Semua Bab Sepiring Tumis Pepaya Muda: Bab 31 - Bab 40
70 Bab
Bab 31
PoV Rangga Aneh.Sudah seminggu ini sikap Zia, tak seperti biasa, gadis itu terlihat lebih banyak diam. Apakah ada sesuatu hal yang menggangu pikirannya? Ada yang berbeda dengan Zia. Sorot matanya kadang terlihat kosong, gadis itu juga tak terlalu banyak bicara sekarang. membuat rasa penasaranku tiba tiba datang.Kubuka perlahan pintu kamarku, tampak Zia sedang tertidur pulas di sofa, seharusnya malam ini adalah giliranku yang tidur disana, entah kenapa, beberapa malam ini, ia terus saja memilih untuk tidur disana. Kubetulkan kembali letak selimutnya yang hampir jatuh, wajahnya yang polos, membuat siapapun yang melihatnya akan jatuh hati, ia seorang gadis pekerja keras dan ulet yang pernah kukenal, ia jauh berbeda dari Eliza maupun Laura. Laura? Entah kenapa wanita itu datang kembali setelah tiga tahun berlalu, aku tak mengerti mengapa ia datang kekantorku seminggu yang lalu, aku bahkan tak pernah berpikir ataupun berharap untuk bertemu dengannya lagi setelah ia menolak lamaranku ti
Baca selengkapnya
Bab 32
"Lebih baik aku shalat di tempat lain saja, terlalu lama disini, bukan saja konsentrasiku yang hilang, tetapi juga kesabaranku," sungutnya sambil melangkah keluar, lalu menutup pintunya. Aku memang tak mengerti jalan pikiran wanita, diperhatikan salah, tidak diperhatikan, dikira tak peka, tak berperasaan, mungkinkah aku harus berguru pada Kahlil Gibran atau William Shakespeare, agar bisa memilih kata kata yang mampu memikat hati wanita? Ah. Sepertinya iya, jika ingin mendapatkan perhatian Zia kembali. **** Tidurku tak begitu nyenyak semalam, Entah mengapa, tadi malam, Mas Rangga bertingkah begitu menyebalkan, sudah berulang kali kukatakan jika aku lebih suka tidur di sofa, dia malah memancing masalah, membuatku kesal. Pagi ini papa memintaku menemaninya kekantor, ada beberapa hal penting yang harus kupelajari katanya. Papa memang menginginkanku mempelajari semua hal tentang bisnisnya. Untunglah, dengan menemaninya, aku punya kegiatan diluar hari ini, setidaknya itu bisa memulihka
Baca selengkapnya
Bab 33
"Maaf, dengan Bu Zia?" Panggilnya sopan padaku. "Iya, saya. Maaf, ada apa ya?" Balasku. "Anda di cari bapak, bu!" Jawabnya dengan bahasa tubuh yang sopan. "Terima kasih, nanti aku akan kesana," jawabku. Aku menoleh kearah Vira, sejenak kulihat wajah gadis itu terlihat bingung, aku menyunggingkan senyum simpul padanya. "Kau tak ingin ikut bersamaku, Vira? Untuk mencari tahu dan melihat siapa pria kaya itu?"*** "Tak perlu, aku tak tertarik," sungutnya. Tanpa perlu banyak bicara, kutarik paksa lengannya, sekali kali gadis sombong ini sangat perlu diberi pelajaran khusus. "Mau kemana kau menarikku? Kau benar benar gadis kasar, tak tahu sopan santun." Ia terus memakiku, hingga akhirnya mulut itu berhenti memaki ketika kami berdua masuk kedalam lift, yang akan membawa kami keruangan kerja papa mertuaku. "Aku hanya ingin memberi tahu pada gadis sombong sepertimu, bahwa aku tidak berbohong," jelasku santai. Pintu lift kemudian terbuka, aku kembali menarik lengannya, hingga kini kam
Baca selengkapnya
Bab 34
Siapa itu Kinanti? Hingga Mas Rangga sampai semarah itu saat bicara dengannya, Dan lagi apa yang mereka bicarakan? Jujur saja itu membuatku penasaran. Urusan dengan Laura saja belum selesai dan aku masih belum tahu jawaban Mas Rangga dengan permintaan Laura yang ingin menghabiskan satu malam bersamanya, dan sekarang, Kinanti?Entah mengapa, di benakku kini terlintas percakapan kami waktu itu, saat ia menceritakan tentang hubungannya dengan Eliza dan Laura.Astaga, mungkinkah, Kinanti adalah wanita yang waktu itu pernah kutanyakan? Meski pandanganku masih tertuju pada Mas Rangga, namun, kepalaku kini sudah penuh dengan berbagai pertanyaan. ****Mungkinkah, Kinanti adalah wanita yang waktu itu pernah kutanyakan? Wanita yang pernah menjebaknya pada malam terkut*k itu, hingga akhirnya membuatku kehilangan mahkota yang selama 20 tahun ini kujaga? Jika benar wanita itu, untuk apalagi ia menghubungi Mas Rangga, apakah masih ada hal yang belum selesai diantara mereka? Aku membuang nafas be
Baca selengkapnya
Bab 35
"Zia, bisa aku bicara sebentar denganmu?" Aku mengernyitkan dahi. Heran. Tak biasanya laki laki ini bertanya dulu padaku. Biasanya ia langsung saja bicara. "Iya, ada apa Mas? Apa ada sesuatu yang penting? Apa ini ada hubungannya dengan kedatangan Mbak Soraya tadi siang?" Kuberondong ia dengan banyak pertanyaan. ****"Ayo ikut aku sebentar ke kamar, kita bicara disana saja," ajaknya. Aneh, hal sepenting apa hingga wajahnya terlihat sangat serius seperti ini? Kuikuti saja langkah kakinya, ia tetap diam tak mengatakan apapun, tak lama kami berdua kini sudah berada di dalam kamar.Aku menutup pintunya, lalu duduk diatas ranjang, menunggu hal penting apa yang ingin ia bicarakan denganku. "Tadi sewaktu kau pergi bersama Pak Arsyad, papa mengajakku bicara, ia sungkan untuk membicarakan hal ini denganmu, makanya papa memintaku untuk membicarakannya lebih dulu denganmu."Wajah Mas Rangga terlihat serius, sesekali ia membuang nafas panjang, mungkin sedang mencari kata kata yang pas. "Ini
Baca selengkapnya
Bab 36
"Terima kasih, bi," sahutku setelah menerima gelas itu darinya, dan meminumnya habis isinya. Bi Ijah pun berlalu sambil membawa gelas yang telah kosong itu. "Zia, maaf, jika papa bertanya. Apa kau dan Rangga sudah membicarakan masalah resepsi pernikahan kalian?" Tanya papa begitu ia menghempaskan tubuhnya diatas sofa ruang keluarga ini. ***"Iya, pa. Kami sudah membahasnya," jawabku. "Apa kalian sudah bisa menentukan tanggalnya?" Tanya papa kembali. "Mas Rangga bilang secepatnya akan mencari tanggalnya, ia akan melihat jadwal kerjanya dulu untuk mencari tanggal yang pas," Jawabku."Begitu ya, baguslah." "Nak, jika kau butuh sesuatu, bicaralah pada papa, jangan pernah sungkan. Bagi papa, kau sudah seperti anak papa sendiri." Untuk beberapa lamanya ia diam, mata itu sesekali terpejam. "Zia, Papa ingin kau tahu, bahwa papa sudah memanggil pengacara untuk mengubah surat wasiat papa, dan juga sudah mengubah beberapa properti papa atas namamu, nak." Aku hanya menyimak saja perkataann
Baca selengkapnya
Bab 37
"Lebih baik aku tidur saja, daripada mendengar ocehanmu dan melihat wajahmu itu, selalu membuatku kesal saja," sungutku sambil merebahkan tubuhku diatas sofa lalu menutupi seluruh tubuhku dengan selimut. Rasanya aku sudah tak sabar ingin melihat bagaimana reaksi Tante Mira saat melihatku berada di pelaminan bersanding dengan seorang pria kaya. Semoga ia tak terkena serangan jantung. Ah, baru membayangkannya saja sudah membuatku tersenyum sendiri. ***Coba ceritakan pada saya, pelan pelan saja," pinta Psikolog bernama Aliyah ini padaku. Wanita yang kutaksir berusia empat puluh tahunan dan berkerudung lebar ini memandangku sembari tersenyum. Aku menatapnya ragu, tapi dengan sabar, psikolog wanita yang duduk di hadapanku ini tak menyerah dan terus mencoba meyakinkanku. "Mbak Zia, jika memang masih sulit untuk mengatakannya, bisa coba ceritakan dulu hal hal yang yang membuat mbak Zia senang, yang mbak Zia suka, seperti berkebun, menanam bunga, atau yang lain," pancingnya lagi.Aku mas
Baca selengkapnya
Bab 38
Bab 38Dengan tangan gemetar, Kubuka ponselnya, syukurlah ia tak menguncinya, dengan mudah akupun memeriksa semua pesan ditiap aplikasi yang ada, tak terkecuali sosial media miliknya. Namun, hasilnya nihil, tak ada apapun, karena sepertinya Mas Rangga tak begitu suka membagikan sesuatu di sosial media miliknya. Karena tak mendapatkan informasi apapun, aku mengembalikan ponselnya kembali ke tempat asalnya. Dengan langkah gontai aku kembali ke sofa, namun pikiranku terus bertanya-tanya. Karena lelah, aku memutuskan untuk tidur saja, tak masalah, Kupikir akan kutanyakan saja besok pada Mbak Soraya, aku yakin ia tahu dan mengenal siapa itu Kinanti. **** "Kinanti adalah seorang gadis kaya, yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga keraton solo, Zia. Kinanti itu adik perempuan dari seorang pelanggan VIP disalonku, mereka berkenalan saat tak sengaja bertemu ketika Kinanti melakukan perawatan di salon," jelas Mbak Soraya begitu kutanya. "Setelah perkenalan mereka, kudengar,
Baca selengkapnya
Bab 39
Ah, mungkin saja karena ini sudah rejeki kami. Aku mencoba untuk tersenyum, gaun pengantin ini membuatku benar-benar terlihat sangat berbeda. Kulirik Mbak Soraya yang sibuk memberi pengarahan pada para asistennya. Karena tak lama lagi aku akan memasuki aula resepsi. "Ayo, Zia. Sudah waktunya kau masuk, pengantin prianya juga sudah menunggu diluar," ucap Mbak Soraya lalu membantuku berdiri. **** Dekorasi dan penataannya membuatku tak henti berdecak kagum, pandangan mataku menyapu seluruh ruangan ini, deretan berbagai jenis bunga mawar import yang segar memenuhi tiap sudut ruangan ini, tak lupa beberapa ornamen kristal juga melengkapi interior pelaminan ini. Indah, benar benar terlihat indah. Harum bunga mawar tercium dari segala arah, berbagai jenis warna bunga mawar berjejer rapi, menghiasi ruangan ini, para tamu juga sudah berdatangan, membuatku sedikit gugup saat menjejakkan langkah ke pelaminan. Mas Rangga yang berada disampingku selalu menebar senyum, papa pun tak kalah bahagi
Baca selengkapnya
Bab 40
Satu buah kado mengusik rasa penasaranku, nama dan kalimat yang tertera dikartu ucapannya membuatku menyipitkan mataku, memperjelas apa yang kulihat. - Selamat menempuh hidup baru - Dari yang selalu mencintaimu, Kinanti.Kinanti? Astaga ... Mungkinkah Kinanti datang ke resepsi pernikahan tadi, dan berada diantara para tamu undangan yang hadir? Siapa yang mengundangnya? Apakah Mas Rangga?***Aku menelan ludah, aku tak mengerti mengapa rasa gelisah terus menghantuiku setiap melihat atau mendengar nama itu. Ada rasa penasaran yang menyeruak dihatiku. Rasanya ingin kubuang kado dari Kinanti ini, tapi niat itu segera terhalang saat aku melihat Mas Rangga masuk kedalam kamar. "Kau belum tidur, Zia?" Tanyanya sambil melepas sepatunya. "Belum," jawabku. "Buka saja kadonya kalau kau mau!" Sahutnya karena melihatku yang masih duduk didekat tumpukan kado ini."Besok saja, aku lelah, mau istirahat. Aku hanya merapikannya saja, tadi Mbak Soraya meletakkannya sedikit berantakan, karena ia bur
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status