All Chapters of Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya: Chapter 61 - Chapter 70
78 Chapters
Bab 36.A
Sabrina datang sambil menggandeng bocah lelaki yang tingginya kira-kira hampir sama dengan pinggangku.Rambutnya lurus dan cepak, kulitnya sawo matang seperti suamiku, dan aku terkejut saat anak itu sudah masuk ke dalam, dari bentuk wajahnya ia begitu mirip dengan Mas Lutfi.Mataku sampai tak berkedip menatapnya, bocah itu berdiri ketakutan melihat kami yang masih asing baginya."Rafka, itu Papa asli kamu." Sabrina menunjuk suamiku."Sini, Nak. Ini Papa." Mas Lutfi merentangkan tangan ingin memeluk anak itu.Namun, Rafka seperti ketakutan ia masih diam tak bergerak satu Senti pun, malah menggenggam erat tangan Sabrina.Mas Lutfi berdiri lalu maju beberapa langkah, jongkok menyeimbangkan tubuh di hadapan anaknya itu. sambil menangis Mas Lutfi memeluk Rafka.Namun, anak itu justru berontak dan bersembunyi di balik tubuh ibunya, menatap Mas Lutfi ketakutan. "Itu, Papa, Nak. Papa kamu," ujar Sabrina sambil mengelus rambut putranya.Bocah yang berwajah oval itu masih saja mengkerut ketaku
Read more
Bab 36.B
"Mas kamu ngerasa ga sih dimanfaatkan sama Sabrina dan bapaknya?" tanyaku saat mereka sudah pergi.Mas Lutfi malah diam, mungkin ia pun merasa begitu tapi tak berani katakan ya."Coba bayangin, dulu dia hina kamu 'kan? ga hanya itu dengan kejam bapaknya Sabrina juga memisahkan kamu sama Rafka, lah sekarang datang-datang minta pertanggung jawaban kamu," sahutku lagi.Bibir ini gatal sekali kalau tak bicara begitu, aku tak ingin Mas Lutfi dijadikan sapi perah oleh Sabrina dan bapaknya, karena dari gelagat pun aku sudah curiga kalau bapak Sabrina menginginkan sesuatu dari Mas Lutfi."Entahlah, Yang, Mas sebenarnya ngerasa begitu tapi bagaimana lagi Rafka itu anak biologisku walaupun tak benasab padaku." Ia terlihat murung."Mungkin ini yang namanya resiko perzinahan, Yang, korbannya Rafka.""Dan yang egois itu Keluarga Sabrina, harusnya dulu mereka restui kalian nikah bukan menikahkan Sabrina sama orang lain." Aku mencebikkan mulut."Kok gitu sih ngomongnya, jodoh Mas itu 'kan kamu bukan
Read more
Bab 37.A
[Sebenarnya janda sebelah rumah saya itu tetangga suami saya di kampung, Bu, tadi katanya mau pinjam uang dia itu, bukan ngasih cuma-cuma] sendKukirim balasan untuk Bu Sisca agar tak salah faham, bagaimana pun juga masalah rumah tanggaku jangan sampai didengar orang lain.[Oh gitu ya, kirain minta, abis tuh janda kayanya kegatelan yah] balas Bu Sisca.Segera aku mengetik lagi, kali ini aku sangat setuju dengan pendapat tukang gosip ini[Iya kayanya, saya juga ga terlalu suka] send[Suami kita harus dijaga bener-bener ini biar ga digondol tuh janda] Lengkap dengan emoticon ngakak di belakangnya.Aku tertawa sendirian membaca balasan Bu Sisca, lalu mengetik lagi.****Sore ini matahari nampak menguning, lumayan cerah sangat cocok untuk jalan-jalan atau menikmati waktu luang sore hari.Mas Lutfi pun sudah pulang, ia terlihat memarkirkan mobilnya di garasi."Assalamualaikum." Sebuah sapaan lembut yang selalu kurindukan terdengar. Namun, kini sapaan itu seperti percikan api yang siap meny
Read more
Bab 37.B
"Kata siapa tiga juta? udah tiga bulan ini aku selalu transfer lima juta sesuai keinginan kamu, aku emang pernah transfer tiga juta, tapi itu dulu pas pertama pegang ATM kamu, kalau ga percaya ambil hapeku sekarang!" Dadaku naik turun dibuatnya, dasar Sabrina sudah kutransfer lima juta malah bilang tiga juta, untuk apa coba kalau bukan untuk morotin suamiku."Kok malah diem, ayo sana ambil aku tunjukkan riwayat transfernya sama kamu!" Aku membentak Mas Lutfi.Ia berdiri meraih hapeku yang teronggok di dalam lemari, lalu memberikannya padaku. Gegas aku membuka aplikasi banking."Nih, lima juta." Aku memperlihatkan layar ponsel padanya.Mata Mas Lutfi terpejam usai melihat deretan angka di layar ponselku, tertipu kamu Mas!"Kalau kamu ga bisa tegas, biar aku saja yang tegas!""Iya iya maaf, Yang, lain kali Mas akan tegas. Udah ya jangan ngambek terus," ucapnya mencoba meredakan emosiku.Namun, bara di dalam dada masih menyala tak mungkin padam begitu saja, rasanya aku perlu bicara deng
Read more
Bab 38.A
"Kalau iya kenapa? Lihat saja sebentar lagi dia akan kembali kepadaku!" ucapnya dengan percaya diri.Bibirku bergetar mendengar itu, ingin memaki dan mencaci wanita itu habis-habisan, kalau perlu menyeret tubuhnya ke jalanan."Oh begitu ya, silakan kalau berani!"Telpon kumatikan. Awas kau Sabrina, kamu coba menyulut api denganku, maka kamu pula yang pasti akan terbakar."Mas kamu masih cinta aku 'kan?" tanyaku berbisik.Malam telah larut dan mungkin ia juga kelelahan karena menggendong Maryam sejak tadi."Ya iya, emang kenapa?""Kalau sama Sabrina gimana?"Mas Lutfi menghela napas. "Dia cuma mantan.""Yakin?" Aku melingkarkan tangan ke perutnya."Tentu, Mas udah punya kamu dan Maryam, ga kepikiran nyari yang baru apalagi ke masa lalu." Ia mengangkat sudut bibirnya."Tadi Sabrina telpon katanya dia itu masih ada rasa sama kamu, malah dia bilang katanya aku sombong dan ga pantas jadi istri Mas, dia juga bilang mau buat Mas kembali lagi, itulah janjinya."Aku menggebu menjelaskan ancama
Read more
Bab 38.B
Lalu kami bergandengan tangan menghampiri meja semula, di sana pelayan wanita terlihat menunggu kami dengan sabar."Aku pesen ini, ini dan minumannya ini."Baik, Bu, ada lagi." Pelayan itu mengangguk ramah."Kamu pesan apa, Yang?" tanyaku sambil menatap Mas Lutfi."Samain aja sama kamu." Lalu Mas Lutfi berpindah tempat ke sisiku.Terakhir Sabrina yang memesan makan beserta putranya."Eh Maryam bangun tuh, Yang." Aku menunjuk Maryam yang menggeliat."Duuh, anak Papa udah bangun mau mimi ya." Mas Lutfi mengangkat tubuh Maryam dari stroller lalu memberikannya padaku.Aku segera mengambil botol susu dari dalam tas. Sementara pesanan sudah datang."Makannya Mas suapin ya, aaaak."Aku tersenyum manja diperlakukan romantis di depan mantannya, jelas Sabrina berusaha menyembunyikan kecemburuannya."Oh boleh." Aku menganga lalu mulai mengunyah steak yang terasa lezat di lidah."Enak, Yang?" tanya Mas Lutfi."Banget, apalagi makannya disuapin." Aku terkikik."Ih kamu mah belepotan, Yang." Mas Lu
Read more
Bab 39.A
"Lihat, Mas, Sabrina bikin status kaya gini." Aku memperlihatkan story' wa Sabrina.Mas Lutfi membacanya dengan serius lalu tertawa."Kok ketawa sih?" tanyaku sambil menepuk bahunya."Sabrina ini kaya ga ada laki-laki lain aja," jawabnya lalu rebahan.Aku mengerlingkan mata lalu mulai membalas status wa Sabrina itu dengan kata-kata pedas.[Cari lelaki lain aja, ga usah kejar lelaki beristri kasihan istrinya] sendPesanku itu nampak centang biru dua, setelah sekian lama akhirnya nomor Sabrina terlihat sedang mengetik.[Ga bisa begitu, kami ada anak mana bisa kulupakan]Seperti itu bunyi balasan wanita tak tahu diri itu, membuat emosi meluap saja. Aku tak ingin kalah gegas mengetik balasan yang lebih panas lagi dari sebelumnya.[Kita juga udah punya anak, anak hasil ibadah loh bukan hasil zina, kamu yang dulu niggalin dia jadi sekarang ga usah sok-sokan menyesal dan datang mengganggu kebahagiaannya] Aku menyeringai berharap ia sadar kalau mengharapkan suami orang itu suatu perbuatan ya
Read more
Bab 39.B
Satu mangkok bubur telah berpindah ke lambungku, bubur ini katanya khas Cianjur, yang jual pun orang Cianjur, pantas rasanya enak dan memiliki ciri khas.Mas Lutfi membayar dan memesan lagi dua porsi bubur entah untuk siapa, yang jelas satu untuk Rafka dan satunya lagi entah untuk siapa."Kembaliannya ambil aja, Mang," ucap Mas Lutfi yang memberikan uang lima puluh ribu."Oh terima kasih, Pak bos," jawab tukang bubur itu senang.Kami berjalan lagi sambil mendorong stroller Maryam, matahari sudah mulai panas tak hangat seperti tadi, kami mempercepat langkah agar cepat sampai di rumah."Mas, itu satu lagi bubur buat siapa? Bu Yani?" tanyaku, teringat orang yang selalu membantu hari-hariku, mungkin itu bubur untuknya."Bukan, untuk Sabrina dan Rafka."Degh!jantungku seperti dihantam sesuatu, terlintas rasa cemburu."Ngapain dibeliin? perhatian banget sih sama mantan." Aku mencebik sambil mendelik."Kalau anaknya dikasih ibunya juga harus dikasih atuh, kasihan," jawab Mas Lutfi enteng.A
Read more
Bab 40.A
"Surprise, happy anniversary, sayang." Mas Lutfi menghampiri, lalu mendaratlah sebuah kecupan di atas keningku yang terhalang kerudung."Apaan sih." Kupukul dada bidangnya dengan sebelah tangan, lalu menatap mata elang itu dengan banyak tanda tanya."Ini tuh hadiah buat kamu, hadiah anniversary kita." Mas Lutfi menunjuk mobil Alphard putih dengan semua jemarinya.Ia tersenyum membuat bibirku yang semula masam mulai ikutan senyum mengembang, aku memang tak bisa marah-marah lama padanya, sejak dulu bahkan sejak ia tak punya apa-apa.Aku terharu, memeluknya erat lalu melepas pelukan itu sambil menyeka air mata "Jangan nangis dong ga suka ya sama hadiahnya?" goda Mas Lutfi sambil menyeringai.Aku menggeleng sambil terus menyeka air mata yang berdesakan keluar, air mata haru, air mata bahagia karena telah dikaruniakan suami yang begitu perhatian."Cup cup, udah nangisnya ya." Mas Lutfi memelukku sekali lagi.Setelah tangisan ini mereda barulah aku sanggup bersuara."Terima kasih ya, Mas,
Read more
Bab 40.B
bab 40.B hd"Enak aja dipikir aku ini bangke tikus." Aku mendelik kesal lalu meninggalkannya.Malam hari aku dan Mas Lutfi diskusi, rencananya motor yang selalu aku gunakan ingin disedekahkan, tapi pada siapa? aku ingin orang itu orang yang tepat."Gimana kalau dari keluarga kamu aja, misal Teh Naya, motornya itu udah sering mogok 'kan?" ujar Mas Lutfi.Betul juga, kalau di keluarganya semua pada mapan, punya usaha dan ada pula yang bekerja di sebuah perusahaan besar seperti Laila."Betul juga ide kamu, Mas, kira-kira kapan kita ke kampung ya, kamu atur jadwal deh.""Emm, sekarang-sekarang juga ga masalah sih kalau aku, tapi fisik kamu kuat ga? ke kampung itu perjalanan lama dan jalannya jelek, emang kuat? 'kan abis lahiran," ujar Mas Lutfi lagi."Kuat lah, 'kan naik mobil bagus." Aku menarik turunkan sebelah alis."Masa? berarti itu juga bakal kuat dong ga takut lagi." Mas Lutfi menggodaku.Pasti ujung-ujungnya ke sana."Itu apaan?!" Aku melotot."Itu ntar malem," jawabnya sambil mes
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status