Lahat ng Kabanata ng Adikku, Pelakorku.: Kabanata 51 - Kabanata 60
71 Kabanata
bab 51
Setelah memastikan kepergian Zico dan kedua orangtuanya, aku merasa lebih lega."Selamat Nona Bella, pria benalu itu sudah resmi keluar dari rumah ini. Jika ibunya mengancam menuntut harta goni-gini, kau bisa memberinya nomorku, aku akan menanganinya untukmu," ucap pengacara Nowela. Ia membereskan foto-foto vulgar itu lalu mengembalikan ke amplopnya.Aku tersenyum menghadapnya, "Terimakasih Nona pengacara, peranmu sangat membantuku hari ini. Aku yakin ibunya itu tidak akan berani menuntut harta apapun."Pengacara Nowela memasukan amplop foto itu kedalam tasnya, "kalau begitu, aku pamit pergi dulu. Aku akan meminta temanku untuk mengunggah berita itu malam ini. Kau tunggulah kabar selanjutnya," ucapnya sebelum pergi.Aku mengangguk dan menyuruh Nina mengantarnya sampai keluar karena aku masih ada urusan dengan satu ular ini."Tania adikku, bukankah sekarang giliranmu?" aku tersenyum ramah sembari menoleh padanya yang tengah berdiri mematung."Hei~ adikku sayang, kemarilah ... Kakakmu in
Magbasa pa
bab 52
Setelah memastikan Tania dibawa pergi. Rasa lemas dikakiku tiba-tiba menyerang. Aku terduduk dilantai memperhatikan telapak tanganku yang memerah setelah berulang kali menampar anak itu.Aku menggenggam tanganku sembari menutup mata, tergambar jelas wajah ayah dan mendiang ibuku saat mereka menyuruhku menyayangi Tania sewaktu kecil. Perasaan ini mengangguku, namun aku tidak ingin terlihat lemah. Itu akan membuat Tania semakin menjadi-jadi meremehkanku.Dia sudah menujukkan wajah aslinya, itu artinya ini bukan lagi perang tersembunyi. Jika ingin mengakhiri ini, aku atau dia harus ada yang kalah."Bella ... Kau tak apa?" tanya Rachel mendatangiku, aku tersenyum menoleh padanya. "Aku baik-baik saja."Aku merogoh kantungku dan mengeluarkan botol kecil dari sakuku. "Dia sudah merasakan bagaimana rasanya meminum racun yang ia berikan sendiri. Aku sudah puas melihat ketakukannya saat meminum racun itu," ucapku. Aku menatap datar botol kecil di telapak tanganku.Aku beranjak berdiri kemudian m
Magbasa pa
bab 53
Keesokan harinya Nina datang ke kamarku untuk memberi laporan. "Apa kau sudah membaca pesanku kemarin?" tanyaku yang tengah bersiap didepan cermin."Seperti isi pesan Nyonya, saya sudah menyuap dokter itu untuk memberi penawarnya diam-diam lalu tidak lupa dokter itu mengatakan diagnosa palsu seperti yang Nyonya inginkan," jawab Nina.Aku tersenyum sembari merapikan rambutku, "baguslah."Nina terdiam sesaat, ia seperti ingin bertanya namun ragu. "Apa ada yang ingin kau katakan," tanyaku menoleh padanya.Nina meremas tangannya kemudian dengan ragu bertanya padaku, "Ma-maafkan saya jika pertanyaan saya lancang Nyonya, mengapa Nyonya memberi penawar itu? padahal kemarin di gubuk Nona Tania sempat sekarat dan akan mati."Aku mengela nafas, tidak aneh dia menanyakan itu. Rachel juga sempat bertanya begitu."Aku senang kau bertanya begitu Nina, itu artinya kau mendukungku untuk menghabisinya, ... tetapi, ini belum saatnya. Biarkan aku membuatnya menderita dulu," jawabku tersenyum.Bohong jika
Magbasa pa
bab 54
Didalam mobil ditengah perjalan sangat hening, Edward hanya fokus menyetir sedang aku memperhatikan luar jendela. "Apa kau sudah menghukum adikkmu dengan baik?" tanya Edward memulai pembicaraan."Ya, bisa dikatakan begitu. Dia orang yang sangat membenciku. aku tidak tahu, apa setelah ini ia akan berhenti atau tidak," jawabku tanpa menoleh."Aku tahu kau ingin menghukum adikkmu dengan tanganmu sendiri, walau begitu jika kau butuh bantuan. Katakanlah padaku," ucap Edward. Aku menunduk dan tersenyum, "terimakasih."Sesampainya di kantor, aku pamit pergi pada Edward, namun ia tiba-tiba memanggilku. "Bella, kau cukup menangani adikmu saja. Dan jangan khawatir, mantan suamimu tidak akan pernah menganggumu lagi," ujar Edward dengan senyum misterinya.Aku terdiam hingga mobil Edward pergi, "apa dia sudah melakukan sesuatu pada Zico?" gumanku berfikir.Aku berjalan memasuki lobi kantor. Keramaian di tempat receptionist membuatku menyerit, aku buru-buru menghampiri mereka. "Ada apa ini?" tanyaku
Magbasa pa
bab 55
PoV Tania..."Lepaskan! lepas ku bilang!" Aku meronta sebisa mungkin, namun dua pria kekar ini dan melemparku masuk ke gubug jelek. "Aku tidak ingin disini! aku ingin pulang!" teriakku dengan nafas memburu.Tiba-tiba aku merasa aneh dijantungku, "uhuk ... uhuk ..." Aku berusaha menahan batuk tapi tetap tidak berhenti. Aku memegang dadaku, rasa sakit saat batuk begitu menyakitkan. Hingga tiba-tiba aku merasa akan muntah."Uhuk ... Brub!" tanganku gemetar saat melihat cairan darah yang begitu banyak keluar dari mulutku. "D-darah?" kepalaku terasa berat aku terus batuk dan memuntahkan cairan darah. Sampai aku merasa lemas dan terkapar, rasanya benar-benar menyakitkan."To-tolong ... a-aku mohon ... uhuk ..." Aku merayap memegang kaki salah satu pria kekar itu, "d-dokter, p-panggilkan, to-tolong." Rasanya aku semakin sulit untuk bernafas.Tidak! aku tidak ingin mati, sekuat tenaga aku menjaga kesadaranku. Aku berusaha menganggkat kepalaku untuk mendongak, pelayan itu muncul bersama dokter
Magbasa pa
bab 56
PoV Tania 2Aku sampai di kantor Bella lebih pagi, salah satu pria kekar itu mengantarku, ia mengancam jika aku tidak pulang tepat waktu maka aku tidak akan diberi makan satu bulan, dan jika aku mencoba kabur mereka akan melakukan sesuatu yang lebih kejam.Aku membeku ditempat mendengar ancaman pria itu, hingga ia pergi. Kakiku melangkah ke dalam kantor Bella, ini pertama kalinya aku tidak bisa menegakkan kepalaku dengan bangga.Aku terus berjalan menunduk takut jika ada seseorang yang mengenaliku.Namun tiba-tiba seorang wamita berdiri menghalangi jalanku, aku terhenti dan mendongak. "Wah siapa ini? bukankah kau pelakor yang ngerebut suami kakak sendiri?" sindir wanita itu dengan suara nyaring.Aku mengenalinya dia adalah Viona sekretaris Bella. Aku menggertakkan gigi sembari menatapnya."Hei~ beraninya kau menatapku begitu?" ucapnya menoyor dahiku. Aku tersentak menatapnya nyalang."Bagaimana rasanya berselingkuh dengan kakak ipar sendiri? apa begitu menyenangkan?" tanyanya meremehka
Magbasa pa
bab 57
PoV Tania 3...Karena badanku yang masih lemah dan diriku yang tidak berpengalaman, sudah hampir setengah hari aku baru selesai membersihkan dua bilik toilet.Rasa menjijikan dan enggan menyentuh membuatku mual dan merinding. Aku benar-benar tidak bisa, sejauh ini cukup bagus aku memaksakan tangan cantikku.Aku bersandar di dinding luar toilet. Mencoba menghirup udara segar. Tetapi rasa lapar tiba-tiba menyerangku, kepalaku pusing karena terus bekerja dengan perut kosong.Aku mencoba kembali ke tempat para cleaning service berkumpul, melihat mereka tengah istirahat sambil memakan bekal. Membuat perutku kembali keroncongan.Aku hanya bisa menatap mereka sembari memegang perut."Hei kau sakit? mukamu, terlihat sangat pucat," tegur seorang pria sawo matang. Dia mendatangiku, tampilannya begitu dekil dan memakai seragam yang sama denganku.Aku membuang wajah dan mengabaikannya, karena perut yang makin melilit aku memutuskan untuk duduk berjongkok. Aku belum pernah duduk lantai langsung be
Magbasa pa
bab 58
PoV Tania 4...Diam-diam aku keluar ditemani Agam, nama pria itu. Aku menggunakan jaket, masker dan helem miliknya. Walau sangat bau aku memaksa untuk memakainya, biarlah aku menahannya sebentar.Akhirnya kami keluar dari kantor, Agam membawaku ke puskesmas dengan motor maticnya. Diperjalan aku merasa ada sesuatu yang berat di kantong jaket kirinya, tanganku merogoh dan mengambil sesuatu dari kantung itu.Dompet? apa ini dompet Agam?Aku mengintip isinya terdapat uang lembaran biru lima lembar."Cih, dia begitu miskin," guamanku pelan. Aku memasukkan uang itu dan hendak menaruhnya kembali, tetapi aku tiba-tiba terpikir. Bukankah aku tidak memegang uang sama sekali?Aku melirik dompet itu dan mengambil uangnya dua lembar. Aku tidak berniat mencuri hanya saja aku akan meminjamnya sebentar. Lagian nominal ini sangat kecil, aku akan mengganti sepuluh kali lipatnya nanti.Motor maticnya terhenti di depan puskesmas, dengan tertatih aku mencoba turun dari motor metic itu. "Kau kembalilah, da
Magbasa pa
bab 59
PoV Arbella....Karena ingin bertemu Edward aku memutuskan untuk pulang lebih awal hari ini. Ku rapikan semua berkas diatas mejaku kemudian meraih tas keciluntuk bersiap pergi. Aku berniat menunggu Edward menjemputku di kafe samping kantor sembari menikmati kopi.Deringan ponsel mengalihkan perhatianku, ku buka tasku untuk melihat siapa yang menelepon. Keningku menyerit memandangi nomor tak dikenal dilayar ponsel, walau ragu aku tetap mengangkat telfon itu.["Halo Bella, ini paman Robert."]Degh! sesaat aku membeku mendengar suara diseberang telepon, itu adalah ayah Edward.["I-iya paman, ada apa menelfon Bella?"] tanyaku sesopan mungkin.["Banyak yang ingin paman katakan, saat ini, tolong temui paman di rumah sakit harapan bangsa, ruangan VVIP. Paman akan menunggu,"] ucap paman menutup telepon.Aku tertegun menatap layar ponsel. Kenapa tiba-tiba paman ingin menemuiku? firasatku mengatakan tidak enak. Apa yang harus ku lakukan? Semoga ini hanya sekedar firasat saja."Bella ada kabar
Magbasa pa
bab 60
"Pa-paman, apa maksud paman?" tangan Tania gemetar mencengkram depan bajunya. Ia sudah tidak memakai seragam cleaning service. Melainkan sebuah seragam pasien rumah sakit.Matanya berembun menatap sendu paman. "Apa sekarang paman memihak Kak Bella? Lalu bagaimana denganku? paman bilang aku adalah calon menantu paman!"Tania mengusap pelan pipinya, ia menunduk sembari mengeluarkan suara isak tangisnya.Edward menyerit dingin, "apa kau berkhayal? aku sudah jelas menolakmu waktu itu."Paman menghela nafas, walau sudah di bohongi. Tidak ada sorot kebencian saat ia melihat Tania. "Sebelumnya aku memang menganggap kau adalah pilihan calon istri yang tepat untuk Edward, tetapi aku minta maaf ...""... Kebohongan dan pengkhianatan yang kau lakukan itu sudah jelas salah. Kau juga sudah berani menipuku, Tania. Jadi tidak mungkin aku membelamu."Tania mendongak, air mata itu sudah membasahi wajah pucatnya. "Jangan berkata negitu paman! aku sungguh tidak melakukan pengkhianatan itu, foto-foto itu
Magbasa pa
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status