All Chapters of Madu Muda : Ketika Cintaku Direnggut Paksa: Chapter 11 - Chapter 20
164 Chapters
tegas
Setelah percakapan semalam keesokan harinya suamiku menggigil demam. Entah apa yang telah terjadi padanya tapi dia jatuh sakit wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar.Ketika ku bangunkan dia tidak menjawabku hanya rintihan pelan yang terucap dari bibirnya bahwa dia kesakitan.Aku heran padahal kemarin akulah yang berjibaku dengan hujan lebat, beberapa saat menunggui Putri dengan baju basah, tapi tidak terjadi apa-apa. Tapi kenapa dengannya."Kamu kenapa?" tanyaku Yang penasaran dengan keadaannya."A-aku sakit, dingin, a-ambilkan selimut," pintanya merintih.Aku hanya mendengkus mendengarnya, kesal sekaligus iba, bagaimana pun dia suamiku, tapi aku kecewa padanya. Kuraih selimut bulu dari dalam lemari lalu meletakkan benda itu menutupi tubuhnya. "Di saat seperti ini, istrilah yang paling berguna, kamu tidak bisa pergi ke tempat kekasihmu dan meminta dia memelukmu," rutukku dengan kesal."Ma-maaf, Aisyah.""Hah, maaf lagi," gumamku sambil menjauh." ... jangan sekeluarga sakit, aku suda
Read more
bingung
"Tidak, meski aku terlihat egois dan kejam, berbagi suami adalah pilihan yang tak sanggup kulakukan, berilah aku hukuman lain, tapi jangan menuntutku untuk menyerahkan Mas Hamdan pada Maura."Kuhampiri ibu mertua lalu bersimpuh di hadapannya, aku menangis, memohon pengertian agar wanita itu tidak merestui keinginan anaknya."Saya sudah lama bersamanya, inikah balasan untuk semua pengabdian saya, haruskah sepahit ini, Bu?""Aku tidak setuju, tapi aku juga mempedulikan kesehatan anakku, bagaimana jika setelah ini sakitnya semakin parah?""Aku akan merawatnya dengan baik, aku berjanji bahwa dia akan pulih dan melupakan impiannya," jawabku bersungguh-sungguh."Jika kau sanggup, aku tak bisa mencegahnya, biarlah ayah mertuamu yang akan bicara pada Hamdan," jawab Ibu."Terima kasih," balasku lirih.Setelah kedua mertua dan ayahku pamit, kini tinggal aku dan Ibu yang duduk berhadapan dan membisu di ruang tamu.Mas Hamdan Mash tertidur, juga anak anak sudah berada di kamar mereka masing-
Read more
dia di jendela
"Tolong jelaskan padaku, jelaskan dengan kata-kata yang kira-kira tidak akan membuatku berteriak marah!" ucapku dengan urat leher yang sudah menegang.Sekuat tenaga kutahan dorongan untuk tidak memukul orang. Bayangkan dia menghianatiku membelikan wanita itu sebuah kalung emas sementara gaji pekerja tidak dibayarkannya, dia mengabaikan kami dan lupa segalanya."Aku minta maaf," ucapnya sambil menelan ludah."Baiklah, aku menerima permintaan maafmu, tapi tolong katakan, kau kemanakan uang untuk gaji pekerja, aku yakin jika kau berani memberikan wanita itu perhiasan, kurasa kamu juga punya cadangan untuk aku, anak-anak dan juga para buruh tani.""Maafkan aku," ucapnya lemah. Andai tak sakit akan kubotaki kepalanya."Apakah permintaan maaf itu artinya kau mengakui semua perbuatanmu dan membenarkan bahwa kamu sudah tidak punya uang lagi?!""Aku memang lalai .....""Baik, terima kasih, akan kutahan emosiku, aku akan ambil wudhu, salat Dhuha dan meminta agar Allah mencabut nyawamu!" ter
Read more
mundur atau bertahan
Pada akhirnya, luka dan sakit yang terakumulasi di hati menimbulkan rasa bosan, muak dan lelah. Rasanya, tak percaya hati ini mengapa sampai Mas Hamdan rela menukar nyawa demi cinta. Sampai sakit dan tidak bertenaga karena merindukan kekasihnya.Dibanding aku terus terus makan hati berulang jantung, lebih baik, aku menyerah pada keinginan terbodohnya. "Ibu, aku ingin menyerah," ucapku pada Ibu di rumahnya."Menyerah bagaimana?""Membiarkan dia menikah.""Bolehkan saja dia menikah, tapi rumah dan semua aset harus jadi milikmu. Juga sebagian besar gaji Hamdan," ucap ibu dengan tatapan lurus ke depan."Sungguhkah ibu tidak peduli dengan perasaanku?" tanyaku sedih."Kesedihan Ibu melebihi dari apa yang kau bayangkan, tapi Ibu berusaha tegar agar kau juga bisa berpikir luas dan realistis. Membawa emosi pergi jauh dengan luka hati tanpa memikirkan masa depan dan kelanjutan hidup bukanlah jalan yang bijak Aisyah," ucap ibu meraih tanganku dengan lembutnya."Jadi, aku harus bagaimana Bu.""
Read more
sakit dalam pelukan
"Tidak, aku tak akan membiarkan itu terjadi," ucapnya lirih dengan maksud mencegah konflik antara aku dan Maura.Lucu sekali mendengar bahwa ia melarangku pergi, sementara di sisi lain dia berusaha menandingi aku dengan wanita lain. Agak menggelikan mengetahui bahwa dia ingin berpaling tapi tetap serakah ingin memiliki diri ini. Di bagian yang mana aku akan bahagia."Kamu pikir bahwa aku akan membiarkan Maura menguasai di rumah ini? Aku belum begitu bodohnya, Mas. Tapi di satu sisi kadang lelah atas sikapmu mengajak diri ini untuk pasrah. Sekarang kamu sudah mendapatkan keinginanmu, kamu bisa menikahinya kapan saja," jawabku sambil menyusun pakaian dengan cepat."Jika itu amat menyiksamu ... aku tak akan melakukannya," ucapnya mencekal lenganku, tatapannya dalam seolah mengisyaratkan bahwa dia memang akan membatalkan niat jika aku tak setuju."Sudah cukup, lakukan saja apa maumu!" Kututup koper lalu meletakkannya di sudut ruangan, kurebahkan diri di kasur dan mematikan lampu, men
Read more
hari mereka menikah
Dua hari berikutnya,Sejak aku mengucapkan izin untuk Mas Hamdan, di hari itulah semua anggota keluarganya bergerak cepat menyiapkan acara.*Tak banyak yang kulakukan pagi ini, Pagi menjelang pernikahan Mas Hamdan dan wanita pujaannya. Hanya menyiapkan sarapan untuk anak, lalu masuk ke kamar, berdiri di sisi jendela, menatap langit desa yang masih setia dengan mendungnya.Tak mau larut, tapi jujur saja, hatiku mulai hampa. Dulu ada ruang tersendiri yang kusimpan untuk Mas Hamdan di hati, tapi sekarang, ruang itu sudah kosong dirampok wanita lain.Air mataku jatuh, bersama dengan titik titik hujan yang masih tersisa sejak semalam.Ira, adik Mas Hamdan terdengar memanggil kedua keponakannnya untuk sarapan dan bersiap ke tempat acara, rumah ibu mertua.Kata anakku, di sana suasana dibuat meriah dengan dekorasi yang cantik. Ditambah kemarin malam adalah malam luluran Maura, semua orang datang, mereka meramaikan dan terpukau menyaksikan betapa cantiknya calon pengantin wanita.Tok ...
Read more
janji
Kulangkahkan kaki dengan perasaan hancur luluh. Kutinggalkan tenda pernikahan suamiku dengan istri barunya sembari menguatkan batin bahwa, dunia tak berakhir tanpa kehadirannya.Kuusap sisa air mata yang menyuramkan wajahku, lalu kuambil motor, menghidupkan mesin dan bersiap pergi."Lho, Mbak Aisyah, Mbak gak mau masuk?" Tiba-tiba seseorang menyapa aku dari belakang dia adalah kerabat jauh mas Hamdan yang kebetulan datang untuk menghadiri pesta itu. Wanita cantik itu menghampiri dan menyalamiku dengan senyum ramahnya."Kok gak masuk?" Dia memperhatikan penampilan ku dari atas ke bawah masih dengan gamis rumahan dan jilbab biasa."Aku hanya ingin melihat dan memastikan bahwa acaranya berjalan lancar," jawabku sembari menyembunyikan kesedihan dan sisa air mata."Kamu kuat sekali Mbak, aku salut," ucapnya mengatakan itu sambil meraih tanganku. Dipandangnya mata ini sambil menggenggam kedua tanganku, wanita itu masih menyunggingkan senyum manisnya."Sabar ya, Mbak, semuanya akan baik-bai
Read more
pagi ini
Hujan menderu di pagi ini, tetesannya riuh rendah di atas rumah, cuaca kelabu dan angin lembab membawa kerinduan dan menimbulkan kesuraman tersendiri di hati ini. Dinginnya angin merebak, menusuk sampai ke tulang, aku menggigil di balik selimut, tubuhku demam. Air mataku tumpah merindukan seseorang, dia yang dulu penuh perhatian dan cintanya akan bertambah-tambah jika keadaanku sedang lemah.Rupanya tubuh ini menggigil bukan karena demam, tapi karena luka semalam.Luka yang ditorehkan Mas Hamdan."Mas Hamdan! YA ALLAH ...." Aku berteriak di antara sedu sedan hujan yang menangis bersamamu. Namun sayang, tidak ada yang mendengar peduli atau datang memelukku.Kubayangkan di belahan lain, di sudut desa sana, suamiku masih berpelukan hangat dengan istri barunya. Tubuh mereka menempel satu sama lain tanpa halangan sehelai benang pun. Mereka bertukar kehangatan, berciuman mesra lalu berpagutan dengan gelora asmara. Mereka akan bercinta mesra di pagi yang syahdu ini, mengulangi apa yang
Read more
mereka terbangun
Pria yang kuteriaki langsung terbangun, terkesiap sembari mengumpulkan ruh dan kesadarannya. Dia mengucak mata, lamat lamat menyaksikan diriku di depannya. "Mas Hamdan, Mas melalaikan salat subuh hanya karena menikmati percintaan dengan wanita ini?"Suamiku hanya melongo saja mendengar aku bertemu memarahinya. Si wanita terkejut malu lalu menutupi dirinya dengan selimut, canggung sekali."Mbak, rasanya gak perlu gitu deh, gak enak sama mertua, beliau sekarang adalah suami saya," ucap wanita itu mendekatiku sambil tetap memegang selimut di dadanya.Plak!Kutampari wanita itu sampai dia terkejut, Mas Hamdan kaget dan mengulurkan tangannya tapi tak tergapai."Sebagai istri, harusnya kamu mengajak suami kearah kebaikan, mengingatkan ke jalan yang benar. Mas Hamdan menikahimu karena dia ingin menyempurnakan agama dan melindungi dari orang-orang yang ingin menghinakanmu! Mengapa kamu tidak membangunkannya?"Aku memang terkesan membuat buat drama, tapi biarkan saja. Aku ingin mereka jadi p
Read more
suamiku gemetar
Tahukah kamu bila seseorang membuat dosa besar, dan menunjukkan rasa bersalah dan penyesalan, sebaiknya jangan mudah memberikan mereka maaf. Biarkan waktu berjalan, jaga 'image' tetap elegan, agar mereka bisa lebih banyak belajar untuk berusaha mengambil hati dan memperoleh pengampunan. Biar mereka menyadari bahwa nilai dari kata maaf itu tidak semudah dengan pengucapannya. Ya, 'maaf' satu kata dengan sejuta makna. Sekali hati tersakiti lalu berdarah karena luka, maka akan sulit menyembuhkan. Kalaupun sembuh maka, tidak akan semudah itu untuk menghilangkan bekasnya. Itu yang sedang kualami saat ini.Setelah selesai membantu semua orang, memastikan bahwa rumah orang yang sudah kuanggap seperti ayah dan ibu sendiri rapi kembali, aku segera mengambil jeda untuk beristirahat dan duduk di meja makan. Selagi aku sedang duduk dan meneguk airku, tiba-tiba Maura masuk ke dapur, mengambil piring, dia tidak menyadari kehadiranku di meja makan karena terus menunduk. Gadis itu membuka lemari m
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status