All Chapters of Bekas Merah di Leher Istriku : Chapter 51 - Chapter 60
84 Chapters
51
Entah berapa menit, yang jelas Briyan bisa mendengar detak jantungnya sendiri saat wanita itu seakan menumpahkan rasa frustasinya padanya. Wanita ini begitu rapuh dan menyedihkan.Briyan tak mengatakan apa-apa, tak berbuat apa-apa. Sri masih saja menangis sambil mengucapkan nama Aryo berkali-kali. Nama yang tak dikenal oleh Briyan.Briyan mengangkat tangannya, menepuk pundak rapuh wanita itu. Hal itu bukannya membuatnya tenang, tapi, dia malah tertarik kembali ke dunia nyata dan segera mendorong Briyan dari pelukannya."Kamu bukan dirinya, kamu bukan Mas Aryoku, kamu bukan dirinya. Aku pasti gila, aku pasti sudah gila." Sri merosot ke lantai, mata basahnya menatap lantai yang mengkilap memantulkan bayangan yang mengejek dirinya. Bahkan dia menjambak rambutnya sendiri.Briyan kehilangan akal menangani Sri, tapi dia memutuskan untuk mendekati Sri, lalu berjongkok di depan wanita itu. Dengan gerakan cepat, Briyan menangkap pergelangan tangan Sri yang mulai menyakiti dirinya."Hentikan!"
Read more
52
Sri bergerak gelisah di kursi penumpang yang berada persis di belakang Hans. Matanya menatap keluar kaca mobil, jalanan kota lancar dan teratur, walaupun Hans sesekali menyalip angkutan umum yang berada di depan mereka.Mata Sri memandang ruko-ruko tua yang berjejer sepanjang jalan, serta beberapa orang yang duduk santai di kafe terbuka yang berada berdekatan di trotoar. Namun, pikirannya jelas tak tertuju pada itu semua.Nadhira, pasti anaknya itu menangis sepanjang malam, atau justru dalam keadaan sakit. Banyak pikiran buruk melintas di kepala Sri. Dia tak sabar untuk mendekap anaknya dan menyusuinya sampai kenyang."Tenanglah, tinggal beberapa menit lagi, kita akan sampai ke penginapan tempat mantan suamimu," ucap Hans peduli, dia mengerti kegelisahan Sri. Bahkan beberapa kali wanita itu menghembuskan nafas."Saya harap, mereka belum kembali ke Jakarta.""Aku juga berharap begitu."Selanjutnya yang terdengar hanya alunan lagu jazz di mobil itu.Sementara, di tempat berbeda, Rini si
Read more
53
Emma mendengus sambil melirik Sri. Mimpi apa dia semalam, entah Sri yang beruntung atau Briyan yang bodoh. Bagaimana bisa, dalam hitungan hari, cleaning service berubah status menjadi manager. Artinya, jabatan Sri setara dengannya. Jika dia menjabat sebagai manager marketing, maka Sri menjabat sebagai manager personal.Emma sempat kaget saat Briyan menelponnya tengah malam, menginformasikan sebuah kejutan yang tak pernah terfikir oleh siapapun. Lebih kaget lagi, saat pertukaran posisi tak wajar itu benar-benar terjadi. Tak lama berselang, Triyono menelponnya menceritakan kejadian yang menimpanya sambil membela diri. Triyono mengaku, bahwa Sri lah yang menggodanya sehingga dia terpancing. Emma sampai bingung dan curiga, bisa-bisanya Briyan memberi posisi terlalu tinggi untuk wanita yang bahkan tak punya ijazah sarjana itu.Yang lebih kaget lagi adalah Sri. Dia merasa keputusan sepihak ini terlalu aneh, seolah-olah ini hanyalah sandiwara yang tak berguna. Sungguh, dia tak ingin jabatan
Read more
54
Novan dan Rini saling pandang, menurut mereka, pria tua yang berwajah bule itu terlalu ikut campur urusan keluarga mereka."Apa maksud anda dengan jalan tengah? Pengadilan telah memutuskan bahwa hak asuh telah diberikan ke pada kami.""Saya mengerti, kami pun tak memaksakan hak asuh diberikan secara hukum pada Sri, tapi, kita berfikir dari segi kemanusiaan, anak itu masih berusia di bawah satu tahun, masih menyusu dengan ibunya, tak adil jika kesempatan untuk mendapatkan ASI kita rampas begitu saja. Kita tidak usah memikirkan dari sudut pandang kita, coba kita pikirkan anak itu. Dia berhak mendapatkan ASI selama dua tahun.""Artinya, selama dua tahun itu Nadhira akan di bawah pengasuhan Sri? Siapa anda, Pak? Mengatur sejauh itu," kata Novan berapi-api."Kamu ayahnya, bukan?" Hans menatap Novan tajam."Tidak saya jawab pun, anda sudah tau.""Ayah macam apa yang lebih memilih anaknya menyusu pada sapi dari pada ibunya sendiri.""Anda lancang.""Saya mengerti." Rini menengahi. "Tidak ses
Read more
55
Nadhira langsung tidur saat Sri selesai memandikannya dan menyusuinya. Sri sangat berterimakasih pada pria asing yang memperkenalkan dirinya sebagai Hans. Ternyata masih ada orang baik di dunia ini, menolong tanpa pamrih dan tak pandang bulu. Setelah berhasil bernegosiasi dengan damai dengan keluarga Novan, Sri begitu terharu bisa membawa anaknya kembali. Suatu saat, Sri ingin membalas jasa pria itu, pria yang memberinya perhatian layaknya seorang ayah pada anaknya."Assalamualaikum." Susi datang, wajahnya cerah saat melihat Nadhira sudah kembali ke kossan ini. "Alhamdulillah." Susi tersenyum haru."Ayo kita bicara di depan, nanti anakmu terganggu.""Oh ya, kamu belum cerita, siapa laki-laki yang mengantarmu kemaren." Susi duduk di kursi kayu di beranda."Namanya Pak Hans. Dia yang menolongku saat mengejar mobil Mas Novan. Dia juga yang membantu bernegosiasi dengan keluarga Novan. Tapi, ada hal yang mengganggu pemikiranku, Mbak.""Apa itu?""Nadhira memang di bawah pengasuhanku, bukan
Read more
56
Mata Briyan memancarkan sinar kekaguman, bagaimana tidak, dalam satu malam, orang yang sama mampu memberi kesan yang berbeda. Briyan begitu takjub, bagaimana bisa blezer itu mampu memberi kesan yang begitu sempurna. Rambut yang biasa dikuncir kuda, digerai indah membingkai wajah datar yang terkesan bosan itu."Aku patut memberi jempol pada Emma, yang bisa mendandanimu begini. Dengan penampilanmu ini, kau terlihat berwibawa dan memancarkan aura manager yang sesungguhnya, woow!" Briyan tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Orang yang disanjung tampak tak peduli."Oh ya! Rapat akan diadakan sepuluh menit lagi, mintalah catatan pada Emma, tentang apa yang perlu kau sampaikan nanti.""Baik, Pak!" Seharusnya Briyan keluar dari ruangan itu, tapi sesuatu yang mengganjal hatinya, kenapa Sri terkesan tak peduli, bahkan terlihat bosan."Tidak ada yang ingin kau tanyakan?"Sri menoleh lagi, sedikit bingung."Tidak.""Oh, baiklah!" Briyan mengutuk dirinya yang seperti orang bodoh. Seharusnya dia
Read more
57
Sri hanya menghembuskan nafasnya kasar, dia baru saja merebahkan tubuhnya di samping Nadhira saat bunyi telpon menganggunya satu jam yang lalu. Sri bangkit pelan-pelan agar Nadhira tidak terbangun. Memang, masih jam sembilan, tapi waktu di malam hari sangat berharga bagi Sri, dia sudah meninggalkan Nadhira seharian, dia juga cukup lelah dengan jabatan baru yang baginya tak begitu menarik. Ditambah lagi saat perkenalan, rata-rata dari mereka, malah mencibir dan berbisik-bisik. Sri yakin, besok, fitnah dan prasangka buruk akan menyebar di resto Nagoya milik Briyan."Mbak, bisa jaga Nadhira sebentar? Cuma lima belas menit, aku ada perlu." Kebetulan Susi belum tidur, dia masih duduk-duduk di beranda kossan sambil mengipas-ngipas dengan kipas sate."Ke mana?""Ini, pak bos ada perlu." Jawaban Sri setengah menggerutu."Baiklah! Jangan lama-lama, berbahaya, wanita secantik kamu laku kalau diculik dan dijual." Susi mencandai Sri. Sri tersenyum tipis."Deket kok, di kafe depan aja.""Ya, hat
Read more
58
Novan menghembuskan nafas kasar, dia tak begitu suka dengan sifat Sri yang selalu mengungkit-ungkit masa lalu. "Waktu itu aku tak sengaja mendorongmu, karena kau memukulku dengan brutal. Kalau dikaji lagi, kita sama-sama bersalah di masa lalu, aku mengakui bahwa aku sempat menyukaimu, tapi setelah tau kau tidak seperti yang aku kira, aku sangat kecewa padamu.""Seperti Mas kira? Mas masih ingat, siapa yang memaksa saya? Memperkosa saya?" Sri meradang."Tak sepenuhnya itu disebut sebagai pemerkosaan, aku tak memaksamu untuk ikut pada acara hotel itu, kalau aku tau kau istri orang, aku takkan mendekatimu, Sri." Novan tak mau kalah. Menurutnya, Sri terlalu berlebihan jika menganggap dirinya adalah korban. "Saya bisa apa? Sebagai karyawan rendahan, saya tak bisa menolak banyak saat bos saya meminta ini dan itu. Saya butuh pekerjaan saat itu, itu makanya saya tak mengatakan bahwa saya telah menikah."Kening Novan berkerut. Kemudian raut itu berubah makin sinis."Apa hubungannya pekerjaan
Read more
59
Wanita baya yang cantik itu menjalin jari-jarinya resah, bahkan dia sesekali menghela nafas kasar karena gusar. Saat ini dia tengah duduk di ruang tamu di kantor utama panti asuhan itu. Terdapat sofa kecil bewarna hijau pudar, di depannya ada meja kecil yang berhiaskan satu pot bunga yang bewarna kuning. Di dinding terpajang struktur kepengurusan panti, serta rak besar berisi kertas-kertas yang diyakini sebagai arsip berharga."Maaf, telah membuat Anda menunggu lama." Seorang wanita yang sebaya dengannya muncul dengan senyum ramah. Wajahnya lembut mencerminkan dia adalah seorang wanita yang penyayang. Rossana yang mengantar wanita itu mohon undur diri."Saya Marisa. Saya yakin, Anda bunda Ratmi anaknya Bunda Alifa, wajah kalian teramat mirip."Bunda Ratmi menjabat tangan Marisa dan mengangguk."Saya Ratmi, pengelola panti ini." Marisa tersenyum."Jadi, saya ke sini ingin mengetahui keberadaan putri saya." Wajah Marisa berubah serius. Bunda Ratmi mendengarkan dengan seksama."Kira-ki
Read more
60
Baginya, takdir bukanlah sesuatu yang mudah ditebak. Dulu, dia adalah wanita muda yang dibuang oleh suaminya sendiri demi wanita lain. Dia dibuang bagaikan sampah yang tak berharga. Sebagai wanita muda yang tak lagi memiliki keluarga, dia mempertahankan diri untuk hidup dengan bekerja sebagai pembantu rumah tangga.Namun, mungkin kecantikan adalah kutukan. Dia menjadi korban pelecehan dari majikannya sendiri sehingga dia nekad melarikan diri demi keselamatannya. Melarikan diri, setelah mendengar sendiri rencana pembunuhan yang akan dilakukan oleh majikan perempuannya. Apa lagi alasannya, kalau bukan karena cemburu, cemburu karena suaminya yang terpikat oleh pembantunya sendiri.Masih segar diingatanya, bagaimana susahnya dia mempertahankan kandungannya, membawa perut besarnya membanting tulang demi nasi sesuap. Sampai tiba saatnya, bayi yang ditunggu-tunggunya lahir ke dunia."Tolong! Bayiku...." Ketuban telah pecah, sakit yang terasa tak tertahankan itu reda namun diikuti rasa mendes
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status