Jeffin duduk termenung dengan apa yang baru saja terjadi. Abiyya yang awalnya menerima kini seolah tidak menginginkan pernikahan ini. Jeffin yang tidak bisa menahan emosinya mengiyakan begitu saja apa yang diinginkan oleh Abiyya. Tanpa berpikir panjang untuk bertanya baik-baik terlebih dahulu, sekarang Jeffin malah merasa menyesal.Kehadiran Abiyya yang tidak pernah Jeffin duga membawa perubahan dalam dirinya. Sejak hubungannya berakhir dengan perempuan bernama Vania, Jeffin sama sekali enggan untuk berhubungan kembali dengan perempuan manapun. Sampai akhirnya Jeffin bertemu dengan cara menolong Abiyya yang saat itu sedang dikejar-kejar kakaknya. Lalu tanpa sengaja Aera melihat Abiyya sedang berada di tempat tinggalnya, yang mengira bahwa Abiyya merupakan kekasihnya. Saat itu Jeffin tidak ada cara lain selain mengiyakan tuduhan Aera, sehingga berujung seperti sekarang.Jeffin mengacak rambutnya kasar. Hanya mampu duduk termenung di ruang kerjanya sesaat kepergian Abiyya. Mencoba kemba
“Nggak mau mampir dulu?” tanya Aera saat mereka sudah sampai di depan rumah orang tua Jeffin.Abiyya menggeleng pelan sambil tersenyum. “Kita mau langsung pulang aja, Ma.”“Makasih ya sayang, udah mau nemenin mama jalan-jalan hari ini. Lain kali kita pergi bareng berdua aja ya,” ucap Aera sambil memegang tangan Abiyya. Sementara Jeffin hanya memperhatikan keduanya.“Mama nggak bilang makasih sama Jeffin?”“Apasih kamu ini.”“Ya lagian mama bilang makasih cuma ke Abiyya doang, padahal Jeffin juga ikut nemenin.”“Hmm, jadi kamu nggak ikhlas nemenin mama gitu?” Aera melipat kedua tangannya di depan dada, wajahnya sudah berekspresi seolah sedang merajuk pada putranya.“Ya ampun ma, ya enggaklah,” jawab Jeffin. “Udahlah, kalau gitu kita mau pulang sekarang aja.”“Beneran nggak mau mampir dulu, ketemu sama papa kamu, Jeff?”“Lain kali aja ya, Ma. Abiyya juga kayaknya udah capek. Titip salam aja buat papa. Mama juga jangan lupa istirahat,” pesan Jeffin.“Hati-hati ya, sekali lagi makasih kal
Saat sampai di rumah Jeffin, Crystal langsung membawa Jeffin menuju ke kamarnya. Meski baru kali ini Crystal menjejakkan kakinya, namun ia tahu dimana letak kamar Jeffin. Jeffin sendiri juga bingung kenapa Crystal bisa tahul letak kamarnya.Jeffin menutup matanya dengan mencoba sekuat yang dia bisa pada saat Crystal menyentuhnya. Karena Jeffin dapat merasakan sensasi yang berbeda. Seolah sadar akan yang terjadi pada tubuhnya, Jeffin langsung mendorong Crystal untuk menjauh. Tubuhnya seketika terjatuh dan Jeffin duduk dengan bergerak tidak nyaman di lantai. Crystal yang melihatnya tersenyum puas dengan apa yang terjadi sekarang.Jeffin mengalihkan wajahnya saat Crystal berjongkok di depannya. Jeffin berusaha menjauhkan diri dari Crystal yang sudah benar-benar keterlaluan akan perbuatan gadis itu. Jeffin dapat melihat ekspresi wajah Crystal yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Crystal di hadapannya bukan seperti Crystal yang ia kenal.“Gila lo,” umpat Jeffin marah sambil menghempaskan
Jeffin yang mengetahui bahwa Abiyya belum mengisi perutnya, memutuskan untuk memasak sedikit dengan bahan-bahan yang bisa ia jadikan untuk makan malam. Jeffin meregangkan tubuhnya saat semuanya sudah selesai dan sudah makanan sudah tersaji di meja makan. Kini langkahnya beranjak menuju lantai atas guna memanggil Abiyya agar makan. Satu kali ketukan, Jeffin tidak mendapat balasan dari Abiyya. Saat ketukan ketiganya barulah Jeffin dapat mendengar suara Abiyya.“Sebentar!” teriaknya dari dalam. Jeffin melipat kedua tangannya di depan dada sembari bersandar di samping pintu kamar menunggu sang pemilik untuk keluar.“Ada apa?” tanyanya dengan pakaian yang sudah berganti dari yang terakhir Jeffin lihat tadi.“Makan,” jawab Jeffin singkat yang membuat Abiyya menaikkan alisnya sebagai tanda ia bertanya apa maksudnya. “Makan dulu, habis itu saya mau bicara seperti yang kamu bilang tadi sore.”“Aku nggak lapar,” balas Abiyya.“Nggak usah bohong, sedari tadi pagi nggak ada makanan sama sekali ya
Abiyya yang merasa bersalah karena melakukan hal tidak sopan, berulang kali mengucapkan kata maaf. Bahkan Jeffin sendiri sudah tidak mempersoalkan perilaku Abiyya barusan dan sudah memaafkannya. “Stop, bilang maaf, oke. Dari tadi kamu ngucapin kata maaf udah sampai berapa kali. Saya juga sudah memaafkan kamu, Abiyya,” jelas Jeffin yang sudah bosan dengan kata maaf yang keluar dari mulut Abiyya. “Daripada kamu bilang maaf terus, mending kamu bicara jujur sama saya, apa saja yang sudah Crystal lakukan ke kamu.” Perkataan Jeffin selanjutnya membuat Abiyya terdiam. Saat ini keduanya sedang berada di halaman belakang rumah mereka. Jeffin yang berniat untuk menyelesaikannya hari ini, memilih tempat tersebut agar Abiyya mau bicara jujur. “Abiyya, saya nggak membenarkan apa yang Crystal lakukan ketika memang dia berbuat salah, meskipun dia adik saya.” “Apa yang akan kamu lakukan, kalau orang tua kamu tahu tentang semua kebenaran yang coba kita tutupi?” tanya Abiyya pada akhirnya mau membuka
Abiyya membuka matanya perlahan. Abiyya menatap sekeliling ruangan yang tampak asing baginya. Namun, dari aromanya saja Abiyya bisa menebak bahwa sekarang dirinya sedang berada di rumah sakit. Abiyya teringat akan apa yang terjadi pada dirinya terakhir kali.Sekarang Abiyya melirik ke arah tangan kirinya yang terasa sedang dipegang oleh seseorang. Benar saja ada Jeffin yang sedang tidur dan tengah menggenggam tangannya dengan kepala yang diletakkan di atas ranjang. Abiyya mencari-cari jam yang ada di ruangan tersebut. Pantas saja Jeffin ketiduran karena sekarang memang waktunya untuk tidur.Abiyya merasa sudah lebih baik dari terakhir kalinya. Tangan kanan Abiyya bergerak mengusap pelan kepala Jeffin. Dirinya merasa sangat senang bisa bertemu dengan Jeffin. Jeffin yang pada awalnya tidak terlalu banyak berbicara, namun tetap bersikap baik padanya. Abiyya tersenyum saat kembali mengingat pertama kalinya ia bertemu dengan Jeffin. Abiyya yang tiba-tiba mencegat mobil yang sedang dikendar
Seorang pria tengah berdiri memandang langit malam yang terlihat begitu cerah dengan ponsel yang menempel di telinganya bersama dengan segelas wine di tangannya. Dengan seksama ia mendengarkan apa yang sedang disampaikan oleh orang suruhannya. Terlihat pria tersebut sedang menahan napasnya lalu mengeluarkannya secara perlahan.“Kamu harus mencari tahu semuanya. Pokoknya saya nggak mau tahu, kamu harus berhasil menyelidikinya. Kalau nanti sudah ada kejelasan biar nanti saya yang lanjutkan.”Pria tersebut menutup teleponnya lalu menghembuskan napas kasar. Matanya menerawang pada langit. Salah hatinya berharap bahwa ia mendapat titik terang akan masalah yang tengah ia selidiki. Selama bertahun-tahun ia melakukannya ia mencari dan sekarang ia menemukan seseorang yang mirip dengan ibunya, ia berharap semoga kali ini ia mendapatkan hasil yang diinginkannya.Kemudian lelaki tersebut menyesap wine yang ada di tangannya. Hatinya berkata jika memang apa yang ia selidiki benar, ketika ada yang m
Crystal membanting pintu mobilnya dengan kasar. Langkahnya dengan cepat mencari keberadaan Aera. Beberapa kali Crystal berteriak memanggil-manggil Aera, namun tidak ada sahutan sama sekali.“Mama mana?” tanya Crystal pada salah satu pekerja yang kebetulan berpapasan dengannya.“Nyonya ada di belakang, Non,” jawabnya. Tanpa menanggapi lagi Crystal langsung berjalan menuju dimana Aera berada. Dan benar saja Crystal melihat Aera yang tengah bersantai dengan memandang layar ponselnya.“Ma, ada yang mau Crystal bicarakan,” ucap Crystal sembari duduk di kursi sebelah Aera tanpa basa-basi terlebih dahulu.“Kenapa, Crys? Tadi Mama juga dengar kamu teriak-teriak panggil Mama.”“Ma, Crystal mau kasih tahu kalau sebenarnya Kak Jeffin dan Abiyya cuma menikah pura-pura.” Melihat ekspresi biasa saja dari Aera tentu membuat Crystal semakin kesal. “Ma, mereka udah bohongin Mama sama Papa!” seru Crystal yang membuat Aera menatap putrinya.“Mama udah tahu,” balas Aera santai.“Apa? Mama tahu darimana?”