Ucapan Banyu tadi malam, sungguh membuat semua rasa sakit di hati Damay menjadi-jadi. Kyla memang bersalah, tapi bukan berarti Banyu dapat menjadikan Damay sebagai alat, yang bisa pria itu mainkan sesuka hati. Jelas hal tersebut tidak bisa Damay terima. Setelah berpikir semalaman, akhirnya Damay sudah membuat keputusan. Ia akan melupakan masalah sang ibu untuk sementara waktu, dan lebih mengutamakan kewarasan hati, juga pikirannya untuk ke depan. Hal yang paling utama adalah, Damay tidak ingin lagi dilecehkan oleh Banyu seperti kemarin. Lantas pagi ini, Damay menyantap sarapannya dengan tenang. Menjaga jarak, tidak berbicara, maupun menatap Banyu sama sekali. Hatinya benar-benar sakit, sampai-sampai debaran jantung yang sempat membuatnya salah tingkah di depan Banyu kemarin, seketika musnah dalam sekejap. “Pesananmu sudah dibelikan Umar?” tanya Banyu menyela keheningan di antara mereka. Semalam, Banyu pun memilih pergi keluar kamar untuk menjernihkan pikirannya. Damay merespons den
Read more