ISTRI PERTAMA SUAMIKU 48Satu bulan kemudian."Grand Opening Beta Grosir Bekasi 3 akan dilaksanakan tanggal 5 bulan ini, Bu. Tiga hari lagi.""Produk stationery sudah diperluas jangkauannya di seluruh gerai, seperti perintah ibu.""Pojok buku akan segera dilaunching bulan depan. Buku tidak hanya berbentuk cetak tapi kita juga akan memberikan akses ke banyak platform online. Seratus buah laptop telah dipesan untuk masa percobaan dan akan dibagikan untuk sepuluh gerai di Jawa dan Sumatra."Semua laporan itu kuterima dengan hati mengembang. Aku telah berhasil membuat Beta Grosir bukan hanya maju atau stagnan di tempat, tapi membuat inovasi mengikuti perkembangan zaman. Tentu saja semua telah aku konsultasikan pada Om Andri dan Tante Reva lebih dulu."Mungkin kita perlu mengganti nama Beta Grosir. Sekarang, setiap gerai bukan hanya berisi sembako seperti dulu. Ini seperti sebuah mall dalam satu toko. Keren sekali." Ujar Tante Reva. Aku menggeleng. "Biar saja Om. Itu nama pemberian Mbak L
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 49PoV ADAMSATU BULAN YANG LALU"Berjanjilah kau akan menungguku di sini. Aku pasti akan kembali."Aku menatap sekilas wajah Livia, wanita yang baru satu Minggu menjadi istriku. Wajah cantiknya penuh cemas dan takut. Ya, bagaimana tidak. Saat ini, halaman kantor Beta penuh oleh polisi, tim Gegana dan tim medis, yang bersiap menaklukan paket asing yang terdeteksi sebagai Bom dengan kekuatan sedang. "Tidak! Jangan! Bagaimana kalau terjadi sesuatu? Bagaimana kalau bom nya tidak berhasil dijinakkan dan meledak? Tolong Adam, aku tak mau kehilanganmu."Tentu saja Livi, akupun tak mau kehilanganmu. Aku tak sanggup jika harus berpisah dan jauh darimu. Tapi aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Siapa penunggang sepeda motor yang menitipkan paket itu di pos security. Dari sini, sudut mataku tak lepas mengawasi punggung sosok seseorang berjaket hitam yang ikut membaur dalam kerumunan karyawan Beta dan karyawan kantor kantor sebelah. Aku yakin, dia bukan bagian dari
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 50"Adaaamm!"Teriakanku tertelan deru kendaraan yang lalu lalang. Sekuat tenaga, aku berlari, namun rasa kecewa menguasai hatiku. Tak kupedulikan gerimis yang makin pekat membasahi tubuhku. Ketika aku tiba di klinik, bahkan bayangannya pun tak lagi terlihat. Aku kembali berlari memasuki klinik di bawah tatapan heran para pengunjung. Namun sampai lelah kakiku, sosoknya tak tampak dimanapun. Hingga kemudian seorang lelaki berpakaian satpam menegurku."Maaf Mbak, ada yang bisa saya bantu? Mohon jangan membuat kegaduhan di sini." Tegurnya sopan.Aku menghentikan langkah dengan nafas terengah-engah. "Maaf Pak, saya mencari seseorang. Tadi saya lihat dia masuk ke klinik ini."Pak satpam menatapku cukup lama. "Apakah sudah bertemu?"Aku menggeleng, kali ini sambil mengusap perutku yang terasa sedikit nyeri akibat berlari. Tiba-tiba saja aku merasa khawatir pada bayi di dalam kandunganku. Aku kalap hingga nyaris lupa, bahwa ada dia yang harus selalu aku jaga. Aku pam
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 51PoV ADAMAku menatap mobil polisi yang keluar dari halaman villa, dengan sosok Widya di dalamnya. Mobil itu berjalan dengan tenang tanpa suara sirine. Hanya raungan Widya yang hingga kini masih terngiang di telingaku."Maafkan saya Om. Saya tidak bisa lagi meneruskan sandiwara ini. Istri saya tentu sangat cemas. Ini sudah terlalu lama."Om Frans, Papa Widya mengangguk pasrah."Terimakasih atas waktu yang kau berikan untuk Widya, Adam. Saya akan berusaha sampai dia sembuh dan belajar menerima kenyataan."Aku mengangguk, mengiringi langkah Om Frans menuju mobil. Beliau dan istrinya akan mendampingi Widya ke kantor polisi. Aku menatap sosok yang duduk di kursi penumpang. Disana, sang Mama duduk dengan pandangan kosong. Tidak seperti Om Frans yang menerima kenyataan bahwa anaknya sakit dan telah melakukan tindak kejahatan serius, Tante Eliza menolak mentah mentah. Dia beranggapan semua ini adalah salahku. Akulah yang menyebabkan Widya terganggu mentalnya. "Anakku
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 52Aku menatap kamar OK dengan jantung berdebar kencang. Didalam sana, istriku tengah berjuang, hidup dan mati. Peluru yang menembus bahunya tepat mengenai pembuluh darah sehingga pendarahan terus menerus terjadi sepanjang jalan. Tadi, sepanjang perjalanan, aku harus menjaga Livia agar tetap terjaga. Suara rengekannya yang manja, terngiang-ngiang. "Ngantuk Bang… "Dia bahkan memanggilku Abang. Air mataku nyaris saja meleleh jika tak ingat bahwa itu akan membuatnya kecil hati. Dan kini, aku terduduk dengan hati gentar, memikirkan Livia, dan anak kami yang berada dalam kandungannya. Pagi baru saja beranjak dan ternyata matahari yang bersinar cerah hari ini tak mampu Livia rasakan. Disampingku, Bude Mina duduk dengan wajah pucat pasi. Ponselku bergetar. Suara Om Andri langsung terdengar. "Om sudah mendapatkan informasi mobil yang tadi menembak istrimu Adam. Polisi sedang bekerja. Kau tenanglah, jangan tinggalkan Livia."Aku menghela nafas, menuruti kata hati, ak
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 53POV ADAMKalimatnya yang terakhir itu akhirnya membuatku menyadari satu hal. Bahwa dialah orang yang telah membuat istriku celaka. Tak ada orang lain yang tahu bawa istriku di rumah sakit kecuali keluarga dan tetangga. Aku menutup kran informasi rapat rapat sehingga tak tercium media. Karena bagaimanapun posisi Livia di Beta saat ini sangat penting. Meski setengah hatiku tak mau percaya, aku tak bisa membiarkannya. Secepat kilat, aku menyambar kedua tangan lelaki itu dan menguncinya ke belakang. "Adam! Ada apa ini?!" Lelaki itu berteriak sambil menoleh ke belakang, berusaha menatapku. "Aku tidak menyangka sama sekali, Om bisa melakukan hal seperti ini.""Melakukan apa?!" Bentaknya sambil meronta, berusaha melepaskan dirinya dari pitingan tanganku. Aku mendorong tubuhnya hingga membentur mobil bak terbuka. Dia menoleh dan sesaat mata kami bertemu. "Om seorang penegak hukum, bagaimana Om bisa melakukan kejahatan seperti ini?"Wajah Om Frans, Papa Widya memu
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 54Aku menggigit bibir dengan kesal. Air mataku bahkan langsung tumpah tanpa kendali. Dua bulan lamanya aku menunggu saat ini, saat dimana aku bisa bertemu dengannya. Ada banyak hal yang sangat ingin aku ceritakan. Tentang rasa gundah, cemas dan ketakutan. Tentang emesis di pagi hari yang membuatku hanya bisa meneguk segelas teh hangat. Tentang Cintya yang mulai peduli padaku. Tentang Denish yang kerap memanggilku Bunda. Tentang Beta yang berkembang pesat. Kenapa masih ada gangguan? "Hey, kenapa wajahmu?" Adam sudah mematikan ponsel dan meletakkannya di laci dashboard. Dia urung memutar kunci mobil. Dipalingkannya wajahnya ke arahku. "Kenapa sayang?"Kami saling bertatapan. Tangannya dengan lembut menghapus air mata yang dengan kurang ajarnya tak juga mau berhenti. "Aku tidak mau kau bertemu dengan Widya atau siapapun!" Seruku. Adam tertawa, dia menarik wajahku mendekat. Berhati hati agar tak menyentuh bahu kiriku yang masih diperban. "Kau cemburu ya?"Suda
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 55Aku berbaring miring, menatap wajah suamiku yang tertidur pulas setelah menghabiskan malam yang bergelora. Meski sedikit takut karena aku tengah hamil muda, bagaimana aku bisa menolaknya? Sejak menikah, kami baru satu kali melakukannya sebelum akhirnya dia menghilang. Selain itu, rindu dan hasratku sendiri tak tertahankan.Aku mengelus perutku, dimana anak kami tengah bertumbuh. Aku berharap dia baik baik saja dan tumbuh sehat. Lalu, tanpa sengaja mataku menatap kotak kecil yang diberikan Adam di rumah sakit dan belum sempat kubuka karena kesibukan kami. Aku bergerak, menyingkirkan tangan Adam yang menggenggam tanganku dengan gerakan perlahan, lalu turun dari atas kasur. Aku penasaran apa isinya.Sebuah kotak hitam berukir indah kini ada dalam genggaman tanganku. Perlahan kubuka dan aku terbelalak menatap isinya. Seuntai kalung dari mutiara hitam yang sangat cantik. Sebuah kertas terselip di bawah lapisan kain beludru nya.'Untuk Livia, kekasih dunia akhirat.