Lahat ng Kabanata ng Misteri Masalembo : Crash Landing : Kabanata 41 - Kabanata 50
68 Kabanata
Part-41: Ditabok Bini Muda
Ruangan kabin penumpang tampak berantakan, mirip kapal pecah. Suara hingar-bingar penumpang ketakutan membahana dalam ruang pesawat. Terdengar mulai dari bahagian depan hingga sampai ke ujung belakang pesawat. Niat Ingrid untuk memanggil Adam terlupakan sesaat. Terhimpit oleh situasi yang begitu menyeramkan. Di sela-sela suara penumpang yang ketakutan, Ingrid mendengar suara rintihan seorang ibu terhadap anaknya yang sekarat. Suara itu dia dengar dengan jelas. Namun Ingrid hanya bisa mendengar, tak mengerti dia apa arti keluhan itu. Yang jelas, dia bisa merasakan betapa paniknya penumpang itu. Untuk sesaat Ingrid hanya diam menatap di depan pintu kokpit pesawat. Penglihatannya tegang menyaksikan keadaan dalam ruang kabin penumpang kelas bisnis di barisan kursi paling depan tepat di hadapannya. Sepasang mata penumpang yang duduk di kursi barisan pertama pojok sebelah kiri dilihatnya masih terbelalak. Wajah penumpang itu menengadah ke atas. Bulatan hitam di bol
Magbasa pa
Part-42: A Sweet Touch
Mengetahui ada sesuatu, Adam buru-buru kembali melangkah menuju ke ruang kokpit pesawat. Devi mengikutinya dari belakang. “Pasti ada sesuatu yang serius terjadi dalam ruang kokpit.” Pikir Adam. Kalau tidak kenapa pula Ingrid harus keluar dari sana. Ingrid masih tersandar di dinding penyekat antara ruang penumpang kelas ekonomi dan kelas bisnis. Dilihatnya Adam dan Devi datang menghampirinya. “Adam, I saw something in the radar, I think it may be an airplane.” .......Adam, aku melihat sesuatu di layar radar..., saya rasa mungkin ada pesawat lain yang terpantau...... Ingrid langsung memberi tahu. “Did the radar activate...?” .......apakah layar radar aktif...... Adam penasaran. “Yes...” Angguk Ingrid. “I also wondered, but you better see what actually is that.” Jelas Ingrid. Dia juga heran mengapa radar itu tiba-tiba saja aktif. “Okay..., let me check.” ......baik..., biar saya periksa....... Adam langsung berjalan menuju ruang kokpit pe
Magbasa pa
Part-43: Radar T.C.A.S
Angka-angka yang tertera di layar radar diamati oleh Adam. Kemudian dia memperhitungkan pergerakan pesawat yang terpantau di sana. Devi yang berdiri di belakang Adam ikut mengamati apa yang ada di layar radar. Namun untuk yang satu ini Devi tak mengerti angka-angka apa itu sebenarnya. “Apa itu mas Adam?” Devi langsung menyeruduk sebuah pertanyaan. Padahal Adam sedang serius-seriusnya menganalisa pergerakan. Rasa ingin tahu pramugari itu tampaknya memang cukup besar. “....t.c.a.s....” Adam menjawab singkat. “Apa mas, t.c.a.s....!? istilah apa itu?” Devi menanyakan lagi, karena dia memang tak mengerti. “Ya...., namanya ..tikas.. t.c.a.s..” Terang Adam. “...ti.. si.. ae.. es...” Lalu dia mengeja huruf demi huruf dalam bahasa Inggris. Ingrid mendengar apa yang dikatakan Adam, dia pun ikut-ikutan bertanya. “And so..., what does t.c.a.s. stand for..?” “...t.c.a.s... is stand for.. traffic allert and collision avoidance system.” ......t.c.a.s... itu adalah
Magbasa pa
Part-44: Descend To 20.000 Feet
Devi geleng-geleng semakin tak paham ke mana arah pembicaraan Adam sebenarnya. Dilihatnya juga Adam begitu serius berkata. Sepertinya ada suatu misteri atau teka-teki besar yang bersarang dalam pikiran Adam. Namun dia tak paham apa itu. “Sebenarnya apanya yang berbeda dengan kejadian sekarang mas...?” Bola mata Devi menatap tajam-tajam ke arah Ada, “Coba pikirkan.....!” Adam menjentikkan jari telunjuknya pada layar radar. Lalu mengatur ulang beberapa tampilan yang ada. “Jika memang benar pesawat masih berada di sekitar perairan laut Jawa atau selat Makassar, atau katakanlah meleset hingga ke laut Banda, atau mungkin juga sejauh-jauhnya tersesat sampai menyeberangi laut Sulawesi, tapi adalah sesuatu hal yang mustahil jika selama 40 menit terakhir kita tidak pernah berpapasan dengan pesawat lain.” Sejenak Adam diam. Dia melihat ke arah Devi. Memberikan kesempatan kepada pramugari itu untuk bisa memahami apa yang dia katakan. “Padahal perairan-perairan tersebut m
Magbasa pa
Part-45: Are We Going To Crash
Kokpit pesawat mendadak tersentak kaget. Tanda peringatan akan adanya tabrakan di udara terdengar. “...Traffic... traffic... traffic... traffic... traffic... traffic...” Lalu diikuti bunyi alarm “...beeeeeeeeeb ...beeeeeeeeeb.... beeeeeeeeeb....” Tak lama kemudian peringatan ketinggian pesawat dalam bahaya juga aktif. “...Increase climb.... increase climb... increase climb...!” Ingrid terdiam memasang telinga tajam-tajam mendengar suara peringatan. Devi membesarkan mata. Menduga-duga pasti akan ada sebuah pesawat asing yang sedang mendekat ke arah mereka. “Something is coming too fast.!” .....sesuatu yang bergerak begitu cepat..... ucap Adam. Pemuda itu semakin memperhatikan pergerakan yang ada di layar. Pandangan Adam kemudian mengarah ke luar pesawat. Kedua bola matanya bergerak berputar-putar. Menjelajah tajam di setiap sudut gumpalan awan. Menggeledah penampakan benda apa saja yang ada di luar sana. Tak terlihat apa-apa. Gumpalan a
Magbasa pa
Part-46: Siluman P-47 Thunderbolt
Penumpang juga ikut ditebas keterkejutan menyaksikan kemunculan pesawat asing yang berwarna hitam itu, nyaris menyerupai warna hitamnya arang. Mereka saling berpandangan penuh rasa heran. Bertanya-tanya dan mengira-ngira jenis pesawat apakah sebenarnya yang baru saja mereka lihat. “Apakah itu benar sebuah pesawat peninggalan perang dunia ke dua? kok warnanya hitam begitu ya..? mengerikan..., apa mungkin juga itu sebuah pesawat hantu? atau jangan-jangan penjelmaan dari wujud siluman.” Begitulah, masih ada lagi setumpuk pertanyaan lain yang bersemayam dalam benak penumpang . Devi tadi juga ikut menyaksikan kemunculan pesawat asing itu. Sedangkan Ingrid masih menundukkan kepalanya tak ingin melihat. “Itu kan pesawat perang dunia ke dua..!” Pikiran Devi mulai disuguhi keheranan setelah pesawat itu melintas. “Jenis pesawat apa itu sebenarnya mas Adam.?” Tatapan Devi tertuju pada Adam. “Jenis pesawat tempur ringan..!” “Tapi tak mungkin kan...? bukannya it
Magbasa pa
Part-47: B-25 Mitchell : A Ghost Plane
Pesawat asing itu semakin mendekat. Adam bisa melihat struktur dan bentuk pesawat itu dengan jelas. Sebuah pesawat tua dengan 2 mesin pendorong berupa baling-baling ‘propeller’ yang tergantung di kedua sisi sayapnya. Masih pesawat sejarah peninggalan zaman perang dunia ke dua yang beroperasi puluhan tahun silam. Napas tertahan. Mata terpelotot tajam. Jantung deg-degan berdetak kencang. Ingrid dan Devi semakin tegang menyaksikan kemunculan salah satu pesawat asing yang mendekat begitu cepat menuju ke arah mereka. Ingrid berteriak. “Oh my God....., Adam.. watch out...! ........ya Tuhan..., Adam awas... hati-hati.....!” Devi menjerit. “Mas Adam... awas ada pesawat...!” Wajah mereka berdua berubah pucat. Darah mengalir cepat. Ingrid dan Devi cemas. Keduanya menutup wajah tak sanggup melihat keluar pesawat. Adam masih melihat. Mencoba mengidentifikasi jenis apa sebenarnya pesawat asing itu. “Hold on....!” ......berpegangan erat.....! Teriak Ada
Magbasa pa
Part-48: Mayday... Mayday... Mayday...
Sejenak Adam menghentikan panggilannya. Pilot earpieces sedikit dia tekan ke telinga untuk mendengar suara-suara. Perwira itu menunggu beberapa saat. Namun...., tak ada tanggapan dari siapa pun yang dia dengar. Devi begitu penasaran. Tak sabar menunggu, dia langsung bertanya. “Bagaimana mas Adam, ada yang merespon nggak....?” Adam menggelengkan kepala. “Belum ada, sepertinya mereka tak mendengar panggilan..!” “Tapi seharusnya panggilan mayday-mayday pasti ada yang mendengar, iya kan mas?” Pramugari itu menyambung pertanyaannya. “Harusnya memang begitu, tapi saya akan coba lagi frekuensi lain, mudah-mudahan kali ini ada yang mendengar.” Terang Adam kemudian. Ingrid mendengar percakapan mereka berdua. “Adam.. is there any response from somebody?” .......Adam apakah ada seseorang yang menanggapi panggilan......? Tanya Ingrid penasaran. “There is no answere.” ......tak ada jawaban..... Adam menggelengkan kepala. Dilihatnya Ingrid gelisah mendengar t
Magbasa pa
Part-49: Frekwensi Radio
Permukaan laut yang ada dalam penglihatannya tadi begitu jelas terlihat. Dia juga bisa melihat riak air berwarna keputih-putihan. Teriakan salah seorang pilot pesawat B-25 Mitchell itu juga bisa dia dengar dengan jelas. “Flight level..., ketingian pesawat....?” Perhatian Adam langsung tertuju pada ketinggian pesawat. Adam ingat, ketinggian pesawat-pesawat pembom B-25 Mitchell yang muncul dalam penampakannya tadi hanya berada pada ketinggian 1000 meter, atau lebih kurang 3.500 kaki di atas permukaan laut. Sangat rendah sekali. Diperhatikannya flight level indicator, di sana tertulis angka 2 dan angka 0. Berarti ketinggian pesawat berada di level 20.000 kaki saat itu. Pesawat terlalu tinggi. Level itu harus dia turunkan lagi agar dapat melihat permukaan laut lebih jelas seperti yang ada dalam penglihatannya tadi. “We will decend to three thousan five hundred to comunicate.” .... kita akan kembali turun ke level tiga ribu lima ratus kaki untuk bisa berkomunikasi
Magbasa pa
Part-50: Menembus Normandia
Sejenak kemudian komunikasi radio kembali terhenti setelah Adam menyebutkan dia baru saja berpapasan dengan lima unit pesawat ‘B-25 mitchell. Cukup lama Adam menunggu, namun dia tak juga mendengar suara. “Ada misteri apakah dibalik pesawat ‘B-25 mitchell’ itu...?” Pikir Adam kemudian. “ .... sergeant william .... are you still there....?” ......sersan william..., apakah anda masih mendengarkan saya......? “.... yes captain....” .....ya kapten..... “......so sergeant.., where were they heading to...? the five units B-25 mitchell...?” ......jadi Sersan..., ke manakah sebenarnya arah pesawat-pesawat itu... kelima unit pesawat B-25 mitchel maksud saya...... “......our five units of our B-25 mitchell light bombers just crossing english channel ten minutes ago ... they are heading to normandy now ... did you really see them...?” ......lima unit pesawat pembom B-25 mitchell milik kami baru saja melewati selat ingris, sekitar sepuluh menit yang lalu, me
Magbasa pa
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status