakan begitu saja apa yang diinginkan oleh Abiyya. Tanpa berpikir panjang untuk bertanya baik-baik terlebih dahulu, sekarang Jeffin malah merasa menyesal.Kehadiran Abiyya yang tidak pernah Jeffin duga membawa perubahan dalam dirinya. Sejak hubungannya berakhir dengan perempuan bernama Vania, Jeffin sama sekali enggan untuk berhubungan kembali dengan perempuan manapun. Sampai akhirnya Jeffin bertemu dengan cara menolong Abiyya yang saat itu sedang dikejar-kejar kakaknya. Lalu tanpa sengaja Aera melihat Abiyya sedang berada di tempat tinggalnya, yang mengira bahwa Abiyya merupakan kekasihnya. Saat itu Jeffin tidak ada cara lain selain mengiyakan tuduhan Aera, sehingga berujung seperti sekarang.Jeffin mengacak rambutnya kasar. Hanya mampu duduk termenung di ruang kerjanya sesaat kepergian Abiyya. Mencoba kemba
Baca selengkapnya
19
“Nggak mau mampir dulu?” tanya Aera saat mereka sudah sampai di depan rumah orang tua Jeffin.Abiyya menggeleng pelan sambil tersenyum. “Kita mau langsung pulang aja, Ma.”“Makasih ya sayang, udah mau nemenin mama jalan-jalan hari ini. Lain kali kita pergi bareng berdua aja ya,” ucap Aera sambil memegang tangan Abiyya. Sementara Jeffin hanya memperhatikan keduanya.“Mama nggak bilang makasih sama Jeffin?”“Apasih kamu ini.”“Ya lagian mama bilang makasih cuma ke Abiyya doang, padahal Jeffin juga ikut nemenin.”“Hmm, jadi kamu nggak ikhlas nemenin mama gitu?” Aera melipat kedua tangannya di depan dada, wajahnya sudah berekspresi seolah sedang merajuk pada putranya.“Ya ampun ma, ya enggaklah,” jawab Jeffin. “Udahlah, kalau gitu kita mau pulang sekarang aja.”“Beneran nggak mau mampir dulu, ketemu sama papa kamu, Jeff?”“Lain kali aja ya, Ma. Abiyya juga kayaknya udah capek. Titip salam aja buat papa. Mama juga jangan lupa istirahat,” pesan Jeffin.“Hati-hati ya, sekali lagi makasih kal
Baca selengkapnya
20
Saat sampai di rumah Jeffin, Crystal langsung membawa Jeffin menuju ke kamarnya. Meski baru kali ini Crystal menjejakkan kakinya, namun ia tahu dimana letak kamar Jeffin. Jeffin sendiri juga bingung kenapa Crystal bisa tahul letak kamarnya.Jeffin menutup matanya dengan mencoba sekuat yang dia bisa pada saat Crystal menyentuhnya. Karena Jeffin dapat merasakan sensasi yang berbeda. Seolah sadar akan yang terjadi pada tubuhnya, Jeffin langsung mendorong Crystal untuk menjauh. Tubuhnya seketika terjatuh dan Jeffin duduk dengan bergerak tidak nyaman di lantai. Crystal yang melihatnya tersenyum puas dengan apa yang terjadi sekarang.Jeffin mengalihkan wajahnya saat Crystal berjongkok di depannya. Jeffin berusaha menjauhkan diri dari Crystal yang sudah benar-benar keterlaluan akan perbuatan gadis itu. Jeffin dapat melihat ekspresi wajah Crystal yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Crystal di hadapannya bukan seperti Crystal yang ia kenal.“Gila lo,” umpat Jeffin marah sambil menghempaskan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status