All Chapters of Setelah Bapak Tiada: Chapter 31 - Chapter 40
100 Chapters
Episode 31
~••°••~Selama 10 hari di Myanmar, tidak sempat untuk sekadar menelepon Emak. Dikatakan tidak, ketika pertama kali menginjakkan kaki di bandara, sempat aku video call dengan Kak Kasih. Kebetulan ia sedang bersama Emak. Di hari ke-10, sebelum meninggalkan bandara Yangon seluruh peserta seminar diberi waktu 4 jam untuk memburu buah tangan. Tepat pukul 11 malam waktu setempat, pesawat yang akan membawa kami kembali ke Indonesia dijadwalkan take off.Rasanya waktu sepuluh hari terlalu singkat. Seminar gizi skala internasional itu benar-benar daging isinya. Berbagai materi pergizian dan challenge yang menantang membuat waktu tanpa terasa sudah berlalu. Berkenalan dengan para kandidat terbaik universitas kenamaan dari berbagai negara dunia, menjadi sebuah berkah tak terhingga untukku. Orang-orang hebat, calon-calon dokter masa depan. Semuanya ramah-ramah, semaksimal mungkin membaur lebur jadi satu. Meski ada benturan sesekali dalam komunikasi karena bahasa. Setidaknya, hal lain yang harus a
Read more
Episode 32
~••°••~Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu itu tiba. Yaitu hari Bang Doni libur kerja dan bisa meminjam satu unit kendaraan mobil milik atasannya. Emak dan Kak Kasih sekeluarga berkunjung ke Padang. Aku menjadwalkan beberapa kegiatan ditunda sementara. Emak berangkat Subuh dari kampung Madila. Akan sampai di Padang sekitar jam 10 kalau di Sitinjau Lauik tidak macet.Beberapa tempat sudah kupilih untuk dikunjungi. Salah satunya objek wisata Mekah mini di Lubuk Minturun. Hari Sabtu yang istimewa. Emak akan bermalam di kos kami nanti, kembali ke kampung esok harinya. Fuji yang sudah kembali dari rumahnya, sangat excited mendengar Emak akan berkunjung.Tidak tanggung-tanggung, Fuji sengaja membeli ubi kayu dan ikan teri dalam jumlah banyak ke pasar. Katanya ingin berguru pada Emak. Meminta trik dan tips mengolah goreng singkong balado agar bisa super enak seperti bikinan Emak. Ah, Fuji kadang terlalu melebih-lebihkan.Pukul sepuluh lebih sedikit, Emak sampai di rumah kos kami. Fuji denga
Read more
Episode 33
~••°••~Bang Doni sepertinya juga sangat lelah. Hingga matahari sudah selemparan galah, ia masih tertidur. Aku memang sedang libur, Fuji juga tidak kemana-mana.Sekantong besar ubi di dapur mencuri perhatian Emak."Ini siapa yang kasih, Fuji?" seru Emak."Fuji yang beli, Mak. Kan mau belajar bikin singkong balado.""Ya ampun, sebanyak ini?" Emak tertawa geli melihat Fuji bertingkah."Ajarin gitu, Mak. Gimana biar rapuh ubinya. Nanti kalau Fuji bisa, mau ajarin mami juga.""Memangnya mami suka?" tanya Emak."Bukan suka lagi, Mak. Doyan parah. Inget nggak, Rin ... kapan itu mami ke sini, terus cicip punya Rindu. Beuh, nggak mau berhenti, sampai dihabisin semangkok gede." Fuji menoleh padaku. Aku mengangguk sambil tertawa mengenangnya.Aku ambil bagian mengupas ubi kayu. Fuji bagian mencuci di air keran. Emak memotong menjadi agak pendek dan memasukkan ke dalam dandang besar punya ibu kos yang kami pinjam. Merebus ubi sekitar 5 menit, menjadi setengah empuk.Setelah diangkat dan ditirisk
Read more
Episode 34
~••°••~Baru saja aku melangkah keluar dari ruang dekan, dosen yang akrab disapa Bu Firda tersebut sudah menunggu di koridor. Aku membawa setumpuk dokumen jurnal untuk dijadikan bahan essai kritik ilmiah. Pak Wiryono meminta aku menuliskan essai untuk diikutsertakan dalam lomba skala internasional."Apa ini, Rindu? Sini saya bantu." Bu Firda tercengang melihat kertas-kertas satu pangkuan."Jurnal ilmiah, Bu. Tidak usah, Bu ... bisa kok, hehe." Aku menyeringai. Bu Firda sangat ramah, pasti ia sangat diidolakan di Fakultas Teknik. Terbukti sepanjang kami berjalan, tiap kali bertemu mahasiswa selalu disapa. Bahkan ada dari fakultas lain, juga tetap mengenali beliau.Menggunakan Yaris berwarna merah nyala, aku dan Bu Firda meninggalkan kompleks kampus UNAND. Beliau mengajak ke Weekend Cafe, tidak jauh dari sini. Hanya perlu 25-30 menit kalau berkendara dengan santai. Aku lirik arloji, masih pukul dua siang. Sepanjang jalan beliau banyak bercerita. Termasuk memuji kepopuleran aku sebagai m
Read more
Episode 35
~••°••~"Katanya pulang cepet, jam segini baru nyampe rumah. Kan mau jemput motor," cegah Fuji di pintu. "Eh, tunggu! Kok bisa bareng Raja sih, Rin?" Fuji memperhatikan mobil Kak Raja yang bergerak menjauh."Kamu kenal?""Kenal dong, kenal banget. Dia aja yang nggak kenal aku. Dia itu selebriti. Cewek-cewek ngidolain tuh do'i. Termasuk aku, hehe. Mau dong dikenalin, pingin foto bareng Kak Raja ... biar bisa pansos." Fuji tertawa lebar. Aku tahu dia hanya bergurau.Sambil berjalan masuk ke dalam, mataku menangkap penampakan baskom yang hanya tersisa setengahnya. Hah, apakah Fuji sekalap itu?"Bukan aku habisin sendiri, aku bagi ke tetangga. Kebaca muka kamu kaget lihat isinya setengah." Fuji sepertinya punya ilmu cenayang. Aku tersenyum lega, bahaya kalau dia makan singkong balado berlebihan. Tidak sehat untuk pencernaan."Jadi jemput motor, Rin?""Besok aja kayaknya, aku ada kerjaan buat besok. Sama badan udah remuk banget. Capek.""Kok bisa sama Kak Raja?"Ternyata Fuji masih penasar
Read more
Episode 36
~••°••~Satu hari pasca pemakaman Mintuo Yeni, kondisi kampung semakin riuh. Tak jua reda desas-desus mengenai bau tak enak dari jenazah almarhumah. Pun keadaan Febi semakin hilang kendali. Ia tidak mau makan, saban hari hanya menangis di pusara anak dan ibunya.Keluarga besar Bang Farid juga datang melayat. Tiga mobil minibus berpenumpang penuh, berlabuh di halaman rumah Mak Rustam. Sebagai tuan rumah, Mak Rustam mencoba menyambut kedatangan mereka dengan ramah. Meski aku tahu, remuk redam sedang ditahannya sendirian.Beberapa orang kerabat dekat, masih sibuk membereskan rumah di bagian dapur. Mencuci gelas dan piring yang sudah bertumpuk sejak kemarin, setelah acara doa bersama tahlilan malam hari mayat dikubur. Aku duduk di sebelah Emak, bersama Mak Rustam. Febi diungsikan ke rumah keluarga yang lain."Semoga almarhumah husnul khatimah, Pak Rustam. Kami sekeluarga mengucapkan turut berduka cita sedalam-dalamnya. Begitu pula untuk Febi, duka mendalam atas kepergian si kecil. Semoga
Read more
Episode 37
~••°••~Hampir setiap hari aku bertanya kepada Kak Kasih tentang kondisi Febi. Bagaimanapun, ia tetap sepupu kontan. Masa kecil kami dulu sempat dekat, tumbuh besar bersama. Umurnya hanya tua hitungan bulan, tetapi ia bisa masuk sekolah lebih dulu. Aku ketinggalan satu tahun ajaran karena syarat umur masuk sekolah dasar tidak terpenuhi.Dari keterangan Kak Kasih, setiap hari ia masih berkunjung ke pusara anaknya. Duduk diam lama lalu pulang lagi. Mengerjakan pekerjaan rumah, membersihkan rumah, memasak, mencuci, dan sebagainya. Febi banyak berubah. Selama ia merantau, sepertinya hal-hal baik telah tertanam dalam dirinya. Tidak ada lagi Febi yang manja dan enggan melakukan pekerjaan rumah seperti dulu."Dia sudah lama bercerai, Rindu. Setelah anak mereka lahir, Febi yang meminta pisah. Febi yang bercerita sama Kakak, kalau suaminya suka main tangan, KDRT. Setelah bercerai, ia pergi ke Depok. Di sana ada saudara Mintuo Yeni 'kan, Kakak lupa nama Etek itu. Di sanalah Febi tinggal dan mem
Read more
Episode 38
~••°••~"Zalim dari mana? Itu 'kan memang sawah orang tua Etek, punya hak penuh dong kami mau diapakan.""Tetapi itu sudah dihibahkan kepada kami, Tek. Itu bagian Bapak, suratnya pun ada. Sebenarnya apa maksud terselubung dari sikap Etek selama ini. Etek tidak suka kalau Rindu kuliah, ha?"Emak masih menahan bahuku agar tidak merangsek maju mendekati Etek Yarni. Kami sama-sama panas, sama-sama terbakar. Sekali ini, tidak terbendung rasa amarah dalam diri. Kalau tidak ada Emak, mungkin sudah kuhantam perutnya dengan kaki.Tiba-tiba Pak Muslim masuk, menengahi kami yang berseteru. Mendudukkan perkara dengan kepala dingin. Termasuk memberi ancaman, jika tidak mau mengendalikan ego ... akan dibawa ke kantor kenagarian (setingkat lurah) agar di sidang oleh tetua adat."Mulai dari saya mau masuk kuliah, entah sudah berapa banyak cara untuk menghalangi langkah saya, Pak Mus. Sepeser pun tidak akan saya minta uangnya untuk kuliah. Saya dan Emak, masih punya tulang delapan kerat untuk diandalk
Read more
Episode 39
~••°••~Menjelang Dzuhur aku sampai di Padang, Senin yang gersang bermandikan cahaya terik garang sang surya. Angin dari laut, mengabarkan bahwa akan cerah sampai sore tiba. Semoga mendung tidak berkhianat dalam perjalanan menuju rembang.Teman satu kelasku, asal Medan, Guntur Silalahi berbaik hati menemani ke kantor LLDIKTI. Menjemput hadiah utama, satu unit sepeda motor jenis matic. Warna merah terangnya, seakan memberikan aura penuh kepercayaan diri kepadaku. Guntur yang mengendarai hingga ke tempat kos. Teman-teman lain sudah menunggu. Kata mereka ingin selfie dengan si merah. Lalu, aku beri nama kuda besi itu "Qizil" yang artinya merah dalam bahasa Kazakhtan.Kenapa harus Kazakhtan? Karena Bapak pernah bercerita tentang indahnya negara dengan ragam etnis dan budaya tersebut.Kazakhstan mungkin belum terlalu familiar bagi banyak orang. Tetapi, dalam kepalaku terpaku kuat sebuah kata berawalan "K" tersebut, kemudian menjadi salah satu obsesi untuk bisa aku kunjungi kelak. Negara de
Read more
Episode 40
~••°••~"Prof!" Aku berusaha mensejajari langkah beliau yang bergegas."Ya?""Mengenai yang Prof sampaikan di kelas tadi, saya masih ngambang."Profesor Imran lantas berhenti dan memutar arah berdirinya, menghadap sempurna kepadaku."Ya, Anda ditunjuk sebagai perwakilan mengikuti studi banding di Kuala Lumpur. Bagaimana mekanismenya, silakan langsung ke bagian rektorat. Akomodasi ditanggung penuh, diberikan juga uang saku. Enak, bukan?""Saya senang dengan kabar ini. Tetapi, seperti Prof lihat tadi di kelas, tanggapan dari beberapa teman terlihat tidak begitu.""Kenapa harus memikirkan orang lain? Anda ditunjuk, diberikan amanah oleh universitas bukan asal dapuk. Tandanya Anda memenuhi kriteria. As simple as that!""Saya takut dikira dan dibilang anak emas, Prof," keluhku menahan suara."Ada masalah kalau Anda diemaskan? Orang lain berusaha menjadi terdepan agar bisa punya posisi 'anak emas' ... sementara Anda, diberikan kemudahan oleh Tuhan untuk meraihnya. Bukan, bukan meraihnya ...
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status