Semua Bab ISTRI PERTAMA SUAMIKU: Bab 41 - Bab 50
61 Bab
Bab 39. Malam yang mendebarkan
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 39"SHITT!"Suara Renata mengeluarkan makian terdengar menjauh, diiringi ketukan sepatu yang kukenal, lalu Blar! Lampu menyala. Renata berdiri di depan saklar, menatapku tajam. Dia kemudian beranjak ke sofa, duduk dengan sikap santai sambil menyesap minuman dalam kaleng. Sepasang kaki jenjang bersepatu itu dinaikkan di atas meja.Aku berusaha melirik siapa gerangan lelaki yang menelikung leherku. Tapi ketika aku menggerakkan kepala, dia langsung mempererat cengkramannya. Memberiku isyarat agar diam."Ups… Renata, tolong suruh lelaki ini mengendurkan tangannya. Aku bisa kehabisan nafas."Renata tertawa, "Bukankah kau sudah siap untuk mati?"Aku meringis. "Ya. Apa boleh buat. Kalau memang takdirku harus mati ditanganmu. Tapi setidaknya, aku tahu siapa pembunuhku. Meski, ya. Tadinya aku mau mengajakmu kerja sama. Tapi, sudahlah…""Kerja sama apa?" Sambar Renata. Di menurunkan kakinya dari atas meja."Ah, sudahlah. Toh aku akan mati. Percuma…""Jangan membuatku penas
Baca selengkapnya
Bab 40. Aku akan datang padamu
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 40"Livi, diam di rumah dan jangan kemana-mana, Renata kabur dari kantor polisi."Suara Adam bertalu-talu di telingaku. Aku terduduk lemas, menatap layar ponsel yang menggelap. Setelah memberiku peringatan, Adam langsung mematikan ponselnya. Dan aku tahu, seperti biasa, dia tak mau dibantah. "Mbak?"Aku menoleh. Pelayan keluarga Mbak Laras menatapku bingung. Mungkin wajahku memucat atau terlihat menyedihkan. Entahlah."Adam berpesan agar aku tidak kemana mana, Bik." Jawabku.Dia tersenyum, "Oh, kalau begitu sebaiknya Mbak menuruti perintahnya."Aku mengangguk."Mari saya antar ke meja makan."Sungguh, disini, aku benar-benar merasa dihormati. Tapi justru aku malu dilayani seperti ini. Aku terbiasa mandiri, melakukan semuanya sendiri. Tapi, mau tak mau aku mengikuti langkah kaki wanita itu, duduk di kursi makan menghadapi hidangan sarapan yang menggiurkan. Namun, pikiranku mengembara, melukis wajah Renata.Bagaimana dia bisa kabur dari kantor polisi? Apakah dia m
Baca selengkapnya
Bab 41. First kiss
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 41Dari kaca spion, aku melihat Mas Dany yang muntah muntah bersandar di mobilnya dengan wajah pucat. Sepertinya dia habis dihajar oleh Renata. Jika seperti itu, Denish kini benar-benar dalam bahaya. Saat dia bersama Mas Dany, aku sedikit tenang karena bagaimanapun, dia ayahnya. Dia tak akan mencelakai Denish. Mas Dany hanya sedang kepepet dan butuh uang. Tapi Renata yang bukan siapa siapa bagi Denish, akan dengan mudah menggunakan bocah itu sebagai alat untuknya. Tapi bagaimana Renata tahu Denish ada pada Mas Dany? Dan kenapa dia mengalihkan targetnya dari ku kepada Denish?Bayangan Mas Dany dan rusun kumuh itu akhirnya menghilang ketika aku berbelok dan melaju menuju jalan kecil dan kemudian bertemu dengan jalan raya besar. Dari kejauhan, dapat kulihat mobil yang digunakan oleh Renata tadi melaju dengan kecepatan tinggi. Aku menekan rasa gentar dalam hatiku. Aku harus lebih cepat, tak peduli kendaraan lain yang melaju kencang seolah olah dikejar oleh waktu. Ya.
Baca selengkapnya
Bab 42. Penyesalan yang selalu datang terlambat
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 42Rasanya aku tertidur lama sekali. Mimpiku dipenuhi padang rumput dengan bunga dandelion yang penuh nyaris seluruh. Dan ketika angin bertiup, bunga bunga dandelion itu beterbangan bak jarum melesat ke udara, melambai dengan indahnya.Lalu perlahan, ketika kesadaran menarikku dari padang rumput itu, rasa nyeri yang sangat menusuk kakiku di sebelah kiri. Suara ramai orang bercakap cakap. Suara suara yang kukenal. Adam, Mbak Laras, Ayah dan Ibu.Ayah dan Ibu?Aku membuka mata seketika. Aroma rumah sakit yang tadi hanya samar samar kini tercium lebih kuat. Kamar VVIP lagi. Dengan ruangan yang sangat besar dan fasilitas serba lux."Livia…"Suara ibu memanggilku adalah hal pertama yang kudengar. Beliau memburu ke arah ranjang diikuti gerakan kaki Ayah yang terpincang-pincang. Mereka berdua berdiri di sisi kiri ranjangku dengan sisa tangis yang masih tampak di wajah Ibu yang memerah."Kenapa bisa seperti ini Livia." Ibu menangis lagi. Ayah memegang bahu Ibu."Anak ki
Baca selengkapnya
Bab 43. Antara bahagia dan duka
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 43PoV LIVIAAku menatap kruk itu dengan pandangan sedih. Sejak hari ini, aku tak akan bisa berlari lagi. Bahkan untuk berjalan dan melalukan semuanya sendiri, rasanya akan sangat sulit. Kami baru saja tiba di rumah milik Adam. Rumah peninggalan orang tuanya yang tak kalah mewah dengan rumah Mbak Laras. Adam meminta kami tinggal disini hingga hari pernikahan tiba karena nantinya, rumah ini akan menjadi tempat tinggalku. "Tinggallah disini Ayah, Ibu, Laila. Rumah ini sangat besar dan banyak kamar kosong." Ujar Adam.Ayah tersenyum."Nak, ketika seorang wanita menikah, maka dia harus keluar dari rumah orang tuanya dan ikut suami tanpa campur tangan siapapun. Ayah hanya takut menjadi sumber ketidak nyamanan bagi kalian karena tentu cara Ayah mendidik Livia akan berbeda dengan caramu." Ujar Ayah sambil menatap Adam."Kami akan kembali ke kampung usai pernikahan kalian." Tambah Ibu. "Apakah Laila tidak mau tinggal disini saja dan sekolah di kota?" Tanya Adam tiba-t
Baca selengkapnya
Bab 44. Kepergian yang tiba-tiba
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 44Hari pernikahanku yang indah berubah menjadi kelam. Semua tamu undangan yang terdiri dari sahabat dan keluarga kini berdiri menatap tubuh beku Mbak Laras yang baru saja diturunkan lagi dari ambulans. Aku terduduk lemas dalam pelukan Ibu, sementara tangis Cintya dan Denish yang menyayat terdengar. Adam tengah menenangkan mereka dibantu keluarga yang lain. Wajahmu pucat sekali Mbak, seperti waktu itu aku melihatmu di kantor sedang minum obat. Kenapa kau sembunyikan ini dari kami? Tapi meski pucat dan hanya diam, tak ada satupun yang bisa menandingi kecantikanmu. Kau bahkan pergi dengan bibir tersenyum, seakan kepergian ini telah kau rencanakan. Seakan kau akan pergi ke suatu tempat yang sangat kau rindukan."Nyonya Laras tidak baik-baik saja. Kista di dalam rahimnya berubah menjadi kanker yang sangat ganas dan dalam sekejap merenggut daya tahan tubuhnya. Dia memaksakan diri pulang dari Singapura karena tak ingin membuat kalian khawatir lebih lama. Ternyata aki
Baca selengkapnya
Bab 45. Wasiat Laras
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 45"... Semua harta pribadi milik Nyonya Laras, termasuk saham Beta, akan menjadi milik Cintya dan Denish dengan pembagian menurut hukum Islam. Sementara menunggu hingga usia Cintya dua puluh satu tahun, maka pengelolaannya, akan diserahkan pada Adam dan istrinya kelak."Semua menahan nafas mendengar pengacara membacakan surat wasiat yang ternyata telah lama ditulis oleh Mbak Laras. Aura ketegangan terasa meningkat perlahan. Mas Dany terlihat shock karena tak sekalipun namanya disebut dalam pembagian harta waris ini. Berulang kali dia menatap Adam dan aku yang duduk bersama Cintya dan Denish di sofa panjang. Lalu kembali menatap pengacara muda yang dipilih Mbak Laras untuk mengurus semua assetnya."Apa sudah semuanya? Tidak ada namaku?" Tanyanya tak percaya.Reva, pengacara pribadi Mbak Laras kembali meneliti berkas di tangannya."Oh ada Pak. Sebentar saya bacakan."Mas Dany membenahi posisi duduknya dengan antusias. Begitu juga Tante Irish yang sejak tadi roman
Baca selengkapnya
Bab 46. Dimana suamiku?
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 46Adam terkesiap, sementara jantungku sendiri berdetak kencang. Keringat dingin mulai membanjir dan rasanya nyawaku sudah berada di awang-awang. Kembang api? Apakah maksudnya? Boom?Adam langsung mengeluarkan ponsel. Kudengar dia menelepon polisi sementara aku sendiri, kupaksa kakiku berlari meski rasanya sulit dan sakit sekali. Aku meraih microphon di meja front office sementara, Della, Sang petugas yang baru saja tiba terbengong melihat ulahku. Aku harus mengevakuasi semua karyawan yang kebetulan sudah datang. Kebanyakan dari mereka adalah office boy dan office girl yang memang datang paling pagi. "Perhatian semuanya. Saya Livia. Kepada seluruh karyawan yang ada di gedung ini untuk segera keluar satu persatu. Dimohon untuk tidak panik dan tetap tenang!"Meski aku mengatakan untuk tetap tenang, tentu saja seperti kebiasaan pada umumnya, desas desus telah terjadi sesuatu di kantor Beta, langsung menyebar. Para karyawan lalu berkumpul di lobby, kebanyakan dari m
Baca selengkapnya
Bab 47. Foto pernikahan
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 47Aku terbangun dengan kepala pusing. Menatap sekeliling ruangan, lalu yakin bahwa ini adalah kamar rumah sakit. Ada infus yang menancap di pergelangan tangan kiri, dan suara suara lembut yang bicara tak jauh dariku. Aku terkesiap seketika saat ingat kejadian itu. Ledakan bom di kantor Beta, Adam…Aku tersentak bangun, tak peduli rasa pusing dan sakit kepala yang menyergap. Suamiku, aku belum melihatnya lagi sejak dia pergi melihat kejadian di halaman Beta. Lalu bayangan mayat yang gosong terbakar? Ya Tuhan, itu tidak mungkin Adam. Dia tak mungkin meninggalkan aku sendiri kan?"Livia, kau sudah bangun?"Aku menoleh, dan terkejut mendapati Cintya berdiri di dekat ranjangku. Wajahnya sembab oleh sisa sisa air mata. Disampingnya, berdiri seorang wanita lain yang kukenali sebagai Tante Anya, adik sepupu Mbak Laras yang menemaninya berobat ke Singapura waktu itu."Apa yang terjadi Cintya? Bagaimana aku bisa ada di sini? Bagaimana Beta? Dimana Adam?"Aku tak bisa meng
Baca selengkapnya
Bab 48. Lelaki di lamou merah
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 48Satu bulan kemudian."Grand Opening Beta Grosir Bekasi 3 akan dilaksanakan tanggal 5 bulan ini, Bu. Tiga hari lagi.""Produk stationery sudah diperluas jangkauannya di seluruh gerai, seperti perintah ibu.""Pojok buku akan segera dilaunching bulan depan. Buku tidak hanya berbentuk cetak tapi kita juga akan memberikan akses ke banyak platform online. Seratus buah laptop telah dipesan untuk masa percobaan dan akan dibagikan untuk sepuluh gerai di Jawa dan Sumatra."Semua laporan itu kuterima dengan hati mengembang. Aku telah berhasil membuat Beta Grosir bukan hanya maju atau stagnan di tempat, tapi membuat inovasi mengikuti perkembangan zaman. Tentu saja semua telah aku konsultasikan pada Om Andri dan Tante Reva lebih dulu."Mungkin kita perlu mengganti nama Beta Grosir. Sekarang, setiap gerai bukan hanya berisi sembako seperti dulu. Ini seperti sebuah mall dalam satu toko. Keren sekali." Ujar Tante Reva. Aku menggeleng. "Biar saja Om. Itu nama pemberian Mbak L
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status