Lahat ng Kabanata ng Hasrat Berlebih Suamiku: Kabanata 21 - Kabanata 30
35 Kabanata
Kritis dan Pendarahan
Tubuh Amel sudah lemas karena darah terus mengalir di tangannya. Seluruh keluarga kaget dan tak menyangka jika Amel nekad ingin mengakhiri hidupnya. Amel merasa sangat kecewa dengan Fardan dan hilang akal karena syndrom itu kini kembali menang.Sanusi bergerak cepat. Ia langsung mengambil kain untuk mengikat tangannya. Tentu untuk menghentikan pendarahan pada tangan, agar Amel tak kehabisan darah."Ambil kunci mobil, Buk!" Sanusi berteriak pada Riana dengan segera mengangkat Amel.Sementara tubuh Riana membeku melihat Amel tergolek lemah. Ia seperti terhipnotis. Hatinya perih tercabik-cabik."I-iya, Pak!" Riana segera berlari. Wiwin pun yang tadi membeku kini juga sudah sadar dan segera membantu membukakan pintu selebar mungkin.Riana segera langsung kedepan. Membuka pintu mobil untuk segera membawa Amel kerumah sakit."Kamu jaga rumah, Win. Jaga Zia baik-baik!"Wiwin hanya mengangguk. Dia juga tengah galau karena keadaan Kakaknya."Selamatkan Mbak Amel ya Allah!" Wiwin hanya mampu be
Magbasa pa
Rebutan
"Ya Allah, kenapa cobaan keluargaku begitu berat. Apa dosaku di masa lalu hingga aku harus menanggung semua ini!" Fardan tengah merutuki diri sendiri. Ia masih bimbang, bagaimana dia bisa menemui Amel.Akhirnya Fardan memutuskan untuk pergi. Hatinya mengatakan jika ia pengecut, namun mungkin itu lebih baik dari pada memancing keributan."Fardan, kamu dari mana saja! Ibu mencarimu, Farah hampir saja nekad bunuh diri." Iryani mendekat pada Fardan dan langsung menarik tangan putranya."Bunuh diri? Kok bisa!" Fardan bertanya dengan berjalan. Dilihatnya Farah yang tengah di pegangi suster. Dia terus saja memukul perutnya. Menyalahkan bayi yang tak tahu apa-apa."Hentikan, Farah!" Fardan mendekat dengan memegangi tangan Farah. Seorang suster mundur."Aku tak mau anak ini! Dia pembawa petaka. Aku malu, siapa yang akan mau menikah dengan wanita yang telah ternoda. Aku ingin bunuh dia saja!" rancau Farah."Hentikan, Farah! Masa depanmu masih panjang. Abang akan Carikan laki-laki yang mau meni
Magbasa pa
Kesadaran
Fardan menuju loket pendaftaran."Sus, saya mau konseling. Apa masih dibuka?" Fardan bertanya pada petugas piket."Masih, Pak. Dengan nama siapa? Apa sebelumnya sudah pernah konseling ke Dokter Maria?""Belum, Sus. Baru kali ini!" Suster mencatat nama dan menanyakan alamat lengkap serta nomer telfon."Silahkan tunggu ya, Pak. Nanti namanya di panggil!""Baik, Sus." Fardan kembali ketempat duduk. Sebenarnya hatinya ragu, apalagi setelah mendengar nama dokternya seorang perempuan. Iya makin insecure untuk berkinseling."Dengan Saudara Fardan Maulana!" Panggil Suster. Seketika Fardan beranjak. Hatinya bimbang, apa ia urungkan saja. Gumamnya dalam hati."Silahkan ikut saya!" Suster langsung masuk kedalam ruangan. Jantung Fardan berdegub lebih kencang dari biasanya."Selamat Siang, silahkan duduk!" Maria menyuruh pasiennya.Fardan masih terpaku, kalau bisa ia ingin lari saja. Malu seperti tak punya muka."Silahkan!" Kembali Maria menawarkan Fardan untuk duduk."Baik, Dok.""Apa yang ingin
Magbasa pa
Drakula milenial
Iryani lemas dan berjalan mundur, beruntung mentok di tembok hingga tak sampai jatuh."Ka-kamu tak salah bawa orang kan, Lir?" Iryani bertanya tanpa berkedip melihat si calon menantunya."Kenapa, dia namanya Hambali, anaknya juragan Empang. Anak bontot paling di sayang!" Lira berkata dengan sedikit berbisik."Ta-tapi itu loh! Kenapa tampilannya begitu. Apalagi itu giginya. Kenapa panjang kaya b*xir!" Iryani bergidik ngeri. Kalau fisiknya seperti ini mana mau Farah di nikahkan dengannya."Husttt ... Biar begitu, dia pewaris Empang lima H. Hartanya banyak! Bersyukur saja dia bersedia dan mau menikahi Farah." Bisik Lira. Tentu Iryani masih gamang. Apa lagi terlihat jika Hambali seperti anak kecil dengan baju model tengtop celana."Ke-kenalin, Tante. Saya Hambali, Saya anaknya Rohim si pemilik Empang terluas seantero negri." Hambali memperkenalkan diri dengan tangan memegangi tali tantopnya. Iryani hanya nyengir kuda.Kini Iryani sibuk mengaduk kelapanya yang tak gatal. Ia pasti akan di m
Magbasa pa
Pingsan
"Tetapi laki-laki itu ... Mintanya kita yang keluar uang. Ia tak mau sama sekali mengeluarkan biaya. Bahkan lebih parahnya dia yang minta di jatah tiap bulan." Fardan menjelaskan."Apa? Ibu ..." Iryani kali ini memegangi dada sebelah kirinya. Kali ini sakit beneran, bukan bohongan seperti saat meminta Fardan menikahi Lira."I-ibu kenapa?" tanya Fardan panik. Iryani terduduk. Ia mengatur nafasnya yang tersengal. Sepertinya ia sudah khawatir terkena serangan jantung."Kalau begini caranya, lebih baik Farah Ibu kirim ke rumah Indi di kampung. Biar dia lahiran di sana tanpa suami. Agar aman dan kita bisa beralasan jika di tanya orang. Ngga mungkin kita terus mengukur waktu. Bahkan sekolah saja sudah tahu!" Iryani berkata dengan terengah. Fardan terdiam. Dia juga sudah pusing untuk masalah satu ini."Lebih baik aku gugurkan kandungan saja, Bu!" Tiba-tiba Farah keluar. Membuat Iryani dan Fardan kaget. "Nggak, Far!" Fardan menentang, sedangkan Iryani diam. Ia setengah setuju dengan pendapa
Magbasa pa
Riana Penasaran
Riana panik, ia pergi kerumah sakit hanya bersama Pak Sobar. Sanusi tengah ada kunjungan tugas, jadi Riana tak berani untuk menganggu."Ya Allah, semoga tak terjadi apa-apa dengan Wiwin." Riana terus saja berdoa. Ia kalut dalam gelisah.Suara roda brangkar terdengar nyaring. Memasuki rumah sakit badan Riana bergetar. Ia sampai lupa belum makan siang sampe sesore ini. Pikiran yang kalut dengan kondisi Amel dan menyuapi Amel untuk makan. Membuat ia justru lupa pada dirinya sendiri.Hampir saja oleng, saat pintu IGD di tutup."Ibu ngga papa?" tanya Pak Sobar."Ngga papa lemas saja!" ujarnya berbohong."Saya belikan minuman ya?" Tawar Pak Sobar. Riana hanya mengangguk.Kepergian Pak Sobar, Riana duduk di bangku. Ia merogoh tasnya. Dia sampai lupa memberi tahu Hera dan Bibik kalau dia pergi. Apalagi Amel. Riana takut, Amel anfal lagi. Kondisinya masih labil, kadang normal kadang juga kambuh."Ini, Bu! Ada roti juga. Makanlah dulu!" Pak Sobar mengulurkan plastik putih."Terima kasih, Pak."
Magbasa pa
Siapa ketua
"Kamu kenal, Win?" tanya Sanusi. Wiwin tak mendengar ia langsung turun dan menemui laki-laki yang kemarin sempat adu otot itu."Hai, Win! Maaf, aku datang kesini karena nomor kamu susah di hubungi. Aku kesini hanya ingin minta maaf atas kejadian kemarin." Roy berkata pada Wiwin yang sudah berdiri tegak didepannya."Untuk apa? Aku merasa tidak ada hal apapun yang perlu di bahas!" Wiwin berprinsip."Siapa, Win. Teman kamu ya?" tanya Riana dengan tersenyum kepada Roy.Wiwin diam."Iya, Tante. Kami satu Universitas. Hanya beda jurusan saja." Roy berkata dengan sopan."Oh ... Ajakin masuk dong, Win. Kasian pasti sudah menunggu lama!" ujar Riana.Wiwin tak mendengarkan, "maafmu sudah aku terima. Pulanglah!" Wiwin berlalu meninggalkan Roy."Win!" Riana memanggil. Namun, tak diindahkan."Maaf ya, Nak. Wiwin kondisinya sedang tak baik. Jadi harap maklum. Dia baru saja pulang dari RS." Riana berusaha membuat Roy tak tersingung dengan sikap Wiwin."Iya, Tan. Terimakasih, maaf sekali lagi. Oh ya,
Magbasa pa
Fitting baju pengantin
Fardan sudah terlelap dalam mimpi, bahkan tak mendengar sama sekali saat notifikasi HPberbunyi beberapa kali. Dari Imron, seorang yang sudah Fardan suruh untuk mengabari dirinya ketika yang di sebut Ketua datang. Tentu tidak gratis. Semua ada imbalannya dan itu yang di janjikan oleh Fardan.Hingga subuh menjelang, saat matahari mulai merambah dari ufuk timur. Baru Fardan tersadar dalam mimpinya."Sudah pagi!" Fardan mengeliat. Ia meraih HPnya yang tengah ia changer."Ketua datang!" Fardan langsung duduk dari terbaring. Ia langsung menepuk jidatnya. Merasa menyesal karena terlelap tidur. Fardan langsung menelfon nomor yang semalam mengirim pesan. Namun sudah tak aktif. Ia kesal karena telah lalai mendapat kabar atas orang yang tengah ia cari selama ini.~~~"Roy!" Panggil Wiwin saat tengah Roy akan naik keatas."Eh, Win. Gimana udah sehat?" tanya Roy dengan tersenyum."Alhamdulilah, bisa kamu lihat sekarang!" Wiwin tersenyum, "makasih ya, sudah datang kerumah."Wiwin tersipu, dalam ha
Magbasa pa
Pencurian
"Apa benar yang di katakan Dokter Maria tentang Fardan, Mel?" tanya Riana saat mereka sudah berjalan pulang. Amel mengangguk. Amel sebenarnya senang melihat Fardan mau untuk konseling tapi mengingat Iryani yang Keukeh akan menikahkan suaminya untuk wanita lain, Amel memilih menjauh. Tak ingin untuk berdamai, ia takut hatinya kembali hancur."Kenapa kamu tak cerita sama Mama untuk masalah ini, Nak?" Riana sedih."Ini masalah yang sangan intim. Mana mungkin aku cerita, Ma.""Kamu itu! Selalu bisa menjaga apa yang harus di jaga. Tapi, seharusnya masalah seperti ini kamu juga bisa lebih terbuka sama mama!"Amel menghela nafas. Mana mungkin dia membuka hal tentang tentang urusan ranjang."Sudah ya, Ma. Sekarang Mama sudah tahu. Jaga agar sampai Papa tahu!" cicit Amel.Riana terdiam, dia sebenarnya sudah berencana untuk cerita sama Sanusi tapi kalau sudah begini?"Iya, Mel. Kamu tenang saja." Obrolan berakhir karena tepat sudah sampai didepan rumah. Setelah turun taxi kembali melaju."Kamu
Magbasa pa
Penjahat kelamin
"Silahkan masuk, Pak!" Fardan mencium tangan mertuanya."Silahkan duduk, tak perlu segan." Kembali Fardan berucap karena melihat Sanusi yang tengah mengamati rumah."Tentu, buat apa segan di rumah anak sendiri!" Sanusi menjawab dengan melirik Iryani yang berdiri tak jauh dari Fardan."Bagaimanapun, rumah ini milik Amel juga. Masih ada haknya. Kamu tak lupa kan, Dan. Dengan uang siapa rumah ini akhirnya lunas kebeli?" Sanusi sengaja menekankan kata di akhir. Ia ingin Ibu Fardan tahu diri."Ten-tentu, Pak. Saya juga tak pernah mengaku jika ini rumahku. Ini rumah Zia. Rumah anakku." Fardan akhirnya berucap demikian. Ia malu dengan apa yang baru saja di sindiran oleh Sanusi."Bagus memang harus begitu, jangan main ambil. Kalau kamu memang butuh mobilmu! Ambil siang dengan baik-baik. Jangan jadi pencuri!" Sanusi langsung menuju pokok permasalahan. Iryani salah tingkah, ia kemudian memilih untuk meninggalkan tempat itu."Bu! Mau kemana? Tak usah buatkan saya minuman!" ujar Sanusi. Ia tahu
Magbasa pa
PREV
1234
DMCA.com Protection Status