All Chapters of Drama Cinta Sang Duda: Chapter 21 - Chapter 30
34 Chapters
Rahasia Besar
Setelah sadar dari pingsan, kepala Ratna masih terasa sakit. Remang-remang ia melihat wajah Tama juga kedua orang tuanya. Tama memberikan segelas teh hangat dan membantu Ratna untuk meminumnya.“Kamu mau ke Dokter nggak, Na?” tanya sang ayah.“Nggak usah, Pa. Mungkin aku hanya kelelahan.” Ratna menjawab cepat, ia melirik ke arah Tama yang menatapnya tajam.Ratna tak mau ke mana-mana, ia hanya ingin di rumah saja. Perasannya masih kacau sama seperti saat sebelum pingsan tadi. Ia kembali berbicara pada sang ibu agar membuatkannya bubur karena ia lapar.Kepalanya masih pusing saat ia mencoba mengingat kalimat Tama yang membuatnya syok. Dirinya memang menang dan bisa menikah dengan Tama, tetapi hati pria itu masih utuh untuk Rinjani. Ia meremas dada yang tak kalah nyeri saat ia mengingatnya.Budi—ayah Ratna ke luar dari kamar menyusul istrinya ke dapur. Mereka kembali saling tatap mengingat keributan yang sempat mereka dengar. Kedua orang tua itu menarik napas bersamaan.“Mama nggak salah
Read more
Sebuah kenyataan
“Mungkin mama salah tidak menceritakan dari awal. Tapi itu demi kebaikan kalian berdua, agar kalian tidak saling iri. Mama dan Papa hanya ingin kalian berpikir jika kalian berdua adalah saudara kandung.” Ibu Rinjani terduduk lesu menceritakan semuanya.“Aku selalu menganggap dia kakakku. Tapi dia saja yang selalu jahat, memang otaknya kotor, Ma.” Rinjani kembali menimpalinya.“Sudah, jangan seperti itu.”Rinjani bahkan tidak menyangka jika memang mereka bukan saudara kandung. Kedua orang tuanya selalu berlaku adil walau kadang terlihat jelas sang ibu lebih menyayangi Ratna. Mungkin karena itu Ratna berlaku seenaknya.“Aku akan cari kontrakan saja, Ma. Biar kalian pun tenang,” ujar Rinjani.“Tidak usah, kamu tetap di sini sampai kamu menikah. Setelah itu, kamu boleh pergi dengan suamimu.” Sang ibu menentang saat Rinjani akan keluar dari rumah.Rinjani menarik napas panjang, ia ingin mencurahkan semua isi hatinya. Ia lalu gegas pamit pada sang ibu untuk pergi. Erik belum menghubunginya,
Read more
Tak sengaja bertemu Albert
Rinjani bergeming saat Pak Albert berada di depannya dengan mimik wajah kebingungan. Erik mengelus pundaknya dengan lembut seraya berbisik untuk tetap tenang menghadapi hal tak terduga.“Sayang, kamu sudah ada di sini ternyata.”Seorang wanita dengan dress merah menghampiri Pak Albert. Pria itu terlihat sangat kikuk saat wanita itu kini berada di sampingnya.“Bukannya kamu bilang nggak bisa datang ambil emasnya?” tanya Pak Albert.“Iya, aku sibuk. Tapi, ternyata bos aku cancel jadwal meeting, loh, Pak Erik ada di sini juga?” tanya Iren—wanita yang berada di samping Pak Albert.“Iya, Iren. Senang bertemu kamu di sini. Sedang apa?” Kini Erik yang aktif bertanya, sedangkan Rinjani sedang memutar otak berpikir wanita itu siapanya Pak Albert.“Oh, saya mau ambil pesanan. Cincin pernikahan kami, tadinya saya nggak bisa karena Pak Erik ada meeting, eh batal. Bersyukur saya bisa ke sini, iya, kan, Sayang?” Iren bertanya seraya menggandeng tangan Pak Albert.Rinjani tersenyum tipis mendengar p
Read more
Rinjani di Fitnah
Tama duduk terdiam di halaman. Ia kembali mengingat perkataan Ratna tentang pengakuan yang tak terduga. Sungguh semua di luar dugaan, ia pun bingung harus bagaimana dengan keadaan ini.Sepulang kerja Ratna mengajaknya berbicara hal yang penting. Ia menarik napas saat kembali mengingatnya.“Aku minta maaf telah menghancurkan hubungan kalian. Aku rela jika kamu kembali pada Rinjani,” ujar Ratna.Tiba-tiba saja hal yang mengejutkan itu terdengar. Ratna mengakui perbuatannya yang begitu rendah. Ia sudah mengakui semua, hidup tanpa cinta itu begitu menyakitkan apalagi sang suami masih memendam perasan pada kekasihnya.Lamunannya terhenti saat terdengar deru mobil memasuki halaman rumah. Rinjani terlihat ke luar dari mobil Erik, tapi pria itu tidak turun karena langsung pergi karena ada urusan penting. Tama menghampiri adik iparnya yang terlihat begitu lelah.“Kamu baru pulang?” tanya Tama.“Kelihatannya?” Rinjani enggan berbincang dengan Tama karena takut kembali menimbulkan permasalahan l
Read more
Sidang Kepala Sekolah
“Bu Rinjani, Pak kepala sekolah mau bicara dengan kamu dan Pak Albert untuk menyelesaikan masalah,” ucap Bu Ane.Rinjani sudah malas bertemu dengan Kepala sekolah. Ia cukup sakit hati ketika di tuding merayu Erik. Bahkan, ia merasa dirinya tak dihargai sebagai seorang bawahan. Ingin menolak, tetapi ia harus meluruskan semuanya.“Baik, saya ke sana.”Rinjani meninggalkan ruangannya menuju ruangan kepala sekolah. Wajahnya masam saat ia melihat sosok Albert pun berada di sana. Ia kembali harus menahan kekesalan melihat pria bermulut wanita. Seenaknya saja menyebarkan fitnah baginya.Pak Albert tak berani menatap Rinjani, ia hanya fokus pada pak kepala sekolah. Beberapa detik keheningan pun masih terasa sampai Pak kepala sekolah mulai membuka pembicaraan.“Hm, sebelumnya saya ingin meluruskan masalah yang sedang heboh di sekolah ini,” tutur pria plontos itu.“Meluruskan apa, Pak? Kalau meluruskan, sejak tadi bertanya baik-baik tidak dengan langsung menuduh saya,” cecar Rinjani.Pak kepala
Read more
Restu Dari Sang anak
“Kalian tidak bisa menjawab?” Bian kembali bertanya. “Papa jelaskan sama kamu, duduk dulu,” pinta Erik. Tidak lama, Erik menceritakan semuanya. Awal bertemu dengan Rinjani, sampai memulai sebuah hubungan baru karena memang merasa nyaman. Namun, Bian masih merasa aneh dengan keduanya. Seolah-olah masih ada yang di tutupi. “Jadi, kalian akan menikah tanpa cinta?” Lagi, Bian bertanya. “Awalnya, tapi semakin lama Papa mulai ada rasa. Jadi, Papa memutuskan memulai dari nol dengan Rinjani. “Saat tidak sengaja bertemu dengan mama kamu di sana. Reflek saat ada Rinjani, tanpa Papa mengaku pacarnya,” ujar Erik sembari tertawa mengingat kejadian saat itu. Rinjani pun sama, ia seakan teringat pertama kali mereka bertemu. Memang jodoh, mereka kembali dipertemukan.“Mama kamu datang bersama kekasih barunya. Papa tidak mau terlihat seperti belum move on atau jomblo ngenes seperti yang Andre selalu katakan. Eh, entah tangan ini malah menarik Rinjani dan memperkenalkan pada Mama kamu.”“Dan Mama
Read more
Pernikahan
Rinjani tak sadarkan diri saat mendengar kabar jika Erik mengalami kecelakaan. Sang ibu begitu cemas begitu pun Ratna yang juga berada di sisinya. Tama mencoba menghubungi Bian kembali.Pria itu seperti menarik napas lega saat terdengar suara menjawab di seberang telepon. Setelah itu, ia kembali masuk ke kamar Rinjani dan minta Ratna untuk mengoleskan minyak kayu putih.“Tapi kamu sudah telepon Bian, kan? Apa katanya, bagaimana Erik?” Ibu mertuanya terus saja mendesak ia bicara. Namun, ia mengelus lembut punggung ibu mertuanya dan mengajaknya bicara di depan.“Bu, tenang, ini hanya salah paham,” tutur Tama.“Maksud kamu salah paham itu bagaimana?” Kini Ratna yang bicara.“Erik memang kecelakaan, tapi hanya terjatuh dari motor. Dan dia setelah itu mengurus ke rumah sakit karena karyawannya itu juga mengalami tabrakan yang sama.” Tama mulai menjelaskan.Tama kembali menceritakan kronologinya membuat Ratna dan ibu mertuanya mengerti. Pria itu pun mengatakan Erik dan Bian sedang on the wa
Read more
Di ganggu mantan Istri
Setelah malam pertama mereka, Rinjani dan juga Erik masih berada di hotel. Di salam kamar, Rinjani kebingungan karena alat pengering rambutnya yang entah hilang ke mana.“Ke mana sih, pengering rambut itu! Gak mungkin aku keluar dengan rambut basah kayak gini! Dasar pengering rambut!” gerutu Rinjani karena sudah sejak tadi dirinya mencari benda itu. Namun, tak kunjung dirinya temukan. Dirinya kesal karena benda yang sangat dibutuhkannya tiba-tiba menghilang. Dirinya malu jika harus keluar kamar masih dengan rambut yang basah.Tiba-tiba pintu diketuk dari luar, membuat Rinjani yang sedari tadi mencari pengering rambutnya berhenti. Dirinya menatap bingung, siapa yang mengetuk pintu kamar hotelnya dan juga Erik di jam-jam seperti ini?Rinjani menghela napasnya sedikit kasar, niatnya yang tidak ingin keluar kamar dengan rambut basah harus gagal. Setelah beradu dengan pikirannya sendiri, Rinjani akhirnya memutuskan untuk membuka pintu kamarnya. Melihat siapa orang yang datang ke kamar hote
Read more
Emosi Yang Belum Reda
Pukul lima sore, Erik keluar dari kantor. Dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Kekesalan masih menguasai dirinya. Erik sudah tidak sabar ingin segera sampai di rumah.Sesampainya di rumah, Erik mengetuk pintu. Rinjani yang mendengar pintu diketuk pun tergopoh-gopoh menghampiri dan membukanya. Di sana, Erik suaminya datang, wajahnya kusut. Dengan terheran-heran, Rinjani mengajak Erik untuk segera masuk ke dalam.“Duduk dulu, Mas,” ujar Rinjani. Erik menurut dan duduk di sofa. Dirinya pun melepas sepatu yang dipakainya dan meletakkannya di rak yang berada tepat di samping ruangan itu.Tak berapa lama, Rinjani kembali dengan nampan dan juga segelas minuman dingin. Rinjani meletakkannya di meja, setelahnya dirinya mendudukkan dirinya di sofa sebelah Erik duduk.“Minum dulu, Mas,” kata Rinjani. Erik pun segera mengambil gelas itu dan meneguk isinya hingga tandas. Tak bisa Erik mungkiri jika setelah minum, hatinya terasa jauh lebih tenang.Erik menyandarkan punggung
Read more
Kecemburuan Ratna
Pagi ini, Bian, anak Erik sudah rapi dengan pakaian kasualnya. Namun, hal itu membuat Erik bertanya-tanya saat melihatnya. Karena hal tersebut adalah hal yang sangat jarang dilakukan oleh Bian. Biasanya anak itu akan lebih memilih tidur dan bersantai di rumah bukan pergi dan keluar bersama teman-temannya. Bian lebih suka berada di rumah daripada di luar.“Kamu mau ke mana, Bi?” tanya Erik yang duduk di kursi kayu dengan koran yang ada di tangannya. Kebiasaan Erik setiap pagi sebelum pergi ke kantor adalah membaca koran, tak lupa ditemani oleh secangkir teh lemon.Bian yang mendengar pertanyaan Erik, ikut mendudukkan diri di kursi tempat Erik duduk.“Mau ketemu Mama, Pa,” jawab Bian.Perkataan Bian membuat Erik terkejut. Untuk apa Bian bertemu Andini? Itu yang ada di pikiran Erik. Ya, Mama yang dimaksud Bian adalah Andini, ibu kandungnya.Erik meletakkan korannya dengan sedikit kasar, lalu menatap Bian penuh selidik.“Mau apa bertemu dia?” tanya Erik.“Entah, Mama Cuma bilang mau ketem
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status