Semua Bab JERAT GAIRAH SANG SAHABAT: Bab 11 - Bab 20
54 Bab
11. Suami Dingin
Keesokan paginya, Safia membuka mata. Wanita itu melirik bantal yang ada disamping. Kosong. Matanya menyapu ruangan. Tidak ada Jevin.'Sudah bangunkah dia? Atau dia tidak tidur disini?' Safia membatin.Safia menggeliat beberapa kali. Memutar kepala ke kiri dan kanan guna melemaskan otot. Lantas matanya melirik jam kotak digital di nakas. Sudah pukul lima kurang lima menit.Bergegas Safia menuju kamar mandi yang ada dalam kamar. Wanita itu membersihkan badan dengan berendam air hangat di bathtub. Ada sekitar dua puluh menit dirinya memanjakan diri di air hangat dan wangi itu. Setelah mandi dan berganti pakaian biasa, Safia bergegas menggelar sajadah guna melaksanakan kewajiban dua rakaatnya. Walau sedikit telat, tetapi pikirnya tidak mengapa. Dari pada tidak sama sekali. Di sujud terakhir, wanita itu memohon kepada Allah agar pernikahannya ini langgeng dan senantiasa diberkahi. Dalam doa, wanita itu juga berharap agar cintanya pada Jevin mendapat sambutan. Tidak lupa ia berdoa agar p
Baca selengkapnya
12. Backstreet-nya Jevin dan Embun
Hari ini Safia sudah mulai masuk kerja lagi. Dirinya sengaja berangkat agak telat agar langsung bekerja. Tanpa beramah-tamah dulu dengan teman sejawat. Pasalnya dia belum siap mendapat julidan dari rekan-rekannya. Makanya wanita itu menyuruh Jevin mengantarnya di waktu mepet. Jevin sendiri tidak masalah karena dia memang pemilik perusahaan tempat ia bekerja.Mobil Jevin sampai di lobi kantor Safia lima menit sebelum waktu kerja. Begitu turun dari mobil Safia gegas berlari masuk ke kantor karena takut terlambat. Dan benar saja ketika dia sampai di meja kerja, semua rekannya sudah mulai sibuk menatap layar monitor di belakang meja kubikal mereka. Safia mengatur napasnya yang masih terengah. Menit berikutnya, wanita itu mulai duduk dan lekas mengeluarkan botol plastik berisi air mineral. Baru setelah merasa tenang Safia memulai aktivitas kerjanya.*Empat jam berlalu, waktu makan siang tiba. Para rekan kantor Safia datang mendekat untuk memberikan ucapan selamat. Safia memang sengaja t
Baca selengkapnya
13. Terabaikan
Embun terkaget saat menyadari kedatangan Safia. Gadis itu segera menyenggol lengan Jevin. Matanya memberi tahu siapa yang datang. Sebenarnya ada rasa terkejut pada diri Jevin. Akan tetapi, pria itubdapat dengan cepat menguasai keadaan. Sehingga ekspresi wajahnya tampak datar biasa saja melihat kedatangan sang istri."Maaf kalo kedatanganku mengganggu kalian," ucap Safia pelan dan berusaha tetap tenang. Walau jauh di lubuk hati, ia sungguh terluka dan merasa dibohongi."Bagaimana keadaanmu, Bun?" tanya Safia tanpa mau memandang muka Jevin. Wanita itu menaruh parcel buah pada nakas kamar "Emm ... aku ... aku masih harus menginap dua ato tiga hari lagi," jawab Embun canggung dan sedikit terbata."Oh ... begitu," sahut Safia pendek ,"ya sudah ... sebaiknya aku pulang saja. Toh sudah ada Jevin di sini buat temani kamu," pamit Safia kemudian. Embun menyeringai tidak enak hati. "Permisi," ucap Safia. Kali ini sebelum berlalu dia menatap sang suami dan Jevin sendiri hanya bisa terdiam.Maka
Baca selengkapnya
14. Mantan Menyapa
Kehidupan pernikahan Safia dan Jevin masih sama. Dingin dan hambar. Jevin yang masih belum bisa melupakan Embun dan Safia yang diam pasrah.Tiga hari lepas kejadian kemarin, Safia kembali tidak dijemput lagi oleh Jevin. Suaminya memang belum memberikan kabar jika dia tidak menjemput. Namun, menunggu selama hampir satu jam membuat Safia jemu.Safia mencoba menghubungi ponsel suaminya, tetapi tidak ada jawaban. Hanya suara operator saja yang menjawab. Safia mendengkus lelah. Akhirnya, wanita itu terpaksa memutuskan pulang dengan menaiki bus saja.Rasa lelah dan pikiran yang lumayan kacau membuat langkah Safia gontai. Sore itu moodnya benar-benar buruk. Ketika dirinya tengah melangkah pelan menuju halte, terasa titik hujan menimpa rambutnya. Wanita itu mendongak. Tiba-tiba air langit seperti tertumpah begitu saja menerpa parasnya. Rasanya kulit Safia seperti tertusuk ribuan jarum.Safia bergegas melindungi diri dari air hujan itu. Sambil berlari dia menggunakan tas kerjanya untuk menutup
Baca selengkapnya
15. Safia Menyerah
"Aku ... a-aku kedinginan,"bisik Safia lembut ke telinga Jevin. Seketika bulu kuduk Jevin meremang saat napas hangat Safia menyentil telinganya. Pria itu menatap istrinya yang terlihat begitu sayu."Sepertinya a-aku demam," lanjut Safia masih dengan tatapan sayu nan merayu. Wanita itu sedikit berbohong. Sebenarnya dia tidak demam. Hanya saja Safia ingin menarik perhatian dari Jevin. Walaupun jarang mengikuti kajian agama, tetapi Safia tahu jika seorang istri menawarkan diri pada suami maka Allah menjanjikan surga pada wanita tersebut.Safia tidak mengapa dicap sebagai wanita agresif. Toh itu berlaku pada lelaki halalnya sendiri. Apa lagi itu semua ia lakukan demi kelangsungan rumah tangganya. Agar tidak terasa hambar dan gersang, tanpa adanya kehangatan cinta dan kasih di dalamnya.Melihat mata sendu Safia dan bibir ranumnya yang sedikit terbuka seperti ingin disentuh, Jevin menelan Saliva. Safia semakin menarik lengan panjang Jevin mendekat hingga kini jarak mereka sudah sangat deka
Baca selengkapnya
16. Safia Galau
Sang pengendara mobil segera menghentikan laju mobilnya begitu merasa telah menyerempet seseorang. Lalu seorang pria tampak ke luar dari mobil Pajero diamond black. Sepertinya dia ingin melihat siapa orang yang diserempetnya. Dan ternyata sang penabrak itu adalah Vino bersama Ghea istrinya."Safiaaa!" Vino berseru kaget begitu melihat siapa wanita yang ditabraknya. Melihat pelipis Safia mengalir darah, ketakutan langsung melanda jiwa pria berusia dua puluh delapan tahun itu."Fiaaa!" Vino mencoba membangunkan Safia dengan mengguncang tubuh kecil itu."Ya udah bawa ke rumah sakit aja pingsan gitu!" Ghea yang ikut turun dari mobil memberi perintah pada suaminya.Vino menganguk cepat. Lekas dengan cekatan pria itu mengangkat tubuh Safia. Pria itu berjalan sembari membopong tubuh lemas Safia, sedangkan Ghea sudah mendahului untuk membuka pintu mobil belakang. Pelan Vino merebahkan tubuh mungil Safia di jok belakang. Dan Ghea ikut membantu dengan menaruh bantal pada kepala Safia.Kedua s
Baca selengkapnya
17. Curahan Hati Safia
Cepat hubungi keluargamu! Kita sudah mau pulang," Ghea menyela omongan Vino dengan memerintah Safia."Kalo mau pulang, kamu bisa pulang sendiri!" timpal Vino cepat."Vinooo!" jerit Ghea kesal. Wanita itu mendelik marah pada suaminya."Vin ...." Safia memanggil lirih. "Aku pinjam hapemu, ya. Hape aku lowbat. Aku mau hubungi Yuki," pinta Safia lemah. Dirinya semakin pusing melihat pertengkaran pasutri di hadapannya itu."Kok Yuki?" tanya Vino heran dengan mata memincing. "Kenapa gak hubungi suami saja?" Vino bertanya karena semakin penasaran. Safia diam saja. "Kalian sedang ada masalah kah, Fia?" Vino masih perhatian."Pliss deh, Vin!" seru Ghea memuncak kesal. "Lo udah gak ada hak nanya-nanya perhatian gitu ke Fia. Hargai gue sebagai istri Lo!" omel Ghea semakin naik pitam. Kalau sudah bicara Lo-Gue berarti amarah Ghea sudah di ubun-ubun. Wanita itu kini berkacak pinggang. Rasa lelah, laper, dan cemburu membuat dia semakin beringas.Vino sendiri hanya bisa menatap tajam istrinya. Kemud
Baca selengkapnya
18. Kemarahan Ibu Jeni
Jevin tidak mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh sang mama. Pria itu hanya bisa menunduk."Kenapa diam?" Bu Jenni menatap serius wajah putranya. "Benar kalian bertengkar? Atau kamu ketahuan menemui Embun?" cecar Bu Jenni emosi. Dan itu semakin membuat Jevin kian gugup."Sudah mama duga." Bu Jenni berujar pada diri sendiri. "Jeviiin ... wanita halalmu itu Safia. Bukan Embun!" gertak Bu Jenni naik pitam."Tidak mudah melupakan orang yang kita cintai secepat itu, Ma." Jevin berujar lemah dan frustasi. "Hubungan kami sudah berlangsung begitu lama. Sepuluh tahun, Ma." Jevin berargumen sembari merentangkan kelima jarinya. Pria itu seperti membenarkan pendapatnya.Bu Jenni menggeleng kecewa "Jevin ... di mana mata hatimu, Nak? Kenapa egois seperti ini?" Wanita itu bertanya dengan mata yang mulai berkaca. "Kemarin kamu sendiri yang meminta perjodohan itu dipercepat, lalu kenapa sekarang kamu malah menyia-nyiakan Safia?"Jevin terdiam. Lelaki itu hanya bisa membuang muka. Dirinya ti
Baca selengkapnya
19. Debat Jevin dan Yuki
Gue mo ngomong ame lu," bisik Yuki pada telinga Jevin. Jevin menoleh pada Yuki. Namun, tanpa menunggu jawaban darinya, Yuki sudah beranjak pergi meninggalkan ruangan itu. Lima menit kemudian, Jevin meminta izin pada sang bunda untuk ke luar sebentar. Mendapat anggukan kepala dari ibunya, Jevin pun menyusul Yuki. Dari kejauhan pria itu melihat Yuki tengah duduk di bangku taman rumah sakit. Sebelum menemui sobatnya Safia itu, Jevin melangkahkan kakinya menuju kantin rumah sakit. Dibelinya dua cup kopi susu untuknya dan Yuki. Usai membayar pada kasir, Jevin pun menderapkan diri untuk menyusul Yuki."Ki," sebut Jevin sembari mengangsurkan se-cup kopi susu pada pemuda berhoodie hitam itu Yuki menoleh. Dia menerima minuman itu seraya mengucap kata terima kasih. Kini kedua pria itu tengah sama-sama menikmati kopi susu panas itu. Jevin dan Yuki duduk berdampingan dengan pandangan ke depan."Denger, Bro ...." Yuki memulai obrolan masih dengan memandang arah depan. "Safia itu udah gue anggep
Baca selengkapnya
20. Ikrar Jevin
Keesokan pagi, Safia membuka mata. Ekor matanya menyapu sekeliling. Wanita itu tampak bingung dengan keadaan sekitar. Namun, lekas dia teringat kejadian apa yang membuatnya sampai berada di di sini. Safia sedikit tertegun menyadari Jevin tertidur sembari menungguinya. Kepala pria itu menindih lengannya. Pelan Safia melepas jeratan itu sehingga membuat Jevin tersadar. Pria itu merenggangkan kedua tangan ke atas, lalu mematahkan kepala ke kiri dan kanan."Fia," sebutnya kemudian. "Apa? Apa yang kamu rasakan?" Jevin menunjukkan perhatian. Safia tidak menjawab. Bibirnya serasa enggan untuk membuka mulut. Apa yang dilihatnya kemarin sungguh menyakiti hatinya."Fia ... apa yang kamu lihat tidak seperti yang kamu pikirkan." Jevin berusaha meyakinkan melihat kemuramam pada wajah sang istri."Entah alasan apa yang mau kamu utarakan untuk menjelaskan peristiwa kemarin, aku tetap tidak respek," tukas Safia menatap datar muka suaminya. "Kamu pria beristri. Dan Embun wanita yang sudah cukup dewa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status