Bukan Istri Sah

Bukan Istri Sah

Oleh:  Kanietha  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
87 Peringkat
116Bab
105.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Karena sebuah insiden yang telah direncanakan, Damay Savita dengan terpaksa harus menikah dengan Bumi Erlangga. Pria yang baru dikenalnya hari itu juga. Seorang pria, yang ternyata sudah menetapkan tanggal pernikahan dengan sang kekasih hati, di ibukota. Ditambah, kehadiran Banyu Wiratama dan Gilang Mahardika, semakin menambah pelik semua masalah yang ada. ~~~

Lihat lebih banyak
Bukan Istri Sah Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Dhita Dharsono
baguuss dan keren ceritanya
2023-10-31 00:34:07
1
user avatar
Fitri Almira
bagusss, saya suka ceritanya lanjutkan dong Mba Kanietha
2023-09-10 20:49:11
1
user avatar
Ida cholidah
dibab nya bilang tamat kenapa masih gantung
2023-07-23 00:33:37
0
user avatar
Indri saputra
baguusss... baguusss ceritanya kak ditunggu kelanjutannya yaa ......
2023-03-08 08:39:51
1
user avatar
herka ratri
Dulu waktu masih on going sempat baca tapi ga dilanjut,tergoda yang lain tp sekarang dilanjut lagi dan nyesel dong ternyata keren ceritanya..
2023-02-19 18:43:03
1
user avatar
Kenzien Yodha
selalu terpesona dengan karya kanietha......
2023-02-17 16:05:50
1
default avatar
eppaanggawi
gak ada cerita baru di GN mba beb....??ditunggu karya2 selanjutnya..
2022-10-06 22:25:08
2
user avatar
ArPi KimđŸŒș
yahhhh tamat padahal kepengen liat cerita si gembul biru ... hadewhhhhh .... pengen nangis aja
2022-09-26 08:53:25
3
user avatar
Siti Julian
q tuh masih bolak balik buka GN berharap fapt extra part nya Damay
2022-09-25 21:59:36
4
user avatar
Liz Kusnandar
harus sabar nih buat nunggu sisen 2 nya... sehat" ya mba beb... ............
2022-09-25 20:13:34
1
user avatar
Shifa chibii
begitu syulit lupakan banyu,,apalagi banyu baik....begitu syusah cari gantinya... (⁠╄⁠ïčâ â•„⁠) makasih mbak beb,,(â ïœĄâ â™Ąâ â€żâ â™Ąâ ïœĄâ )
2022-09-25 02:32:00
1
user avatar
Sophia Setiawan
tq mba Nietha utk novelnya yg sgt menginspirasi ini,. ditunggu lanjutannya.. selalu sehat dan sukses yaa mba, muachh..
2022-09-24 23:29:26
1
default avatar
tralala
Kakak bebeb hari ini ada update ga?
2022-09-22 22:58:08
3
user avatar
ArPi KimđŸŒș
mbak beb belum up ya
2022-09-21 07:16:29
3
user avatar
Najat Agustin
mbak beb blm up kah yaa...
2022-09-21 05:46:24
1
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 6
116 Bab
Bukan Istri Sah
“Damay,” ujar gadis 19 tahun itu memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangan.Wanita dengan penampilan modis khas ibukota itu pun, mengulurkan tangan kepada Damay. Tanpa senyum, hanya menampilkan tatapan datar. Cenderung tidak suka.“Mentari, panggil aja Tari,” balasnya singkat tanpa minat sama sekali. Bisa-bisanya, gadis yang berasal dari daerah itu dalam sekejap mata menjadi istri pria yang sudah menetapkan tanggal pernikahan dengannya.Bumi, pria yang berdiri canggung di antara dua wanita itu semakin salah tingkah dan serbasalah. Sungguh, menikah dengan gadis yang bahkan tidak dikenalnya sama sekali, bukanlah kemauan Bumi. Namun, Bumi tidak bisa mengelak karena mereka terjebak dalam situasi yang tidak terelakkan. “Ayo, kita pulang,” ujar Bumi meraih tangan wanita yang akan dinikahinya, dalam kurun waktu tidak sampai satu bulan lagi. Tatapan Bumi lantas beralih pada Damay. Ada setitik rasa benci di hati, karena Bumi yakin gadis itu juga ikut menjebaknya hingga semua berakhir sep
Baca selengkapnya
Jalan Keluar
Sebelumnya, Bumi sudah menceritakan semua hal terkait “musibah” yang terjadi pada kedua orang tuanya via telepon. Bertukar pikiran, meskipun semua itu tidak mampu mengubah garis takdir yang sudah tertulis. Yakni, Bumi mau tidak mau harus menikahi Damay atau hidupnya yang bisa saja terancam kapan saja.Untuk itu, ketika ia membawa Damay ke rumahnya, tidak banyak hal yang ditanyakan oleh kedua orang tua Bumi kepada gadis itu.“Jadi 
 Damay.” Airin, ibu Bumi memecah kecanggungan yang ada di ruang tamu. “Kamu sudah tahu, kan, kalau Bumi sama Tari mau menikah? Semua sudah disiapkan dan kami nggak mungkin batalin itu semua.”Damay mengangguk dengan menyematkan senyum kecil di wajahnya. “Sudah, Bu.”“Dan, kamu tahu juga, kan, kalau kamu dan anak saya itu menikah karena terpaksa?” tanya Airin lagi. “Kalian nggak saling kenal, apalagi cinta?”Lagi-lagi Damay mengangguk. “Tahu, Bu.”“Jadi, saya minta tolong jangan pernah jadi beban buat Bumi,” ungkap Airin. “Saya ngerti kalau status kamu sekara
Baca selengkapnya
Kita Selesai
Setelah asisten rumah tangga keluarga Bumi meninggalkanya, Damay langsung mengempaskan tubuh di ranjang queen size lalu melipat kedua tangan di atas perut. Tatapannya menerawang pada langit-langit kamar yang menurutnya cukup luas, dengan berbagai rencana yang sudah tersusun di kepala.Damay hanya tinggal menunggu Bumi mencarikan sebuah kos untuknya. Keluar dari rumah tersebut, dan mencari kerja di luar sana. Apa pun pekerjaan yang didapatnya nanti, yang terpenting adalah halal baginya dan cukup untuk menghidupi dirinya sehari-hari. Menjadi pelayan atau office girl pun tidak mengapa. Yang terpenting untuk saat ini adalah, Damay bisa memiliki penghasilan sendiri, agar bisa lepas dari Bumi.Sejurus kemudian, kedua sudut bibir Damay pun terkembang lebar. Setidaknya, ia sudah sampai di ibukota, dan tinggal berusaha melakukan beberapa hal, untuk mencapai tujuannya.“Damay!”Sayup terdengar suara Bumi dari balik pintu, berikut dengan ketukan yang terdengar cukup keras dan tidak sabar. Untuk
Baca selengkapnya
Melanjutkan Rencana
Airin berdecak ketika melihat putranya menuruni tangga. Ia masih kesal dengan kehadiran Damay, yang tiba-tiba saja menjadi menantu yang tidak pernah diinginkan di rumah mereka. Sudah tidak terhitung lagi, berapa banyak perjalanan yang dilakukan Bumi ke luar kota, bahkan ke luar negeri. Namun, hal sial seperti saat ini, mengapa justru menimpa di saat seperti sekarang. Di mana Bumi, sebentar lagi akan menikah dengan kekasihnya. “Ke mana istrimu itu,” sindir Airin ketika sang putra sudah menginjakkan kaki di lantai satu. “Pasti belum bangun.”“Ayolah, Bun. Dia itu bukan urusanku, jadi jangan pernah tanya apapun tentang dia,” pinta Bumi lalu melewati sang bunda untuk pergi ke dapur. “Pagi ini, aku antar dia ke kosan sekalian berangkat kerja. Jadi tolong, jangan lagi sebut-sebut dan bicarakan dia di depanku.”Airin hanya mendesis kesal menanggapi ucapan putranya. Ia terus berjalan di belakang Bumi, dan sedari tadi sudah mencium aroma masakan yang sudah menggugah selera. Wangi masakan yang
Baca selengkapnya
Sudah Bisa Pergi
Sang penjaga kos yang akan dihuni oleh Damay, langsung pergi setelah memberi beberapa penjelasan singkat. Meninggalkan Damay, dan Bumi yang masih berdiri di tengah ruang yang berukuran tiga kali tiga meter tersebut.“Aku cuma bisa dapat kosan ini, lumayan layak walau kamar mandinya ada di luar,” terang Bumi lalu membuka jendela nako yang berada di samping pintu. Ia menatap ke lantai satu, yang berisi parkiran motor dari penghuni kos setempat. Bumi jadi berpikir, apa Damay juga butuh kendaraan bermotor untuk memudahkan mobilisasi gadis itu.“Nggak masalah, Kak,” balas Damay lalu duduk di tepi kasur busa yang berukuran single. Ada sebuah meja kecil, yang berada di samping tempat tidur. Serta lemari pakaian yang berada sejajar dengan jendela nako. “Saya tinggal cari kerja aja habis ini. Terus, untuk uang kos, nanti saya ganti kalau sudah punya gaji.”“Nggak perlu diganti,” jawab Bumi cepat, lalu berbalik dengan mengeluarkan dompet dari saku celana bahannya. Bumi mengeluarkan beberapa lem
Baca selengkapnya
Menunggu Waktu
Tabungan yang dimiliki Damay, memang tidak banyak. Akan tetapi, tidak bisa juga dibilang sedikit jika ia bisa berhemat, ketika tinggal di ibukota tanpa pekerjaan seperti sekarang. Damay bisa menekan biaya makan sehari-harinya. Hitung-hitung, sekalian diet untuk menurunkan bobot badan yang terasa semakin berat.Damay membeli nasi, di warung terdekat dan membaginya menjadi dua kali makan. Untuk sarapan, dan ketika sore menjelang. Sementara untuk lauk, Damay bersyukur karena ada dapur umum yang bisa dipakai bersama di lantai satu, hingga ia bisa memakainya untuk menggoreng telur, atau membuat mi instan jika terpaksa.Sudah seminggu berjalan sejak Damay bertemu Bumi. Sejak itu pula, Damay sama sekali belum mendapatkan pekerjaan. Ternyata, lulusan SMA seperti dirinya tidak mudah mencari pekerjaan di ibukota, meskipun hanya sebagai seorang pelayan, atau office girl, seperti yang pernah dikatakan Airin.Damay pun sudah berusaha berbaur dan mengakrabkan diri, dengan teman-teman kos yang cende
Baca selengkapnya
Benar-benar Selesai
Napas Bumi terbuang lega, tugas terakhirnya dalam event pemerintah jelang pernikahannya akhirnya selesai. Setelah ini, Bumi akan kembali menjalani rutinitas kantor seperti biasa, sebelum cutinya tiba.Di sela ramah tamah, dan sesi foto di akhir acara debat calon gubernur, Bumi kembali terusik dengan siluet seorang gadis. Bukan sekali ini Bumi melihat siluet tersebut berjalan cepat di sisi ruang, dan tenggelam di ruang setelahnya. Namun, ketika acara debat belum dimulai pun, Bumi juga sempat melihat sosok tersebut berjalan cepat melewati lorong hotel.Bumi sempat mengira, hal tersebut hanyalah halusinasi. Akan tetapi, jika sampai beberapa kali melihat, pun saat acara sedang berjalan, Bumi yakin itu semua adalah nyata. Sampai akhirnya, Bumi memutuskan untuk meninggalkan kerumunan pendukung para pasangan calon, untuk menuntaskan rasa penasarannya.Bumi berjalan tergesa, menuju titik di mana ia melihat sosok tersebut. Terus masuk ke bagian hotel yang paling dalam. Menyusuri sebuah lorong,
Baca selengkapnya
Jaga Sikap
“Tapi nggak begini juga!” Damay tersentak karena Bumi tiba-tiba menghardiknya. Ingin menjauh, tapi lengan Damay masih berada di cengkraman pria itu. Damay jadi bingung sendiri, apa salahnya kali ini sampai Bumi langsung menghardiknya. “Nggak 
 begini gimana maksudnya, Kak?” tanya Damay tetap memandang Bumi, kendati jantungnya sudah melaju kencang karena dihardik pria itu. “Dengar, May.” Bumi mengatur napas, agar tidak larut dalam emosi. “Sudah berapa kali lo ketemu Gilang?” “Baru 
 dua kali sama hari ini.” “Baru dua kali ketemu, tapi, lo sudah mau diantar malam-malam begini sama dia?” Semakin lama, nada bicara Bumi semakin meninggi. “Ini Jakarta, May! Bukan Kalimantan—” “Samarinda,” ralat Damay. “Kalau Kalimantan itu luas jangkauan—” “Jangan pernah potong omongan gue.” Bumi menghela kasar sambil menarik lengan Damay, agar gadis itu semakin dekat. “Ini, Jakarta! Di luar sana, banyak penjahat kelamin yang pura-pura baik dan punya niat terselubung di belakangnya. Pergaulan di sini
Baca selengkapnya
Tidak Tinggal Diam
Bumi menutup laptop, setelah rapat umum antar divisi selesai. Namun, bokongnya masih enggan beranjak, karena ada beberapa obrolan ringan yang masih hendak ia bicarakan dengan rekan kerjanya. Bertukar pikiran dengan santai, untuk membahas beberapa pekerjaan. “Jadi cuti kapan, Mi?” tanya Baskoro, sang pemimpin redaksi yang hendak beranjak dari ruang rapat. “Dua minggu lagi, Bang.” Baskoro terdiam sejenak, seolah memikirkan sesuatu. Selang beberapa detik kemudian, ia pun mengangguk. “Oke, jangan lupa limpahin job desk ke yang lain, dan jangan matikan hape kalau lagi bulan madu. Siapa tahu kami butuh kamu, sewaktu-waktu.” Baskoro lantas terkekeh, dan disambut oleh beberapa rekan kerja yang masih ada di ruang rapat. Dengan cepat ia melangkah keluar dari ruang tersebut, tanpa mau menunggu respons dari Bumi. Namun, belum sampai lima detik Baskoro melewati pintu, ia langsung mundur teratur. Memutar tubuh 90 derajat dan melihat beberapa karyawan Jurnal Ibukota yang kembali bercengkrama. “Y
Baca selengkapnya
Tujuan Damay
Pagi itu, Damay sama sekali tidak berminat untuk sarapan. Mengingat rentetan kalimat Bumi tadi malam saja, sudah membuatnya kenyang. Damay bahkan belum mengambil honor atas pekerjaan yang telah ia lakukan kemarin. Untuk itu, Damay hanya bisa pasrah untuk sementara waktu. Menunggu Bumi, yang berjanji akan membawakannya sebuah ponsel baru nanti siang. Akan tetapi, Damay tentunya tidak bodoh. Setelah Bumi memberikannya sebuah ponsel, Damay tinggal bertanya kepada Senna, agar bisa menghubungi seorang teman yang sudah mempekerjakannya kemarin. Setelah itu, Damay tinggal meminta gaji, sekaligus, bertemu Gilang jika memang ada kesempatan. Damay bangkit dengan cepat dari tidurnya, ketika mendengar suara pintu kamar kosnya diketuk. Dengan cepat pula ia membukanya dan langsung mematung saat itu juga. “Lo, yang keluar, atau, gue yang masuk ke dalam.” “Ohh.” Damay yang masih bingung itu, langsung menghela dengan tawa garing. “Kak Gilang 
 di sini? Tahu 
 kosan saya dari mana?” “Irma.” “Ohh
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status