Bekas Merah di Leher Istriku

Bekas Merah di Leher Istriku

Oleh:  Gleoriud  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 Peringkat
84Bab
9.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sri Rahayu, awalnya memiliki pernikahan yang sempurna dengan suaminya Aryo, walaupun hidup dalam kemiskinan. Akan tetapi, ketika Sri mendapatkan pekerjaan, dia mulai mengenal dunia luar dan terpengaruh oleh sikap negatif temannya yang bernama Yayuk. Dari sinilah semua berawal, saat Sri mulai mengeluhkan kemiskinan dan pesona bos yang menaruh hati padanya membuatnya goyah. Kehancuran mulai mendatangi Sri saat dia hamil dengan bosnya sendiri.

Lihat lebih banyak
Bekas Merah di Leher Istriku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Didik Santoso
cerita nya bagus
2023-09-01 23:16:56
0
user avatar
Anik Ermawati
cerita nya bagus
2022-09-15 19:57:04
0
84 Bab
1
Wajah bulat telur, kulit kuning langsat, mata indah dan berbulu lentik, bibir merah delima dengan hidung bangir dan kecil. Siapa pun setuju jika wanita yang tengah tersenyum cerah membuka jendela itu sangat cantik. Pembawaannya halus dan mencerminkan lembutnya wanita Jawa yang sempurna.Senyum cerah mekar di bibirnya, dia masih muda, dua puluh lima tahun. Sudah menikah selama lima tahun, tapi belum dikarunia anak.Mata cantiknya berbinar, saat melihat sosok yang ditunggunya nampak di ujung pematang sawah, laki-laki yang amat dicintainya selama lima tahun ini. Suaminya."Maaaaas!" Wanita bernama Sri itu melambaikan tangan, kemudian kaki jenjangnya menuruni tangga kayu dan menyusul sang suami yang bersimbah keringat.Pinggul padat dan pinggang ramping itu berlari lincah di pematang sawah, rambutnya tergerai bergelombang berayun ditiup angin sore.Seorang laki-laki, yang umurnya hanya terpisah dua tahun lebih tua dari Sri, mendekap istrinya itu dengan sayang. Mengecup keningnya sekilas,
Baca selengkapnya
2
Aryo hanya tertunduk lesu. Padahal sore ini dia berharap Pak Maman memberi upahnya, tapi wajah sendu milik Pak Maman membuat Aryo tidak tega."Aku benar-benar minta maaf, Yo. Hasil panen tak seperti yang kita harapkan. Aku belum bisa memberi upahmu saat ini, uang hasil panen bahkan tidak cukup untuk biaya masuk uang kuliah anakku. Kau mengerti kan, Aryo?"Aryo hanya mengangguk, dia adalah orang yang tak tega terhadap orang lain. Apa lagi Pak Maman cukup baik padanya selama ini. Terhitung, sudah dua bulan upah bulanannya belum dibayar oleh Pak Maman."Terimakasih, Yo. Kau memang baik." Pak Maman menepuk punggung Aryo sambil tersenyum lega."Aku pamit dulu, mau ngantar Asih ke terminal.""Baik, Pak," jawab Aryo. Pak Maman bangkit dan meninggalkan Aryo yang masih duduk di pondok di tepi sawah.Aryo mengalihkan pandangannya pada sawah yang sudah dipanen, padahal dia berharap bisa membawa uang dan membelikan baju baru untuk istrinya. Besok, Sri mulai bekerja di pabrik sepatu, bahkan dia ta
Baca selengkapnya
3
Yayuk mengerutkan kening melihat Sri yang penampilannya tidak seperti yang diharapkannya. Kemeja lusuh yang warna putihnya sudah menguning dan terlihat kebesaran di tubuh Sri. Sama sekali tidak menarik bahkan terkesan aneh.Yayuk mematikan motornya, kemudian berjalan mendekati Sri yang juga menuju ke arahnya. Sedangkan Sri tersenyum tak enak. Dia mengetahui pandangan Yayuk berupa pandangan protes."Mana baju yang aku pinjami kemaren?""Mas Aryo tak mengizinkan pakai baju itu, Yuk. Katanya terlalu ketat.""Lah ini? Bikin kamu kayak tukang sapu." Yayuk memegang kerah baju yang dipakai Sri sekilas.Sri menunduk memandang tubuhnya sendiri. Memang, baju itu kebesaran dan modelnya juga ketinggalan zaman. "Ini hari pertamamu, hari pertama akan memberi kesan pada semua orang yang berjumpa denganmu, kalau kamu memberi kesan buruk, orang akan menganggapmu begitu untuk seterusnya.""Terus bagaimana, Yuk?" Sri mulai bimbang."Ya terserah padamu! Kau mau memberi kesan seperti apa. Lagi pula, suam
Baca selengkapnya
4
"Baju siapa itu, Sri?" Aryo tak bisa menahan rasa ingin tahunya, saat ini istrinya tengah memakai baju yang tak pernah dilihat sebelumnya."Punya Yayuk." Sri menatap puas penampilannya, ke arah cermin yang sudah memudar yang terletak di kamar tidur mereka yang kecil."Baju itu kelihatan kekecilan.""Kata Yayuk inj lagi trend saat ini, Mas.""Mas nggak suka, Sri. Dan rambutmu, bisakah kau gerai saja? Mas merasa terganggu melihat lehermu akan menjadi santapan mata laki-laki lain."Sri menghela nafas, kemudian berbalik menatap suaminya."Mas, penampilan sangat menentukan kualitas diri, Yayuk sudah mengajariku banyak hal. Aku tak ingin terlihat jelek dan kuno, Mas."Aryo terdiam. Baru seminggu, istrinya itu sudah berubah. Entah kenapa, mulai merasa Sri yang ini bukan Sri yang biasanya."Dan Rokmu, apa tak bisa diganti dengan celana panjang?" Aryo merasa terganggu dengan rok ketat di atas lutut itu.Sri berbalik, dengan wajah lelah."Mas, Mas nggak ngerti bagaimana berkerja di perusahaan.
Baca selengkapnya
5
Aryo tak berhenti melihat ke ujung jalan, azan Maghrib sudah selesai lima belas menit yang lalu, namun Sri belum juga pulang. Aryo akhirnya memutuskan keluar dari pondok, menyusul istrinya sampai jalan besar, melewati pematang sawah yang diterangi oleh lampu pijar yang di gantung di atas tiang bambu untuk menerangi jalan.Tidak jauh, kira-kira seratus meter dia sudah sampai di jalan desa. Deru motor mengalihkan perhatian Aryo, tidak salah lagi, itu motor Yayuk dan dibelakang gadis itu adalah istrinya.Motor berhenti tepat di depan Aryo. Mata Aryo terlihat membelalak, rahangnya mengeras. "Makasih ya, Yuk. Aku cukup senang hari ini." Sri turun dari motor Yayuk, agak kewalahan membawa barang belanjaan di tangannya. Yayuk mengangguk, dan melirik Aryo sekilas."Mas?""Kenapa rambutmu, Dek?"Sri agak tergagap, dia meraba rambutnya. Memang, sepulang bekerja mereka singgah ke salon, Yayuk mengatakan kalau rambut Sri tak bermodel, jadi dia menyarankan Sri untuk memotongnya dan langsung di iya
Baca selengkapnya
6
Aryo menghisap rokoknya dalam. Sudah jam sebelas malam, berulang kali dia berusaha merebahkan dirinya di tempat tidur dan memejamkan matanya, namun tak bisa membuatnya tertidur. Ranjang tanpa Sri adalah hal yang begitu aneh. Akhirnya dia memutuskan untuk keluar pondok, menyalakan rokok. Matanya memandang langit malam yang ditaburi bintang, seakan mengejek dirinya yang tengah kesepian.Tentu Sri saat ini sedang bersenang-senang dengan rekan kerjanya. Bagiamana pun, Sri adalah wanita pada umumnya, yang suka pesta, pakaian bagus dan makanan enak. Beberapa hal yang belum pernah diberikan untuk istrinya itu.Sri dan dia bernasib sama. Sama-sama yatim piatu sejak kecil. Sama-sama miskin dan terbiasa akan kesusahan hidup. Dua hal itu yang membuat dia dan Sri terasa cocok. Namun, hati Aryo mulai meragu, seminggu ini istrinya itu banyak berubah. Sri mulai berdandan seperti orang kota, mulai berbicara ini itu yang berkaitan dengan perusahaan yang bahkan tak dimengerti oleh Aryo. Terkadang, Ary
Baca selengkapnya
7
Sri dan Yayuk sudah siap dengan tas mereka masing-masing. Hari ini hari Minggu, tentu saja mereka bisa menghabiskan waktu di rumah masing-masing. Sri tidak memiliki rencana apa-apa hari ini, yang dia butuhkan adalah tidur, mungkin karena tak terbiasa tidur dengan AC, dia merasa tubuhnya meriang.Sri baru saja menerima helm dari Yayuk, ketika mereka dikejutkan dengan suara klakson mobil di samping mereka."Mobil Pak Bos tuh!" Yayuk menunjuk dengan dagunya.Benar, Novan menurunkan kaca mobil, tersenyum hangat pada Sri."Ayo, Sri! Saya antar.""Eh?! Nggak usah, Pak. Saya sama Yayuk saja.""Pergi sana!" Yayuk malah mendorong bahu Sri, dan dapat hadiah pelototan."Kamu tak keberatan pulang sendiri kan, Yuk?" tanya Novan."Ya enggaklah Pak. Lagian saya ada keperluan juga ke rumah saudara. Duluan ya, Sri." Tanpa menunggu Sri, Yayuk sudah kabur duluan dengan motornya.Tinggal Sri yang kebingungan."Cepat masuk! Orang akan semakin curiga melihat kamu." Novan membantu membuka pintu, Sri bagaika
Baca selengkapnya
8
Sampai menjelang sore, Aryo dan Sri masih belum bertegur sapa, bahkan Aryo tak menyuruhnya membuat kopi seperti biasa. Memang, Sri belum sempat memasak hari ini, dia lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur. Dia tak mencegah Aryo pergi ke pasar dengan motornya, membawa beberapa ikat sayur dan beberapa jenis lauk.Bahkan Aryo tak menunggu semua bahan mentah itu diolah oleh Sri, dia mengerjakan sendiri, membersihkan ikan dan memasaknya. Bahkan makan sendiri tanpa menunggu dihidangkan.Sri tau, Aryo tengah mengabaikannya. Suaminya itu, jika sudah marah akan mengunci mulutnya dan takkan menatapnya sama sekali. Sri pun sedang tidak mood untuk memberi penjelasan.Namun, sudah menunggu beberapa lama, Sri mulai jenuh diabaikan."Mas," Sri mendekati Aryo yang tengah melahap nasi di depannya. Dia tak menyahut, hanya memandang Sri sekilas, kemudian kembali dengan aktifitas makan siangnya walaupun ini sudah sore."Mas masih marah sama aku?""Kamu sudah dewasa, bisa menyimpulkan sendiri, ap
Baca selengkapnya
9
Sri hanya melongo menerima sebuah kotak yang tak tau apa isinya itu, Yayuk sengaja menghampirinya pas makan siang di kantin."Nih, ada titipan." Yayuk mencomot kentang goreng milik Sri. Kening Sri berkerut."Apa ini, Yuk?""Nggak tau, buka saja.""Siapa yang ngasih?""Pak Bos." Yayuk sedikit berbisik. "Aku mau ke meja yang di sana dulu ya," Yayuk bangkit. Sri mengangguk.Sejenak, Sri mengamati kotak yang dibungkus dengan kertas kado bewarna pink itu. Kemudian, dia membukanya hati-hati, mata Sri membola, sebuah Smartphone model terbaru. Mata Sri juga menangkap secarik kertas yang ditulis begitu rapi."Aku rasa, kamu butuh ponsel baru, karena ponsel lipatmu sepertinya sudah tak layak pakai. Tidak usah berterimakasih, karena aku hanya ingin kau mau ku antar pulang setelah bekerja. Novan."Sri buru-buru melipat kertas itu kembali, kemudian menyelipkan di dalam tas hitamnya. Tas itu juga diberikan Novan tiga hari yang lalu. Sri membuka segel kotak tersebut, kemudian tersenyum sumringah m
Baca selengkapnya
10
Sri baru sampai di pondok setelah azan Maghrib. Sudah tiga hari berturut-turut dia diantarkan oleh Novan setiap kali pulang bekerja. Sejauh ini, dalam pikiran Sri, Novan adalah laki-laki yang baik dan ramah. Dia tidak seperti orang kaya pada umumnya, Novan tidak sombong, dia tak membedakan status sosial karyawannya. Dan diakui oleh Sri, dia mulai merasa nyaman dan kagum akan kerendahan hati bosnya itu.Seperti biasa, dia mendapati Aryo yang duduk di kursi kayu setiap kali dia pulang. Aryo masih memakai sarung dan peci, serta Al-Qur'an di tangannya. Aryo terbiasa menunggu Azan isya dengan membaca Al-Qur'an. Begitu juga dengan Sri dulu, kebiasaan itu telah berlangsung sejak mereka menikah. Setelah mereka shalat berjamaah, mereka akan tadarus bersama.Akan tetapi semenjak bekerja, Sri tak sempat melakukan itu. Tenaganya terkuras bekerja di pabrik, setiap hari Sri harus menyelesaikan target pekerjaannya.akhir-akhir ini, setelah mandi dan makan malam masakan yang dimasak Aryo, dia biasany
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status