All Chapters of Setelah Bapak Tiada: Chapter 41 - Chapter 50
100 Chapters
Episode 41
~••°••~[Hai, Bitch!]Pesan itu masuk berkali-kali, berhari-hari. Awalnya aku abaikan, lama-lama risih juga. Setiap kali coba menelpon, tidak pernah tersambung."Siapa ya, Ji? Aku mulai nggak nyaman.""Kamu tahu 'kan arti bitch itu?" Fuji mencodongkan badannya ke arahku, mengintip deretan pesan yang masuk dari nomor misterius tersebut."Pelacur, 'kan. Perasaan enggak pernah ada masalah sama orang. Baik di dunia nyata, entah di dunia maya. Kamu tahu sendirilah gimana aku, waktu untuk bikin masalah itu yang enggak ada.""Jangan-jangan itu Michelle atau Rosemary!" serunya."Husst, jangan sembarangan! Tanpa bukti, kita nggak bisa asal tuduh orang. Nanti malah kena balik, pencemaran nama baik."Siang itu, setelah kuis dadakan di salah satu mata kuliah, aku menuju ke perpustakaan. Ada waktu yang lumayan panjang untuk mengumpulkan referensi sebanyak-banyaknya. Satu jam bagiku sangat berarti, setelah ini lanjut ke mata kuliah berikutnya. Di sela-sela membaca buku, bisa diselingi mengisi perut
Read more
Episode 42
~••°••~Sepanjang malam aku merintih menahan perih di bekas jahitan dagu dan rusuk kanan. Emak dan Bang Doni bergantian berjaga. Pukul 2 dini hari, Bang Farid datang setelah mengantar pulang Bu Nani ke rumah kakaknya. Aku tidak tahu sedang dirawat di rumah sakit apa."Mak, makan dulu!" lirih Bang Farid menegur Emak yang baru selesai tahajud.Mataku tak mau lelap sepicing pun. Pikiranku ngelantur ke mana-mana. Melihat diriku terbujur tak berdaya, aku stress. Aku kasihan pada Emak yang terlihat lelah. Astaghfirullah, kenapa musibah datang begitu sekejapan penglihatan."Kamu belum tidur dari mulai siuman tadi, Rindu. Harus banyak istirahat biar segera pulih. Mau makan?" Bang Farid duduk di kursi kanan, sejajar dengan kepalaku. Aku menoleh sedikit saja."Ini mimpi 'kan, Bang. Rindu baik-baik aja 'kan? Bangunin segera, biar belajar untuk persiapan ke Malaka. Ayok, Bang!""Rindu, istighfar," lirihnya berusaha menenangkan.Bulir demi bulir berkejaran lagi keluar dari netraku. Ternyata ini ke
Read more
Episode 43
~••°••~"Coba diingat-ingat lagi, Rin. Barangkali tidak disengaja pernah melukai perasaan orang."Emak baru selesai Duha, mengelap tangan dan kakiku dengan tisu basah. Seperti yang diminta Emak, aku coba mengingat-ingat dengan siapa pernah bermasalah. Buntu, tidak ada sama sekali. Terakhir aku heboh dengan orang cuma dengan Febi, itu pun sudah tahun kapan. Kalau dengan Michelle dan Rosemary, tak pernah kami ribut berat meski persaingan antara kami memang ketat.Aku mengakui kalau Michelle dan Rosemary memang unggul di beberapa mata kuliah. Seperti yang diceritakan Fuji, ia gagap saat diwawancarai oleh profesor di kantor rektorat. Sangat kuyakini bukan karena mereka bodoh atau kepala kosong. Boleh jadi karena gugup, sehingga blank begitu saja."Rindu memang punya hubungan yang tidak baik dengan teman sekelas, Mak. Cuma ... rasanya mustahil merekalah dalang semua ini. Enggak mungkin aja gitu loh, Mak.""Setelah pulih nanti dan berkuliah kembali, perbaiki hubungan tersebut. Jangan merasa
Read more
Episode 44
~••°••~Setelah salat Subuh, Emak sudah berkemas-kemas. Pagi ini aku dipindahkan ke Rumah Sakit Umum Daerah di Kota Solok. Seluruh administrasi sudah diurus kemarin sore oleh pihak kampus. Fuji juga menginap semalam, seperti Emak ... dia juga terlihat sibuk beres-beres."Aku enggak ikut ke Solok, Rindu. Ada tugas yang harus aku kejar. Maaf ya," katanya tanpa menoleh. Aku tahu ia menahan air mata. "Lusa aku ke sana sama teman-teman kelas," ulasnya masih memalingkan wajah."Kamu kenapa sih, Ji?""Enggak!" tukasnya."Ji, lihat aku!"Tangannya yang sedang melipat kain, berhenti bergerak. Ia menoleh dan aku menemukan sepasang mata yang merah. Fuji terlihat tidak baik-baik saja."Nggak tahu, sedih aja kamu pindah ke Solok. Entah kapan balik ke Padang.""Doain aku pulih cepat, biar bisa kuliah cepat.""Ya tapi treatment tulang itu lama, Rindu. Solok itu jauh banget, gimana aku bisa ke sana sering-sering. Ya Allah, Fuji sedih banget loh, Mak!" adunya beralih pada Emak.Jika Fuji sedih karena
Read more
Episode 45
~••°••~"Kenapa dia dibawa ke sini? Adik saya punya hak untuk mendapatkan kenyamanan dan ketenangan, Pak. Lihat, apa hasilnya!" Aku mendengar suara Kak Kasih di luar."Dan, tolong dengan sangat, Etek jangan pernah menampakkan muka lagi di depan Rindu. Belum cukupkah penderitaan yang Etek hadirkan untuk dia?" Semakin menggelegar suaranya."Mak, Kak Kasih!" lirihku, Emak bergegas keluar.Pintu yang tersibak lebar menampakkan pemandangan mereka yang sedang berseteru. Etek Yarni sedang berlutut pada Kak Kasih. Tetapi, kakakku itu seperti tidak peduli bahkan ia terlihat jijik untuk menyentuh Etek Yarni.Sebetulnya kami tidak pernah diajarkan untuk dendam dan menanam kebencian kepada siapa pun. Sekali ini rasanya dadaku sudah penuh. Karena perbuatan Etek Yarni menyangkut nyawa, dia tidak lagi manusia. Dia iblis, maaf."Saya nggak peduli mau menangis darah sekali pun, bapak kami dulu menyekolahkan Etek supaya jadi orang, bukan jadi maling!" Kak Kasih melangkah, dan mencegah tangan Emak yang
Read more
Episode 46
~••°••~Hari kedua menginap di kamar VIP Rumah Sakit Umum Daerah di Kota Solok, penyangga punggungku dilepas. Dokter memeriksa bekas jahitan operasi dibagikan rusuk. Setelah itu aku menjalani Rontgen untuk mengecek struktur tulang yang retak. Selesai semua prosedur tersebut, dibantu oleh suster mulai belajar duduk tegak dan menggerakkan leher ke kiri dan ke kanan."Lukanya sudah kering dengan baik, semoga tidak muncul keloid dibekas sayatannya ya, Bu." Dokter berkata pada Emak. "Lalu, untuk kondisi keretakan juga sudah mulai rekat lagi. Nanti, setelah Rindu pulih dan bisa beraktivitas seperti biasa ... tidak dibenarkan untuk olahraga berat, mengangkat beban berat, pokoknya benar-benar harus dimanja lagi tubuhnya, ya."Emak hanya mengangguk memahami penjelasan sang dokter."Semoga bisa pulih secepatnya ya, Rindu. Semangat jangan kendor. Rajin-rajin terapi bersama suster. Pokoknya mulai dari pikiran positif, karena kesembuhan itu berawal dari sugesti. Kamu kuat, hebat! Kan mau jadi dokt
Read more
Episode 47
Berkali-kali kutekan bel, suster datang dengan langkah tergesa. Wajahnya terlihat cemas ketika melangkah masuk. Astaga, aku jadi merasa bersalah padanya."Kenapa, Dek Rindu?" tanyanya segera mendekatiku."Maaf, Suster ... tidak ada apa-apa. Bantu saya duduk, terus ambilkan laptop sekalian. Mau ada streaming di website, maaf banget, Sust.""Astaghfirullah, saya lari ke sini. Saya pikir terjadi sesuatu. Syukurlah kalau semuanya baik-baik saja," katanya menyeka peluh di dahi."Ya Allah, sekali lagi saya minta maaf, Suster.""Tidak apa-apa, memang tugas kami membantu pasien kok. Harus gesit dan sigap." Suster tersebut menyerahkan laptop kepadaku. Tak itu saja, aku meminta ambilkan mukena untuk kupakai. Sebab, kerudung instan milikku entah di mana disimpan Emak.Setelah semuanya aman dan nyaman, ia permisi. Ponselku berdering lagi. Kali ini Robby yang memanggil."Assalamualaikum, Rindu. Gimana, sudah bisa online?" cecarnya."Walaikumsalam, bentar, Robby. Ini baru nyalain laptop. Kamu gabun
Read more
Episode 48
~••°••~"Loh, ada Nak Farid?" Emak tiba-tiba muncul.Bayangkan saja kepiting rebus, seperti apa merahnya. Seperti itulah rona wajah Bang Farid saat itu. Perutku kram menahan tawa. Gelagapan, kedapatan mentah-mentah sama Emak. Haha."Lagi sakit apa bagaimana, kenapa merah padam begitu wajahnya?" selidik Emak. Yang ditanya semakin gelagapan. Salah tingkah Bang Farid tidak tanggung-tanggung."Sehat kok, Mak. Dari mana Emak? Aku udah dari tadi loh nungguin," kilahnya mengganti topik."Halah, lagu-laguan. Dari depan, ngantar fotokopian KK ke bagian administrasi. Tadi disuruh anter ke sana sama susternya. Emak nggak tahu buat apaan.""Jangan-jangan udah boleh pulang, Mak?" seruku."Belumlah, tadi Emak ketemu dokter di depan. Katanya kamu terapi dulu. Kalau udah kokoh duduk sendiri, belajar berdiri dan jalan. Soalnya kalau enggak gitu, entar kaku di panggul. Bahaya.""Bahaya gimana, Mak?" sahut Bang Farid."Ya, Emak nggak tahulah. Pokoknya dokter bilang begitu tadi. Entar kalau panggul kaku,
Read more
Episode 49
~••°••~"Siapa, Rin?" Emak menatap ke arahku tajam."Orang tua Rosemary.""Kenapa seperti itu cara bicaranya, tidak sopan kalau begitu.""Maaf, Mak. Rindu khilaf, habis mereka usil, Mak. Masa Rindu dituduh yang merebut posisi Rosemary, dituduh ingin mempermalukan keluarga mereka. Kan mengada-ada itu namanya. Mau ke sini kayaknya, Mak. Entah besok atau lusa, nggak tahu.""Ya nggak masalah kalau mereka datang, silakan saja ... pintu terbuka sangat lebar. Namanya tamu ya kita sambut, Rin. Mereka sopan, kita segan. Mereka kurang ajar, kita juga bisa lebih kurang ajar." Emak tidak biasanya bicara seperti ini. Apa Emak juga tersinggung dengan perkataan orang tua Rosemary?Melupakan huru-hara tidak jelas tersebut, aku kembali memfokuskan pikiran pada materi yang sudah dikompresi ke dalam bentuk word. Berlembar-lembar sudah aku baca. Mata mulai perih, otak mulai mendidih. Rasa-rasanya mau menyerah, tapi sudah terlanjur basah. Mari mandi sekalian.Belum seperempat dari soal yang berhasil aku j
Read more
Episode 50
~••°••~Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, tinggal 2 jam lagi menuju deadline. Masih ada 3 soal lagi yang harus aku selesaikan. Seharian mataku tak beranjak dari layar laptop. Sampai dokter menegur agar istirahat dulu. Aku yang diburu waktu seakan-akan lupa sedang dirawat. Demi menjaga amanah dari universitas, aku kesampingkan rasa pegal yang mendera punggung.Emak setia berjaga, menyediakan apa saja yang kubutuhkan. Beliau juga sabar menyuapi makan, sementara tanganku terus menari di atas keyboard. Selesai Magrib, Bang Farid mampir sejenak mengantarkan martabak untuk Emak. Hanya sepuluh menit ia singgah, lalu pergi lagi karena harus mengantar beras ke Padang. Aku rasa hanya alasannya saja, karena tak mau mengganggu aku yang sedang berpacu dengan waktu.Tepat ketika jarum jam menunjukkan pukul 11, semuanya kelar. File sudah aku submit. Lega, plong dan seketika ringan isi kepala. Langsung aku kabari ke grup universitas, mengirimkan tangkapan layar dari portal yang melampirkan file
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status