"Dah, gak usah didengerin, nyok pulang." Tika menyeretku agar segera menjauh dari Mamang sayur. "Aku heran lho, Tik. Ini kampung di masa lalu kutukan atau apa sih? Kok, isinya orang-orang rempong semua," sungutku gak jelas. "Heh, sembarangan! Itu hanya segelintir warga saja, kebetulan ada beberapa yang suka heboh dan biang gosip, jadilah grup toxic cetar membahana," ucap Tika sambil terkekeh. "Kamu gak usah ladenin, Mal. Biar gak stroke," ucapnya lagi. Aku hanya mengangguk mengiyakan ucapan Tika. Akhirnya kami berpisah karena aku sudah sampai, sedangkan Tika masih harus melewati dua rumah lagi. "Nanti aku main ya, kesana," teriakku saat Tika sudah agak jauh. "Oke, aku tunggu, jangan lupa bawa cemilan," katanya sambil nyengir. Aku pun tergelak. Kedua anak Tika sangat suka dengan kedatanganku karena pastinya setiap aku datang tak pernah dengan tangan kosong. Saat aku memasuki rumah, kudengar banyak orang di dalam, antara ruang tengah atau dari dapur. Bisa ku pastikan itu adalah Bu
Read more