All Chapters of Prince and princess of rule: Chapter 11 - Chapter 20
62 Chapters
Part 11
...Julian tiba di markas militer. Dia mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh prajurit lainnya, yaitu berlatih. Walaupun ini hanya latihan biasa, tapi Julian tetap mengikuti karena disini dia bukanlah Julian melainkan Jack. Seorang prajurit biasa, bukan seorang Pangeran.Julian memainkan perannya dengan baik, buktinya selama beberapa Minggu disini tidak ada orang yang menaruh curiga padanya. Semua orang disini tampak menyambut dan memperlakukan Julian dengan baik, kecuali Drake tentunya. Pria itu masih menaruh kesal dan dendam pada Julian karena kejadian tempo hari."Aku dengar prajurit tambahan akan segera tiba." Seru salah satu prajurit disana."Raja benar-benar melakukan hal itu?" Julian hanya fokus pada latihannya. Walaupun kedua telinganya mendengar dengan tajam apa yang dua prajurit itu bicarakan."Tentu saja. Yang Mulia raja tidak mungkin mengalah begitu saja." "Setelah penyerangan satu bulan yang lalu, raja tidak mungkin diam saja.""Ya, kau benar. Raja pasti akan membalasny
Read more
Part 12
..."Susst, jangan bilang siapa-siapa. Ini adalah tempat rahasia ku, dan kau orang pertama yang tau tempat ini." Ujar Anne sedikit berbisik.Julian menautkan alisnya kebingungan. Namun, dirinya cukup terhibur dengan tingkah gadis ini yang sedikit konyol. Tanpa bicara Julian hanya menganggukkan kepalanya. Mereka sekarang berada di sebuah tempat yang sedikit jauh dari pemukiman warga. Terdapat sebuah pondok kecil yang terbuat dari kayu. Terdapat juga danau kecil. Tempat ini begitu asri dan nyaman dengan suasana yang menyejukkan. "Luka mu perlu di obati." Ujar Anne mengambil sesuatu disana.Gadis itu membuka sebuah kotak kayu yang terdapat beberapa obat-obatan. Julian hanya memperhatikan dalam diam."Kemari," titah Anne.Tanpa menyahut, Julian menurut dan mendekatkan dirinya pada Anne. Dengan perlahan Anne mulai mengoleskan obat merah pada kening Julian yang tergores hingga sedikit mengeluarkan darah. Julian hanya diam dengan menatap wajah fokus Anne lekat. Jarak mereka begitu dekat.
Read more
Part 13
...Julian kembali ke tenda dengan suasana hati yang baik. Sejak perjalanan tadi bibirnya tidak berhenti tersenyum. Bahkan hingga dirinya sampai di tenda pun Julian tetap tersenyum.Hal itu membuat Duck yang menatapnya hanya bisa mengerut bingung. Pangeran Thedas tidak biasanya tersenyum seperti ini. Lalu Duck mendekati Julian yang baru saja turun dari kudanya."Pangeran." Panggil Duck.Julian menoleh. Mengubah cepat raut wajahnya menjadi datar. "Kau terlambat pulang, tidak biasanya." Seru Duck. Julian melirik Duck diam. "Hanya ingin." Balas Julian acuh.Duck mengangguk kecil. Kemudian menatap seluruh wajah Julian saat tidak sengaja Duck melihat sesuatu yang menempel di kening Pangeran Thedas."Kening mu kenapa, Pangeran?" Tanya Duck menunjuk lurus. Menyorot sedikit panik pada Julian.Spontan Julian menyentuh keningnya. Mengingat kejadian yang lalu membuat Julian seketika mengingat Anne kembali. Hatinya menghangat. Julian ingin tersenyum, tapi ia tahan karena ada Duck disini."Hanya
Read more
Part 14
...Sesuai yang sudah di rencakan. Anne dan Jessie pergi ke sebuah festival malam yang berada di pusat kota. Anne begitu sangat bersemangat dan antusias. Dia sudah menanti acara seperti itu jauh-jauh hari. Setelah berpamitan pada raja dan ratu, mereka pun bergegas pergi. Dua prajurit istana di perintahkan untuk mengawal dan menjaga kedua tuan putri. Sepanjang jalan, Anne tidak henti-hentinya berceloteh. Hingga membuat Jessie mendengus kesal mendengar nya. "Woah ..." Anne terperangah melihat bagaimana suasan malam ini.Jessie dan Anne pun semakin masuk kedalam. Begitu banyak orang yang berkunjung kesini. Festival ini sangat ramai dari ekspetasi nya. "Ingat Anne, jangan berulah. Tetap bersamaku dan jangan pergi ke manapun." Peringat Jessie. Anne hanya mengangguk saja. Dia tidak menyahut karena masih terlalu larut dalam kekagumannya. "Anne, dengar tidak?" "Iya Jessie, aku dengar." Balas Anne mendengus sebal.Kedua gadis itu berjalan beriringan. Memperhatikan setiap apa yang mereka
Read more
Part 15
...Suasana tiba-tiba hening diantara mereka. Anne tidak berkutik. Dia masih dalam rasa terkejutnya seraya menatap wajah Julian. Kini mereka saling memandang dengan jarak yang begitu dekat. Julian menyelami sorot mata Anne dengan lekat. Pria itu seolah menikmati wajah cantik Anne yang sedikit terkena cahaya bulan. Begitu cantik dan menawan. Julian tidak bisa melepaskan tatapannya dari Anne barang sedikitpun. Setelah cukup lama terdiam, akhirnya Anne tersadar lalu berdehem pelan. "Jack, apa yang kau katakan?" Suara Anne mengudara dengan gugup.Bola mata Julian bergerak sedikit. "Apa itu kurang jelas?" Pria itu balik bertanya. Anne kembali terdiam. Dia tidak tau harus mengatakan apa lagi. Kepalanya tertunduk dalam. Berusaha untuk menyembunyikan wajah memerahnya. "Kenapa kau mengatakan itu?" Tanya Anne pelan. Bahkan sangat pelan namun Julian mampu menangkap dengan jelas. Tanpa Anne ketahui, Julian tersenyum melihat tingkah wanita itu. Wajah merah merona nya membuat Julian semakin i
Read more
Part 16
...Di dalam istana begitu berisik dengan suara Anne yang terus merengek pada sang ibu. Sejak tadi bahkan dia terus memohon-mohon pada ibunya. Sementara ratu Calista sudah memijit kepalanya yang terasa pening karena rengekan dari putri bungsunya. "Ibu, ayolah. Biarkan aku pergi." Mohon Anne lagi. Dia mengatupkan kedua tangannya. "Tidak, Anne. Tetap di sini." Anne berdecak. "Hanya sebentar. Aku hanya ingin membagikan ini pada prajurit sekaligus berkunjung ke sana." Ujar Anne lagi. Ratu Calista menghela nafas. Tidak habis pikir dengan alasan Anne yang sedikit aneh. Anne merengek meminta ijin untuk pergi ke markas militer. Dia bilang ingin membagikan makanan pada prajurit di sana. Niat yang bagus, tapi tetap saja ratu Calista tidak bisa memberikan ijin tanpa persetujuan dari Raja Pedro. "Boleh kan? Kumohon ibu." Bujuk Anne. Melihat wajah memelas itu membuat ratu Calista tidak tega juga. Pada akhirnya dia hanya mengangguk pasrah. Hal itu membuat anne bersorak senang. Anne melompat k
Read more
Part 17
..."Angkat wajahmu Anne." Seru Julian seraya mengangkat dagu Anne dengan jari telunjuknya. Namun Anne hanya menggeleng dan terus menunduk. Julian tersenyum tipis melihat tingkah Anne yang salah tingkah seperti ini. Entah kenapa Julian menyukainya. Dia suka melihat wajah seputih dan selembut kapas itu merona kemerahan. Mereka kini berada di luar markas militer. Setelah kejadian beberapa saat yang lalu, Julian dan Anne memutuskan untuk pergi keluar dari ruangan itu. Dan selama perjalanan jantung Anne tidak pernah berhenti untuk terus berdetak. Apalagi begitu dia mengingat ucapannya beberapa saat yang lalu. Anne merasa malu dan tidak berani menatap Julian lebih lama. "J-jack ... Jangan seperti ini." Tegur Anne mendorong Julian saat pria itu mencoba untuk menghapus jarak mereka. "Kenapa?" Tanya Julian mengangkat satu alisnya. Anne semakin menunduk dalam. "Aku malu. Bagaimana jika ada orang yang lihat?" Cicit Anne pelan. Julian tersenyum kecil. Dia memberikan usapan lembut di kepala
Read more
Part 18
...Sementara itu terlihat Eudora yang terus mondar-mandir tidak tenang di tempatnya. Gadis dengan rambut hitam pekat sedikit bergelombang itu tengah di landa kegelisahan. Bagaimana tidak? Beberapa hari yang lalu Eudora mengirimi Julian surat, tapi bahkan sampai sekarang tidak ada balasan apapun dari Julian untuknya. Hal itu membuat Eudora menjadi cemas. Dia takut terjadi sesuatu pada Julian di sana. "Eudora, apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Maria. "Ibu ratu," sapa Eudora. "tidak, aku hanya sedang mencari udara segar saja." "Ini sudah malam. Sebaiknya kau beristirahat," ujar Ratu Maria. "Iya, sebentar lagi aku akan istirahat." Ratu Maria tersenyum simpul. Dia mengusap kepala Eudora dengan lembut. "Baiklah. Jangan terlalu malam," pesan nya sebelum kemudian berlalu pergi. Setelah kepergian dari ratu Maria, Eudora kembali bergerak gusar. Dia menggigiti kuku nya dengan raut yang gelisah. Eudora mendongak menatap langit yang sudah gelap, lalu menghela nafasnya dan memutuskan untu
Read more
Part 19
..."Pangeran." Duck memanggil Julian yang berdiam diri di luar tenda mereka. Kemudian melangkah menghampirinya. Mendengar panggilan dari pengawal Duck membuat Julian melirik singkat tanpa menyahutinya. Lalu memalingkan wajahnya saat Duck sudah berdiri di sampingnya. Duck menatap wajah Julian sebentar. Padahal ini sudah sangat larut malam, tapi pangeran Julian masih betah berdiri di sini. Mengabaikan angin malam yang semakin dingin kian menerpa tubuh pria itu. Julian masih diam, menunggu Duck untuk melanjutkan bicara. Julian memandang lurus ke depan, sedang telinganya sudah siap untuk mendengarkan ucapan Duck. "Raja meminta kita untuk pulang," ujar Duck kemudian. Sontak Julian menolehkan wajahnya yang beraut datar. Menautkan kedua alisnya dengan wajah merengut tidak suka. "Pulang? Kenapa?" Tanya nya. Duck hanya menggeleng pelan. "Entahlah, raja tidak mengatakan alasannya," jawab Duck. Julian mendengus kasar. Tanpa mengucapkan sepatah kata Julian melenggang pergi begitu saja. Me
Read more
Part 20
...Pagi ini Julian beserta rombongan baru saja tiba di Thedas. Kepulangan mereka di sambut senang oleh semua keluarga kerajaan. Terutama Eudora yang begitu bahagia melihat Julian. Wanita itu sungguh sangat menantikan kepulangan pangeran Julian jauh-jauh hari. "Pangeran! Akhirnya kau pulang. Aku sangat merindukanmu," ujar Eudora yang memeluk Julian dengan erat. Julian memasang wajah datar. Matanya menatap lurus ke depan tanpa sedikitpun ingin membalas pelukan dari Eudora. Dengan paksa Julian menarik Eudora untuk menjauh dan meliriknya dingin. Julian melanjutkan langkah menghampiri ibunya. Sedangkan Eudora mendengus kesal atas penolakan yang diberikan oleh Julian. "Syukurlah nak, kau pulang dengan selamat," ujar Ratu Maria memeluk singkat putranya. Julian hanya bergumam. Matanya mengedar dan tidak mendapati kehadiran ayahnya di sini. "Dimana ayah?" Tanya nya. "Raja ada di paviliun istana. Temui dia. Raja pasti senang melihat kau pulang," seru ratu Maria. Julian mengangguk singka
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status