All Chapters of Prince and princess of rule: Chapter 41 - Chapter 50
62 Chapters
Part 41
...Anne masih terpaku di tempatnya, begitupun dengan Julian. Untuk sesaat tatapan mereka saling mengunci satu sama lain. Perasaan Anne menggebu tinggi. Julian kini berada di depannya. Sesuai apa yang Anne inginkan sebelumnya. Namun ada sedikit yang berbeda. Tatapan mata Julian terlihat kosong dan linglung. Pria itu tidak seperti biasanya. "Julian," panggil Anne lagi dengan pelan. Tetapi Julian masih bergeming. Menelisik setiap inci dari wajah wanita itu. Antara mengenalinya atau tidak. Sorot mata lembut milik Anne entah kenapa berhasil membuat tatapan Julian terkunci enggan untuk berpaling. Perasaan apa ini? Kenapa jantung Julian terasa berdebar tidak karuan. Gelenyar aneh itu seketika Julian rasakan. Perlahan Anne merubah posisi dengan berdiri tepat tidak jauh dari Julian. Jauh di dalam lubuk hatinya Anne merasakan perasaan yang bahagia dan haru. Bibir Anne membentuk sebuah kurva tipis menatap pada Julian yang masih terdiam. "Kau .. siapa?" Tanya Julian dengan kerutan samar di
Read more
Part 42
...Dengan nafas tersengal Anne berlari sekuat tenaga. Pelarian Anne membawanya menuju ke perbatasan hutan. Sejenak Anne terdiam mematung. Mengingat kenangan dulu saat pertama kali bertemu dengan Julian di sini. Tidak. Anne menggeleng keras. Ini bukan saatnya untuk mengenang memori. Mengabaikan pikirannya, Anne lantas kembali berlari semakin menerobos hutan. Sampai kemudian Anne tiba di rumah lamanya, Neverland. Matanya mengamati suasana Neverland yang jauh berbeda dari sebelumnya. Begitu kacau dan berantakan. Tanpa sadar Anne meneteskan air matanya. Apalagi melihat sebagian warga Neverland yang masih bertahan hidup dengan kesusahan. BrukhTiba-tiba tanpa sengaja seseorang menyenggol bahu Anne hingga membuatnya tersadar dari lamunan. Terlihat seorang pria tua yang berada di dekat Anne. "Hei nak! Menyingkir lah! Jangan berdiri di tengah jalan!" Seru nya setengah kesal. "A-ah maaf," sahut Anne sesal. Anne memperhatikan pria tua itu lekat. "Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Kenapa
Read more
Part 43
...Setelah kejadian pengejaran oleh gerombolan prajurit Thedas, Anne pun memutuskan untuk tinggal di rumah tua tempat persembunyian nya. Tidak ada pilihan lain bagi Anne selain memilih untuk tinggal di sini. Lagipula kawasan rumah ini juga jauh dari pemukiman warga dan terdapat di tengah-tengah hutan. Walaupun sejujurnya Anne merasa takut namun dia tetap mimilih untuk tinggal saja daripada dirinya tidak punya tempat tinggal. Saat ini Anne tengah duduk di depan perapian seraya menunggu kue buatan nya matang. Yang nantinya kue itu akan Anne titip di toko kue langganannya untuk di jual. Ya, inilah hidup Anne sekarang. Sebatang kara tanpa ada sanak saudara. Bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri. Tidak ada kemewahan, tidak ada makan enak seperti biasanya. Kini Anne hanyalah gadis biasa yang tidak memiliki apapun lagi. Pakaian yang Anne pakai pun tampak biasa saja. Bukan lagi gaun mewah yang indah. Saat itu Anne terpaksa harus menjual kalung peninggalan ibunya untuk membeli be
Read more
Part 44
...Hari ini telah datang. Hari di mana Julian dan Eudora yang akan melangsungkan pernikahan mereka. Tampak wajah bahagia dari raja Charles dan ratu Maria. Eudora juga merasakan euforia dalam hatinya. Apalagi impiannya untuk bersama Julian akhirnya terwujud. Raja Eggar, menatap Eudora penuh binar. Ikut merasakan kebahagiaan dari putrinya. Walaupun sebenarnya raja Eggar sedih karena setelah ini akan berpisah dengan Eudora. "Putriku sangat cantik," ujar raja Eggar membingkai wajah berseri dari Eudora. Senyum manis di bibir Eudora tidak pernah pudar barang sedikitpun. Gadis itu terlampau bahagia hari ini. "Aku bahagia, ayah. Terimakasih." Eudora memeluk raja Eggar erat. "Ayah senang jika putri ayah juga senang." Mereka berpelukan cukup lama sebelum Eudora melepaskan rangkulannya dari pinggang sang ayah. "Jadilah istri yang baik untuk Julian. Aku percaya jika Julian mampu menjaga dan membuatmu bahagia," seru raja Eggar. "Itu pasti. Aku yakin pernikahan ku bersama Julian akan bahagi
Read more
Part 45
...Seperti hari biasanya, begitupun hari ini, Anne kembali akan mengantarkan kue ke toko bibi Maden. Syal yang selalu ia pakai tidak pernah terlepas dari lehernya. "Hah .. udara yang sejuk untuk memulai hari," gumamnya sendiri. Kemudian Anne melangkah sembari membawa keranjang sedang yang ia bawa. Angin sejuk yang berhembus menyentuh helaain rambutnya menjadi teman pengantar untuk Anne. Kulit putih bersih itu terlihat kemerahan karena udara yang dingin. Anne memang sedikit sensitif dengan cuaca yang dingin seperti ini. Namun begitu dia tetap menyukainya. Dari berbagai macam musim, hanya musim dingin yang Anne suka. Perjalanan yang Anne tempuh cukup lama. Dia juga harus melewati belantara hutan untuk sampai ke pemukiman penduduk. Karena toko bibi Maden berada di wilayah pemukiman sementara rumah Anne berada jauh di tengah hutan. Maka dari itu waktu perjalanan untuk mengantarkan kue-kue ini memakan tidak sedikit waktu. "Bibi," sapa Anne menurunkan sedikit syal nya untuk memperlihat
Read more
Part 46
..."Anne!" Suara Julian menggema keras di seluruh ruang penjara bawah tanah. Netra tajamnya mengedar tanpa celah sedikitpun. Julian membawa langkahnya dengan cepat menuju ke sebuah penjara. Namun begitu tiba di sana, penjara itu kosong dan sunyi. Hanya menyisakan sebuah rantai yang sudah di buka kuncinya. "Anne ..." Gumam Julian memperhatikan tempat dimana selalu menjadi tempat Anne berada. Di sini tidak ada Anne. Gadisnya sudah hilang entah kemana. Seketika Julian mengepalkan tangannya menahan geraman amarahnya. Dia lalu berjalan gontai keluar penjara. "Dimana Anne?!" Teriak Julian murka kepada prajurit penjaga yang berada di sana. Prajurit itu tampak bergetar ketakutan. Tatapan tajam Julian begitu menusuk seolah ingin mengulitinya. "P-pangeran, a-aku tidak tahu," cicit nya takut. Nafas Julian tersengal menahan amarah yang semakin menggebu tidak beraturan. Cengkraman tangan Julian semakin kuat hingga mencekik leher si penjaga. Julian benar-benar menyeramkan bahkan untuk seked
Read more
Part 47
...Eudora kembali ke istana Thedas dengan wajah yang kacau. Penampilannya jauh dari kata baik. Setelah meluapkan seluruh emosinya di rumah Margareth, akhirnya Eudora memutuskan untuk pulang. Matanya yang sembab mengedar memperhatikan keadaan istana yang tampak sepi, hanya ada penjaga saja di sini. Eudora merenung sejenak lalu tersadar jika istana Thedas sudah seperti semula. Tidak ada dekorasi apapun seperti kemarin hari. Dalam sekejap impiannya hancur. Hati Eudora sakit dan ingin menangis lagi. Harus di mana ia menaruh wajahnya di depan para warga Thedas. Semua orang pasti berpikir jika dia adalah gadis yang menyedihkan. Di tinggalkan saat pernikahan yang bahkan belum terjadi. Tangan Eudora mengepal di ujung gaun nya. Seketika hatinya kembali panas dan kesal. Ini semua karena Anne. Gadis tidak tahu diri yang menjadi benalu di hubungannya bersama Julian. Andai Anne tidak ada, mungkin Eudora sudah bahagia dengan Julian. Langkah kakinya menuntun Eudora masuk ke dalam istana. Eudora
Read more
Part 48
...Raja Eggar dari kerajaan Eden mendatangi Thedas. Tujuannya tentu untuk menjemput Eudora pulang. Setelah mendengar ucapan dari raja Charles kemarin, raja Eggar menghela nafas kecewa. Tidak menyangka jika putrinya melakukan hal senekat itu. "Charles, aku minta maaf atas semua yang sudah Eudora lakukan. Aku tidak menyangka jika dia akan melakukan hal itu," ujar raja Eggar tulus. Raja Charles hanya bisa menghela nafas panjang. Dia marah, bahkan sangat marah. Namun raja Charles juga tidak bisa menghukum Eudora karena dia menghargai Eggar sebagai sahabatnya. "Aku akan membawa Eudora pulang, kau tenang saja." Sejenak raja Eggar menjeda ucapannya. Sebelum kembali berkata pria setengah tua itu menghela nafasnya. "Dan untuk pernikahan nya, aku rasa mereka memang tidak berjodoh. Aku tidak ingin memaksakan kehendakku lagi, apalagi setelah mengetahui jika Julian tidak pernah mencintai Eudora." Meskipun kecewa berat, tetapi raja Eggar tidak bisa melakukan apapun untuk itu. Ini masalah hati
Read more
Part 49
...Dua hari Julian menghabiskan waktunya untuk mencari Anne. Namun semuanya nihil. Keberadaan Anne tidak bisa Julian lacak. Gadis itu bagaikan hilang di telan bumi. Bahkan semua wilayah Thedas sudah Julian susuri, tapi sedikit batang hidung saja milik Anne tidak Julian lihat. Perasaan Julian semakin kacau dan risau. Julian takut jika terjadi sesuatu kepada Anne. Jika sampai itu terjadi, maka sungguh Julian tidak akan memaafkan dirinya sendiri. "Pangeran, semua wilayah sudah kami telusuri, tetapi Tuan Putri masih belum bisa kami temukan," ujar salah satu prajurit melapor. "Cari lagi!" Titah Julian tegas. "T-tapi ...""Apa harus aku ulangi?!" Sela Julian tajam. Seketika si prajurit itu terdiam. Tidak berani untuk membantah perintah dari Julian. "B-baik, pangeran." Julian mengepalkan tangan lalu memukul sebuah pohon dengan kepalan tangannya. Julian marah, ia sangat marah pada dirinya sendiri. Dia pasti sudah menyakiti Anne terlalu dalam. Bagaimana bisa Julian sejahat itu kepada A
Read more
Part 50
...Suara itu ... Napas Anne tercekat menahan sesak sesaat mendengar suara lembut yang menyapa indra dengar nya. Tidak pernah Anne melupakan suara rendah nan dingin itu. Sedikitpun tidak akan pernah mungkin Anne lupakan. "Anne." Sekali lagi suara itu memanggilnya. Kali ini begitu sangat lembut dan hangat. Seketika air mata Anne lolos begitu saja. Dadanya memburu dengan napas yang tidak beraturan. Perlahan meski penuh keraguan, Anne menggerakkan kepalanya. Saat itu juga tubuh Anne membeku di tempat. Terdiam membisu dengan tatapan yang sulit di percaya. Julian? Pria itu ada di hadapan Anne. Berdiri dengan nyata. Mata bening milik Anne bergulir memperhatikan Julian yang berjongkok di depannya. Menatap Anne dengan lekat dan teduh. Lalu tangan besarnya bergerak menyentuh permukaan wajah cantik pucat Anne yang dingin. Sentuhannya begitu lembut dan menenangkan. Julian terus menatap Anne dalam. Sorot matanya penuh dengan kerinduan di sana. Memperhatikan wajah Anne yang begitu Julian ri
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status