Semua Bab LOVE SICK : Bab 21 - Bab 30
37 Bab
RAYUAN DINDA
"Ya! Kamu bilang sendiri, kan? Kalau perasaan aku masih sama kayak dulu, kita bisa coba pacaran, kamu ingat?!" hardik Viona tak gentar. Marko menepuk keningnya sendiri. "Kamu masih megang omongan aku yang waktu itu? Ya ampun, Viona--""Janji tetap janji! Kamu nggak bisa ingkar gitu aja!""Tapi kamu tau sendiri ... aku udah punya pacar sekarang, dan gilanya lagi, pacar aku itu bos kamu sendiri--""Aku nggak peduli! Aku nggak peduli sama sekali! Pokoknya, aku mau nuntut kamu buat nepatin janji kamu! Atau, kalau kamu nggak mau nepatin janji kamu, aku bisa bongkar soal kamu ama Kak Biola!" ancam Viona. "jangan gila kamu, Na!" Marko panik seketika."Iya! Aku emang udah gila! Makanya, pilihan kamu sekarang cuma dua, kamu jadian juga sama aku, atau aku buka semuanya sekalian! Kamu mungkin bakal kehilangan Dinda sama Kak Biola sekaligus! Pilih mana!"Marko menghela napas pasrah. Dia tahu sendiri, seberapa keras kepala Viona, dia masih sama seperti yang dulu. "Oke, aku setuju, tapi ... jang
Baca selengkapnya
MENIKAH?
Pelukan Dinda merayap sampai ke punggung atas Marko. Dengan seduktif, ujung jemari Dinda membelai leher belakang Marko, sementara bibirnya yang mungil meniup telinga Marko, menimbulkan perasaan campur aduk yang amat sulit dijelaskan oleh Marko. Di satu sisi, Marko ingin sekali meninggalkan rumah Dinda begitu saja, melarikan diri dari gadis ini secepat yang dia bisa. Namun di sisi lain, Marko juga memiliki keinginan untuk bertahan di tempatnya sebab sentuhan Dinda mulai membius akal sehatnya. Tanpa ragu-ragu, Dinda mencium daun telinga Marko lalu berbisik lembut, "Aku suka aroma parfum kamu, Sayang."Jantung Marko berdebar kencang, npaasnya mulai sesak. Ketika Dinda mendekatkan wajahnya hendak mencium Marko, Marko sempat menghindar untuk sekian detik. "Kenapa, Yang?" tanya Dinda sambil menatap lekat ke dalam mata Marko. "Nggak, nggak ada," tandas Marko berkilah, kemudian dia sendiri yang menarik Dinda lalu melumat bibir lembut milik si gadis cantik itu.Dinda amat menikmati permain
Baca selengkapnya
PENGORBANAN MARKO
Matahari sudah tinggi saat mata Marko terbuka, yang pertama dia temukan adalah cahaya silau yang menembus kaca jendela kamar yang besar, tapi kesadaran Marko belum sepenuhnya kembali. "Pagi, Sayang ... aku bikin sarapan sop sayur ama teh hangat loh buat kamu, bangun dong ..." sapa Dinda dengan lembut seraya meletakkan nampan di atas meja lampu di samping tempat tidurnya.Mata Marko mengerjap beberapa kali, lalu tiba-tiba tubuhnya tersentak. "Ini udah jam berapa?!" teriaknya panik.Dinda menjawab tenang, "Hampir jam sembilan sih ... kenapa?"Seperti tersambar gledek, Marko bangkit dari tempat tidurnya. "Ya ampun! Jam sembilan?! Kok kamu nggak bangunin aku, sih?!! Aku telat masuk kerja, Din!" Marko seperti orang kesetanan, bergerak cepat turun dari tempat tidur lalu berlari ke kamar mandi."Maaf ... aku nggak tau kalau hari ini kamu masuk kerja, maaf banget, Yang!""Ya udahlah, aku pinjam kamar mandinya buat mandi, ya!""Tapi seragam kamu--""Nggak apa-apa, aku ada seragam cadangan di
Baca selengkapnya
WASIAT IBU MARKO
Hari itu tak ada firasat buruk sama sekali saat Marko datang ke tempat kerja seperti biasanya. Hubungannya dengan Biola sudah jauh lebih membaik meski masih terasa canggung yang amat sangat.Sampai lewat tengah hari, tiba-tiba adik kandung Marko, Riko, datang ke toko buku dengan muka pucat panik dan agak tergesa-gesa. "Bang Marko! Di mana Bang Marko?!" tanyanya pada salah satu karyawan. "Maaf, adik ini siapa, ya? Ada urusan apa sama Pak Marko?" Kasir yang dia tanyai bertanya balik pula."Saya harus ketemu Marko sekarang!"Karena menimbulkan suara yang agak berisik, percakapan mereka cukup menyedot perhatian, menarik perhatian Biola yang kebetulan melintas pula di dekat meja kassa."Siapa, ya? Ada urusan apa?" tanya Biola ramah.Ketika Riko berbalik badan, Biola langsung sadar orang ini adalah saudara Marko sebab wajah keduanya amat mirip. "Maaf, tapi saya harus ketemu Bang Marko sekarang! Saya udah menghubungi nomor hapenya tapi nggak diangkat-angkat, makanya saya lari ke sini! Ibu
Baca selengkapnya
CINCIN
Hampir seminggu lamanya Marko merenungi wasiat yang diberikan ibunya yang masih dalam keadaan kritis hingga saat ini. "Perkiraan kami waktu ibu Anda bertahan hidup kayaknya nggak akan lama lagi ..."Dan ucapan dokter yang menangani ibunya hari itu tambah lagi menambah beban di benak Marko. Dia kini harus berbuat apa? Menuruti permintaan sang ibu atau memilih mengikuti kata hatinya? Bagaimana dengan Biola dan perasaannya terhadap Biola? Otak Marko seakan mau meledak rasanya. Sementara itu, sang ibu masih menuntut ingin menemui Dinda, Marko tidak punya pilihan selain menuruti permintaan itu kali ini, dia putuskan untuk mengundang Dinda datang ke rumah sakit untuk menjenguk ibunya. Undangan itu jelas kabar baik bagi Dinda, memang sudah lama dia nantikan hari ini.Wajah pucat pasi sang ibu berubah agak cerah saat dia lihat Dinda berjalan mendekati ranjang pasien. Dinda pun bergegas memegang tangan ibu Marko. "Tante ..." lirih Dinda seraya duduk di tepi ranjang pasien. "Nak Dinda ... k
Baca selengkapnya
SURAT UNDANGAN
Ibarat jatuh tertimpa tangga, bukan hanya soal ibunya dan Dinda saja yang menganggu pikiran Marko, tapi juga Viona!Karena telanjur mengiyakan janji kepada Viona tempo hari, sekarang Marko kena getahnya sendiri, suka atau tidak suka, dia mesti menuruti permintaan nyeleneh Viona yaitu wajib bertemu setidaknya seminggu sekali.Enggan memberi angin surga kepada Viona, hari itu juga Marko mengutarakan niatnya untuk menikahi Dinda kepada Viona. "Hah?! Apa?! Apa?! Ni-nikah?! Kamu ... kamu nggak lagi bercanda, kan?!" Mata Viona melotot, rasanya dia baru saja disambar petir siang bolong. "Atau ini cuma akal-akalan kamu aja buat menghindar dari aku?! Hah?!" tudingnya. "What the heck, Viona! Di saat kayak gini masih bisa kamu narik kesimpulan seenak jidat kamu! Isi pikiran kamu ini apa sih?!" hardik Marko berang. "Ya jadi habisnya apa lagi ini? Masa bisa kamu tiba-tiba mau nikah ama dia?!""Ibu aku sekarat, Viona! Dia sekarat sekarang tau kamu?! Dia bahkan udah bikin surat wasiat, dan kamu b
Baca selengkapnya
HAMIL?!!
Udara di dalam ruang office seolah berubah menjadi beracun lantaran Marko masih menuntut jawaban dari Biola. Saking tak tahan dengan situasi yang mencekik dirinya, Biola memilih untuk berdiri pada saat itu juga hendak ke luar dari office untuk menenangkan pikirannya yang kacau balau. Namun sebelum Biola mencapai pintu ruang office, tangannya sudah lebih dulu diraih oleh Marko. "Kakak belum jawab pertanyaan aku! Kenapa Kakak harus terganggu soal aku mau nikah sama Dinda?!" Marko masih bersikeras untuk tahu jawaban Biola saat ini juga. Alih-alih menjawab, Biola malah membentak jengkel, "Kamu kira kamu siapa, hah?! Kamu kira kamu penting apa?! Kamu mau nikah atau enggak sama Dinda juga aku nggak peduli sama sekali, nggak ada urusannya sama aku!" Bukan. Jelas bukan itu yang hendak dikatakan oleh Biola, bukan itu yang ingin dia ungkapkan sebetulnya, tapi entah mengapa, hatinya tak mau sinkron dengan mulutnya. "Kalau Kak Biola bilang kayak gitu, malahan aku bisa tau, kalau emang itu m
Baca selengkapnya
DION SALAH PAHAM
Bahkan saat Biola sudah berada di apartemen pun, dunianya masih serasa berputar tak karuan. Dia baru saja kembali dari rumah sakit untuk memastikan soal kehamilannya. Fakta bahwa dia memang positif hamil, dan kemungkinan besar ayah dari janin yang dia kandung adalah Marko membuat kepala Biola tambah pening. Sekarang dia harus bagaimana? Apa yang harus dia katakan pada Dion? Dia bahkan tak akan bisa menghadapi Dion di situasi kacau seperti ini, untuk sekadar memandang wajah pria itu pun dia tak akan sanggup sepertinya. "Kamu kenapa?"Suara Dion mengejutkan Biola, membuyarkan gadis itu dari lamunan panjangnya. Sebentar dia pandangi Dion yang berdiri di ambang pintu kamar dengan nanar. "Kamu ... kamu udah pulang? Maksud aku, kamu ... kamu udah makan malam belum? Ma-mau aku buatin makan malam apa? Aku ... aku juga belum makan, sih ..."Alih-alih menjawab pertanyaan Dion dengan pasti dan singkat, Biola malah terlihat amat gugup. Dirinya hilir mudik di ruang tamu sambil mengucapkan rent
Baca selengkapnya
HAMIL ANAK SIAPA?!!
Setelah beberapa waktu lalu Biola dikejutkan dengan surat undangan pernikahan Marko, hari ini malah sebaliknya, Marko yang amat terkejut saat mendapati meja kerjanya telah diisi sebuah surat undangan, lebih tepatnya surat undangan pernikahan Biola. Mata Marko menatap surat undangan itu dengan nanar, sekujur tubuhnya mendadak terasa tidak nyaman. Dan tepat saat Marko hendak meraih surat undangan, pintu office terbuka, Biola muncul begitu saja. Keduanya kompak terkejut, saling menatap satu sama lain dengan muka penuh tanda tanya. Biola langsung berbalik, hendak meninggalkan office begitu saja, tapi Marko lekas menyusul, menahan langkah Biola dengan sigap. "Kamu mau nikah juga sekarang?! Kamu sengaja?!" hardik Marko seraya berdiri kaku di depan Biola. Dalam situasi seperti ini, Marko bahkan tidak peduli lagi dengan tata krama maupun sopan santun yang berlaku di kantor."Apaan sih? Penting banget ya kamu mau tau urusan saya?! Lepasin saya! Kamu saya undang aja udah syukur tau nggak k
Baca selengkapnya
FITTING BUSANA PENGANTIN
"Kamu kenapa, Ko?"Tubuh Marko tersentak ketika tangan mungil milik Dinda menyentuh pundaknya, sedang suaranya yang lembut menyapa indera pendengaran Marko yang sejak tadi berdiri melamun di balkon rumah sakit. "Nggak ada ... nggak apa-apa," jawab Marko sekenanya, meski sebetulnya sudah beberapa hari ini pikirannya diisi oleh keberadaan Biola saja, serta kabar tentang kehamilannya, Marko masih bersikeras dalam hatinya bahwa janin yang tengah dikandung oleh Biola adalah darah dagingnya. Hanya saja, dia belum bisa membuktikan kebenaran akan hal itu. "Omong-omong, hari ini kita mau fitting pakaian pengantin, loh! Kamu ingat, kan? Kita berangkat sekarang?" tanya Dinda.Marko menghela napas. Dirinya dihempas lagi pada kenyataan. "Hm, ayo ..."*** Sejak kejadian tempo hari di office toko buku, sikap Dion bertambah-tambah dingin saja kepada Biola, namun mulutnya tetap bungkam, tak satu kata pun keluar dari mulutnya. Bagi Biola, Dion diam tanpa sebab. Bahkan sampai hari ini, di mana mere
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status