All Chapters of Bukan Istri Sah: Chapter 51 - Chapter 60
116 Chapters
Sedikit Perhatian
Sejak sampai di rumah duka, banyak pertanyaan yang diajukan oleh beberapa tetangga kepada Damay. Dari sang suami yang tidak ikut datang, bagaimana kehidupannya di ibukota, dan ada beberapa hal lain yang semuanya hanya dijawab dengan singkat tanpa minat. Para tetangga itu, hanya bisa mencari celah untuk mencari bahan gosip. Apapun yang dikatakan Damay, semua akan menjadi bahan ghibahan yang akan terus diungkit dari waktu ke waktu. Sebenarnya, Damay ingin menyeret Ulfa dan meminta penjelasan atas ulahnya di Sangatta kala itu. Namun, mengingat waktunya sungguh tidak tepat, dengan terpaksa Damay melewatkannya. Kemudian, ketika malam sudah terlampau larut dan masih ada beberapa keluarga yang tinggal dan menginap, saat itulah Damay menerobos masuk kamar Ulfa. Akan tetapi, Damay juga tidak bisa berbuat banyak, karena kamar tersebut juga ditempati keluarga jauh yang datang dan bermalam di sana. Untuk rumah Damay sendiri, saat ini terlihat lengang karena tidak ada siapa pun yang menginap d
Read more
Hampir Membeku
“Pesawat jam berapa, Pak?” Akhirnya, Damay bersuara ketika mobil yang dikemudikan oleh Banyu memasuki kota Balikpapan. Sedikitnya, Damay sudah mengerti dengan perangai Banyu yang cenderung diam ketika berada di perjalanan. Paling tidak, itulah yang Damay rasakan ketika berada satu mobil bersama Banyu.“Setengah satuan.”Jawaban singkat itu lantas disambut cibiran oleh Damay. “Masih lama. Bapak nggak mau cari oleh-oleh dulu?”“Nggak.”“Pelit.”“Kamu mau kita keliling, terus terlambat check in?”Bibir Damay mengerucut, dan melirik malas pada Banyu. Daripada berdebat dan tidak akan menang, maka Damay kembali diam. Ia benar-benar heran dengan pria seperti Banyu. Tidak sedikit pun, Banyu bertanya mengenai beberapa hal tentang kematian paman Damay. Bahkan untuk berbasa-basi dan menyampaikan rasa belasungkawa.Apa hati Banyu memang sedingin itu?Tidak … jika mengingat Banyu masih bisa bersikap baik pada Damay, ia rasa pria itu masih memiliki sedikit rasa manusiawi di hatinya.“Pak, mau makan
Read more
Pakaian Dalam
“Makan malam, Non.”Seperti yang sudah-sudah, Umar akan mengetuk pintu kamar Damay ketika gadis itu belum keluar kamar saat waktu malam telah tiba.Damay yang hanya mengeluarkan kepalanya, lantas melirik pada ruang kerja Banyu yang berada tepat di depan kamarnya. Pintunya terbuka separuh. Itu berarti, Banyu sudah datang kembali ke rumah. Atau, pria itu tidak pergi ke mana pun sejak mereka datang siang tadi.“Pak Banyu baru pulang, Pak?” tanya Damay nyaris berbisik. Karena setelah sampai di rumah beberapa jam yang lalu, Damay langsung berlari masuk ke kamar dan tidak keluar sama sekali.Umar ikut menoleh pada ruang kerja Banyu sebentar. “Dari datang siang tadi, mas Banyu nggak pergi ke mana-mana. Tidur di kamarnya.”“Sekarang? Ada di ruang kerjanya?” Damay menunjuk ruang kerja Banyu dengan mengulurkan telapak tangan kanannya saja. Sementara bagian tubuh yang lain, masih berada di dalam kamar.“Lagi di ruang makan, nungguin Non Damay.”“Aduhh!” Damay reflek menepuk kepalanya sendiri, la
Read more
Sedikit Balasan
“Duduk.”Setelah mendengar ketukan pintu ruang kerjanya yang tidak tertutup, Banyu mengangkat wajah dan melihat Damay berdiri dengan gestur canggung. Gadis itu, tidak terlihat seperti biasanya, dan cenderung tidak ingin melakukan eye contact dengan Banyu. Apa semua ini karena ciuman siang tadi?Ya, pasti karena itu!Damay mengangguk. Melangkah masuk dengan perlahan, lalu duduk manis pada sofabed yang ditunjuk oleh Banyu dengan dagunya. Damay kembali melihat deretan rak penuh dengan buku, sungguh tertata rapi dan benar-benar bersih. Ia enggan melihat Banyu yang masih sibuk dengan laptop meja kerjanya itu.Damay juga enggan memulai pembicaraan terlebih dahulu. Ia memilih diam, dan menunggu Banyu menegurnya. Sungguh, berada dalam situasi seperti sekarang, sangat tidak nyaman untuk hati dan pikiran Damay. Ingatan tentang wajah Banyu yang berada tepat di depannya, lalu bergerak cepat dan ….Damay bisa benar-benar jadi orang gila jika seperti ini.“Biasa beli di mana?” tegur Banyu sambil me
Read more
Mantan Kekasih
Ucapan Banyu tadi malam, sungguh membuat semua rasa sakit di hati Damay menjadi-jadi. Kyla memang bersalah, tapi bukan berarti Banyu dapat menjadikan Damay sebagai alat, yang bisa pria itu mainkan sesuka hati. Jelas hal tersebut tidak bisa Damay terima. Setelah berpikir semalaman, akhirnya Damay sudah membuat keputusan. Ia akan melupakan masalah sang ibu untuk sementara waktu, dan lebih mengutamakan kewarasan hati, juga pikirannya untuk ke depan. Hal yang paling utama adalah, Damay tidak ingin lagi dilecehkan oleh Banyu seperti kemarin. Lantas pagi ini, Damay menyantap sarapannya dengan tenang. Menjaga jarak, tidak berbicara, maupun menatap Banyu sama sekali. Hatinya benar-benar sakit, sampai-sampai debaran jantung yang sempat membuatnya salah tingkah di depan Banyu kemarin, seketika musnah dalam sekejap. “Pesananmu sudah dibelikan Umar?” tanya Banyu menyela keheningan di antara mereka. Semalam, Banyu pun memilih pergi keluar kamar untuk menjernihkan pikirannya. Damay merespons den
Read more
Titah Elok
“Kenapa kamu bilang, kamu pembantu saya?” Banyu terus menggenggam pergelangan tangan Damay, setelah meninggalkan Elok. Bisa-bisanya Damay mengatakan dirinya adalah pembantu di rumah Banyu. Seperti tidak punya jawaban lain saja! “Kamu punya mulut untuk jawab, kan?” Banyu yang mulai kesal, seketika berhenti tapi tetap mempertahankan tangan gadis itu dalam genggaman. Damay membuang wajah dari Banyu dan memilih melihat sebuah toko yang ada di hadapannya. “Terus mau jawab apa? Tahanan? Ck, pembantu sudah paling cocok.” Rahang Banyu mulai mengeras. Tatapannya pun kembali dingin karena gadis itu tidak memandangnya sama sekali ketika berbicara. Namun, karena Banyu menyadari bahwa gadis itu tengah PMS, maka ia tidak ingin berdebat lebih lanjut. Jika tidak, mana mungkin Damay meminta dibelikan pembalut malam tadi. Jadi, karena sudah memiliki pengalaman hampir separuh usia dengan sang adik ketika PMS, Banyu pun bisa memaklumi sikap Damay saat ini. Masih belum melepas pergelangan tangan Dama
Read more
Ancaman Banyu
“Kita bicara sebentar.” Elok merentangkan kedua tangan, untuk menghalangi langkah Banyu yang hendak menyusul Gilang dan Damay. Elok bahkan sudah tidak memedulikan tumpukan paper bag yang teronggok begit saja di lantai. “El.” Banyu menghela. Tetap tenang, lalu berhenti bergerak dan tidak melangkah. “Jangan ikut campur.” “Kalau suka bilang,” seloroh Elok lalu berdecak. Merasa Banyu tidak akan pergi ke mana pun, Elok pun menurunkan kedua tangannya. “Jangan main nyulik anak orang, terus disakiti seperti tadi.” “Siapa yang suka, siapa nyulik, dan siapa yang menyakiti?” Elok berdecih dengan bersedekap. “Sekali lagi aku bilang. Aku nggak tahu apa masalah kalian berdua. Tapi, Nyu, tolong sadar kalau yang sudah kamu perbuat itu salah.” “Kamu, nggak tahu apa-apa.” Elok menoleh ke belakang sebentar dan melihat Gilang dan Damay sudah berada di eskalator untuk turun. “Aku juga sudah bilang, kalau aku memang nggak tahu apa-apa. Yang aku tahu cuma satu, Gilang suka sama Damay. Udah, titik! Ja
Read more
Permintaan Damay
Setelah memasuki parkiran motor, Damay menarik tangannya hingga terlepas dari Gilang. Sedari tadi, mereka berdua sibuk berjalan cepat untuk menghindar dan menjauh dari Banyu tanpa banyak bicara. Padahal, di kepala Damay kini tengah sibuk mencerna semua hal yan terjadi saat ini. “Cewek tadi, siapa?” Damay berdiam diri dan tidak melangkah ke mana pun. Mengapa wanita itu bisa menyanggah dan melawan Banyu dengan berani. “Mbakku,” jawab Gilang hendak meraih tangan Damay, tapi gadis itu segera menyembunyikan kedua tangan di belakang. “May? Ayo pergi!” “Dia … sama pak Banyu?” Wajah Damay menatap tanya, tapi hampir bisa menebak jawaban Gilang. Gilang menghela kasar, lalu menghabiskan jarak dengan Damay. “Mereka mantan. Dulu pernah pacaran dari SMA terus … putus.” Damay langsung mengigit bibir bawah bagian dalamnya, getir. Pantas saja Banyu mengatakan Damay hanyalah mainan semata bagi pria itu. Ternyata, mantan pacar Banyu memang sungguh … Ah, sudahlah! Meskipun hatinya terasa nyeri, ta
Read more
Empat Mata
Bumi meminta Damay untuk duduk, dan menenangkan diri terlebih dahulu. Dari wajahnya saja, Bumi bisa melihat betapa frustrasi Damay saat ini. Entah apa yang dilakukan Banyu kepada Damay, sehingga gadis yang sering terlihat apatis itu bisa sampai sekacau ini. “Tarik napas, tenangin diri dulu, baru kita bicara pelan-pelan.” Bumi menarik kursi lalu duduk tepat di hadapan Damay. Mengangkat tangan memanggil seorang pelayan, dan meminta untuk dibawakan air mineral secepatnya. Damay hanya mengangguk sesenggukan. Menuruti titah Bumi untuk menarik napas, dan menenangkan diri terlebih dahulu. Saat ini, kepala Damay seolah ingin meledak. Emosinya sudah sampai pada titik yang tidak bisa ditoleransi lagi. Gilang hanya menatap duduk dengan bersedekap. Tidak mengerti tentang pangkal permasalahan, membuat Gilang hanya bisa berdiam diri dan harus mendengar semuanya terlebih dahulu. Ia tidak bisa asal berucap, agar tidak salah bicara. Setelah Bumi menerima sebuah botol air mineral, ia segera membuka
Read more
Pemikiran Airin
Airin membuka pintu kamar tamu yang ditempati Damay, lalu keluar dan menutup pintu. “Nggak ada memar sama sekali,” terangnya setelah memeriksa tubuh Damay dengan seksama. Airin masih belum bertanya pada Bumi, mengapa ia harus memeriksa tubuh Damay untuk mencari jika ada memar di pada bagian kulitnya. “Yakin, Bun?” tanya Bumi yang sedari tadi hanya berdiri di depan kamar, sembari mondar mandir khawatir. “Coba di cek ulang, sekali lagi. Siapa tahu Bunda kelewat.” Airin menghela, lalu meraih lengan putranya untuk menjauh dari kamar tamu. “Nggak ada, Mi. Nggak ada memar satu pun. Sekarang, jelasin ke Bunda kenapa kamu bawa dia ke sini lagi? Kamu sudah nikah, kenapa masih bawa perempuan lain!” “Bun …” Bumi menarik sang bunda ke meja makan dan duduk di sana. “Damay itu sudah sebulan diculik sama mas Banyu.” “Sembarangan kalau ngomong!” desis Airin reflek memukul lengan putranya. “Banyu itu kakaknya istrimu! Dia itu bukan orang sembarangan, mana mungkin nyulik Damay!” “Bun, kapan aku pe
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status