Share

Riana Penasaran

Riana panik, ia pergi kerumah sakit hanya bersama Pak Sobar. Sanusi tengah ada kunjungan tugas, jadi Riana tak berani untuk menganggu.

"Ya Allah, semoga tak terjadi apa-apa dengan Wiwin." Riana terus saja berdoa. Ia kalut dalam gelisah.

Suara roda brangkar terdengar nyaring. Memasuki rumah sakit badan Riana bergetar. Ia sampai lupa belum makan siang sampe sesore ini. Pikiran yang kalut dengan kondisi Amel dan menyuapi Amel untuk makan. Membuat ia justru lupa pada dirinya sendiri.

Hampir saja oleng, saat pintu IGD di tutup.

"Ibu ngga papa?" tanya Pak Sobar.

"Ngga papa lemas saja!" ujarnya berbohong.

"Saya belikan minuman ya?" Tawar Pak Sobar. Riana hanya mengangguk.

Kepergian Pak Sobar, Riana duduk di bangku. Ia merogoh tasnya. Dia sampai lupa memberi tahu Hera dan Bibik kalau dia pergi. Apalagi Amel. Riana takut, Amel anfal lagi. Kondisinya masih labil, kadang normal kadang juga kambuh.

"Ini, Bu! Ada roti juga. Makanlah dulu!" Pak Sobar mengulurkan plastik putih.

"Terima kasih, Pak."
Chapitre verrouillé
Continuer à lire ce livre sur l'application

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status