Semua Bab Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina: Bab 31 - Bab 40
224 Bab
Bab 31
“Nggak apa-apa, Rasti! Suatu masalah itu memang harus di ucapkan, jangan di simpan sendiri. Bisa menjadi penyakit nanti. Yang penting kamu cerita dengan orang yang tepat,” tandas Bu Retno. Aku jadi teringat Emak.“Iya, Bu. Rasti dan Mas Riko percaya dengan Ibu, iyakan Mas?’ sahutku, seraya bertanya dengan Mas Riko. Mas Riko hanya tersenyum kikuk dan mengangguk.“Syukurlah kalau kalian percaya dengan, Ibu.” Ucap Bu Retno. Membuat hati ini nyaman dengan ucapan lembutnya.“Bu?” panggil Mas Riko.“Iya, Ko?” jawab, Bu Retno, memandangnya dengan sedikit membelalakkan matanya.“Ibu punya rencana tidak? Biar Ibu bisa mengetahui bagaimana sifat Lika? Jadi biar Rasti tidak selalu jelek di mata Ibu,” tanya Mas Riko ngambang. Seperti dilema. Bu Retno mengambil kopi dan menyeruputnya, memikirkan sesuatu sebelum menjawabnya.“Sebenernya dalang semua ini Juwariah mantan kamu, Ko!” jleebb! Hatiku kacau mendengar nama, Mbak Juwariah. Menurutku dia hanya mantan yang tak tau diri. “Juwariah?” sahut dan
Baca selengkapnya
Bab 32
Bingung mau masak apa, itulah yang terjadi olehku setiap harinya. Kalau tanya ke suami ujung-ujungnya ‘terserah’ jadi mending nggak usah nanya sekalian. Di pikir sendiri tapi bingung, itulah problema ibu rumah tangga. “Mak, beli sarden satu dan telor enam, ya!” ucapku pada Mak Rida pemilik warung.“Siap, Mbak Rasti!” sahut Mak Rida, sambil mengambilkan apa yang aku mau beli. Mak Rida menatapku aneh. Serasa ingin bertanya tapi ragu.“Ada apa, Mak? Kok lihatnya gitu amat? Ada yang aneh dengan bedakakan saya?” tanyaku basa basi dengan mengusap wajahku. Supaya tak kelihatan kepo maksimal.“Eh, nggak, Mbak Rasti, cuma pengen tanya sesuatu tapi takut nanti, Mbak Rasti salah faham,” jawab Mak Rida membuatku semakin penasaran. Akhirnya aku tertawa dengan gaya santaiku. Biar Mak Rida bertanya dengan gamblang dan santai juga. Siapa tau ada info penting, gosip Mbak Juwariah dan Lika misalnya? Secarakan warung Mak Rida selalu ramai dengan mak-mak yang hoby gosip.“Gini lo, Mbak Rasti, warung say
Baca selengkapnya
Bab 33
“Nyatanya beli telur cuma seuprit dan sardennya juga cuma sekaleng. Beda sama Lika, kalau Lika beli langsung banyak, dibagikan juga sama mertua,” tandasnya. Dengan memainkan bibirnya ke kanan dan ke kiri. Hatiku sudah mulai tersulut. Berani-beraninya dia, membanding-bandingkanku dengan Lika langsung di hadapanku.“Mbak Ria, Mbak sudah ngaca belum, sebelum ngomong seperti itu?” tanyaku sengaja juga memancing darah tingginya agar naik. Dia membelalakkan matanya, seakan tak terima.“Maksud Mbak Rasti apa omong kayak gitu?” tanyanya sedikit meninggikan suaranya. Aku menyeringai kecut.“Lha, Mbak Ria sendiri apa maksudnya ngomong kayak tadi itu?” tanyaku balik. Wajahnya nampak semakin memerah. Aku suka melihatnya. Dia suka memancing darah tinggi orang. Tapi giliran dibalas nggak terima. Dasar. “Gini, ya, Mbak Ria yang terhormat, sebelum menilai orang lain, harusnya mbak bercermin dulu, ingat-ingat masalalu dan keadaan Mbak Sekarang. Mbak jadi janda karena apa? Masih mending saya kemana-ke
Baca selengkapnya
Bab 34
Sebenarnya pengen cuek menanggapi ucapan Mak Rida kemarin, tapi tak bisa. Selalu terngiang-ngiang ucapan Mak Rida, kalau Lika selingkuh dengan saudara Mbak Juwariah. Jujur saja aku masih belum percaya, kalau Lika setega itu mengkhianati Toni. “Dek? Ngelamun aja!” ucap Mas Riko memegang pundakku. Membuyarkan lamunanku. Aku masih terdiam, bingung.“Ada masalah?” tanya Mas Riko seakan mengetahui kegelisahanku. Apa aku ceritakan saja kepada Mas Riko, biar aku tak salah ambil jalan?“Ehem,” mencoba membuka omongan yang terasa tercekat di tenggorokkan, “iya, Mas. Tapi ...” aku menggantung omongan.“Tapi apa?” tanya Mas Riko menyipitkan matanya. Memandangku lekat.“Tapi Adek takut salah ngomong, terus jadi fitnah,” ucapku melanjutkan kalimat.“Adek, percaya sama, Mas, kan?” tanya Mas Riko melipatkan keningnya. Aku mengangguk.“Kalau percaya ceritakanlah, kita harus saling terbuka,” ucap Mas Riko lagi.“Kemarin aku belanja di toko Mak Rida, ada gosip miring tentang Lika,” jawabku.“Gosip mir
Baca selengkapnya
Bab 35
“Harus gimana lagi? kita langsung ngelabrak Lika, nggak mungkin, kita nggak punya bukti. Mau bilang ke Ibu, pasti Ibu nggak percaya. Mau bilang ke Toni? Mas rasapun Toni juga tak akan percaya,” jawabnya panjang dengan sekali nafas.“Tapi kalau Mas deketin Mbak Ria, apa kata orang? Gosipnya pasti terdengar tak sedap,” jawabku dengan hati yang tak bisa aku jelaskan.“Semua jalan memang terasa buntu, Dek, tapi kita harus ambil tindakan. Mas nggak rela, Toni di khianati,” ucap Mas Riko dengan nada geram.“Nggak, Mas. Pokonya adek nggak setuju. Kita fikirkan lagi jalan keluarnya. Itu terlalu ekstrem. Selain itu, masih ada lagi yang sangat adek takutkan, jika Mas ambil jalan mendekati Mbak Ria,” tandasku. “Apa?” tanyanya.“Mas jatuh cinta lagi sama Mbak Ria. Walau bagaimana pun kalian dulu pernah menjalin asmara,’ jawabku mengerucutkan bibir. Mas Riko malah menyeringai mendengar ucapanku.“Ya Ampun, Dek. Nggak bakalan, ini hanya sekedar membuka tabir yang tertutup,” jawab Mas Riko. Aku men
Baca selengkapnya
Bab 36
“Aku ini udah kenal kalian lama, loo, ada apa? Ada yang kalian sembunyiin dari aku?” Toni mulai curiga dengan ucapanku dan Mas Riko. Aku dan Mas Riko saling beradu padang. Terdiam sejenak.“Mas? Mbak? Ada apa? Jujur saja! Kalian tak pandai untuk berbohong,” ucap Toni Lagi. membuat kami saling lirik.“Ehem, gini, Ton!” ucap Mas Riko memulai bicara, “Ada hal yang ingin Mas sampaikan, tapi belum tentu kebenarannya. Jadi, Mas takut malah menjadi fitnah nantinya,” ucap Mas Riko terdengar belepot ngomongnya. Aku faham maksudnya. Dia ingin menyampaikan dengan sangat hati-hati, agar adik semata wayangnya tak tersinggung.“Sampaikan saja, Mas! Kalau belum tentu kebenarannya, kita buktikan berasama kebenarannya,” jawab Toni dengan khas santainya. Apa dia masih akan terlihat santai, jika mendengar gosip miring tentang istrinya? Terasa tak sanggup menyampaikannya.“Mas takut kamu marah,” jawab Mas Riko pelan. Toni menyipitkan matanya. Memandang lekat abangnya.“Kamu mengenalku dari kecil, Mas. Ap
Baca selengkapnya
Bab 37
“Lika selama ini bilangnya lembur, kita ikuti saja dia,” jawab Toni. Aku mengangguk tanda menyetujui. Dari pada ide Mas Riko untuk mendekati Juwariah, mending mendukung ide Toni. Ah, modul lelaki.“Mbak setuju, Ton!!! Dari pada ide Mas mu,” jawabku semangat seraya melirik Mas Riko. Mas Riko juga terlihat mengangguk dan juga melirikku.“Emang ide Mas Riko apa, Mbak?” tanya Toni.“Deketin Mbak Ria untuk mengungkap istrimu,” jawabku mengerucutkan bibir.“Itu, Mah, modus,” jawab Toni dengan tawa lebar. Aku mengangguk seraya melirik Mas Riko. Mas Riko terlihat nyengir.“Kapan kita mulai?’ tanya Mas Riko mencoba mengalihkan pembicaraan, tapi juga terdengar semangat.“Mulai nanti malam juga bisa, Mas.” Jawan Toni santai. Aku merasa bingung. Dia sebenarnya marah nggak, sih? Masak iya nggak tersulut api cemburu mendengar gosip istrinya selingkuh? “Kamu beneran nggak apa-apa?” tanyaku memastikan.“Maksudnya apa-apa?” tanyanya balik. Aku menarik nafasku kuat dan melepasnya kasar.“Secara ini, d
Baca selengkapnya
Bab 38
Malam ini, Mas Riko dan Toni akan melancarkan rencana yang sudah di susun rapi. Semoga segera terbongkar kedok Lika. Biar bisa juga membuka mata Ibu, untuk tidak selalu membedakan menantu. Biar bisa juga membedakan mana yang beneran tulus dan mana yang pura-pura tulus.“Mas, semoga berhasil rencananya nanti, ya.” Ucapku memulai pembicaraan, seraya menaruh kopi di meja depannya. “Semoga.” Jawabnya berharap. Kami masih menunggu telpon dari Toni. Karena belum tahu juga, Lika lembur kerja atau tidak malam ini. Gawai dari memasuki magrib, tak terlepas dari genggaman. Takut tak mendengar telpon dari Toni.“Diminum dulu, Mas, kopinya! Biar nggak ngantuk nanti,” suruhku, Mas Riko mengangguk dan mengambil kopi itu. Meniup perlahan dan menyeruputnya.“Yuda menginap di rumah Ibu?” tanyaku, Mas Riko menaruhkan gelas kopi itu ke tempat semula.“Iya, katanya,” jawabnya. Aku mengangguk. Walau aku memang lagi nggak akur dengan ibu, tapi aku juga nggak boleh egois. Ibu tetap neneknya Yuda. Sewaktu-wa
Baca selengkapnya
Bab 39
“kalau sakit bisa di obatkan. Kalau nggak ada duit, bisa kerja sama-sama. Seandainyapun susah memiliki momongan kayak mereka, bisa ikhtiar bersama mencari dokter dan berdoa agar Sang Maha Pemberi, segera memberikan. Tapi kalau sudah cinta yang di duakan, tak ada maaf,” ucapku lirih yang juga ikut menyandarkan punggung dan menatap langi-langit.Kriiiiinngggg Terdengar suara gawai berbunyi. Nada suara panggilan masuk. Aku terperanjat duduk. Begitu juga dengan Mas Riko. Ku ambil gawaiku dan melihat siapa yang menelpon.“Toni?” tanya Mas Riko. Aku mengangguk. Segera aku angkat telpon itu dan tersambung. Kuberikan kepada Mas Riko dan meloundspeakernya.[Hallo] terdengar suara dari seberang. Suara Toni.[Iya, Ton, Ini Mas, gimana?] jawab Mas Riko.[Lika baru saja keluar, Mas. Pamitnya lembur pulang pagi] jawabnya.[Terus gimana ini? Mas kerumahmu? Atau Mas langsung menunggu dimana gitu?] tanya Mas Riko meminta kejelasan.[Mas nggak usah kesini, kelamaan nanti. Ini aku udah buntuti Lika den
Baca selengkapnya
Bab 40
Mau tak mau, Mas Riko harus mengantar ibu dulu. Karena jika tidak di turuti bisa perang lagi dengan ibu. Intinya yang muda ngalah aja, kalau bersangkutan dengan ibu. Karena walau nyata salah, juga ibu tetap nggak mau di salahkan.Aku sendirian di rumah, jenuh dan tak sabar menunggu kabar. Aku keluar masuk rumah, persis setrikaan. Mondar mandir nggak jelas dengan suasana hati tak menentu. Kadang panas kadang normal.Karena hati semakin gelisah, aku memutuskan untuk menelpon Mas Riko. Ku mencari gawai dan sial, entah dimana aku menaruhnya tadi. Seperti itulah, kalau di butuhkan pusing mencarinya. Tapi kalau tak di butuhkan selalu nampak di depan mata. Kalau nggak gitu, giliran udah malas mencari, akhirnya ketemu di tempat yang sudah berkali-kali di ubek-ubek, tapi tak terlihat waktu mencarinya tadi. Heran.Dengan perjuangan panjang, meneliti semua ruangan akhirnya ketemu. Hanya tergelatak nyelip di sofa butut yang aku dan Mas Riko ngobrol seraya menunggu telpon dari Toni. Dengan cepat a
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
23
DMCA.com Protection Status