Semua Bab Malam Pertama dengan Suami Lumpuh: Bab 11 - Bab 20
89 Bab
11
Agenda hari ini, membawa Wisnu kerumah sakit untuk pemeriksaan berkala, sejauh ini Wisnu tidak mengeluhkan apapun, dia tipe laki laki yang tidak pernah mengeluh dengan keadaannya, sedapat mungkin dia melakukan semuanya sendiri, mulai dari mandi sendiri, berpakaian dan aktifitas lainnya.Raras memilah baju apa yang akan dipakai Wisnu, tapi tidak ada baju yang dikatakan layak, rata rata adalah kaos oblong yang warnanya sudah pudar, dan jins lusuh yang tak kalah pudarnya.Raras mencoba mencari lagi dengan teliti, akhirnya dia menemukan kemeja kotak kotak yang lebih baik daripada baju sebelumnya, walaupun model dan motifnya sangat ketinggalan jaman, tapi setidaknya ini lebih enak untuk dilihat.Wisnu masuk mengayuh kursi rodanya, handuk putih terlilit berantakan di pinggulnya, Raras tidak mengerti dengan jalan pikiran Wisnu, bahkan dia menolak adiknya sendiri yang berniat membantu memandikannya."Hanya ini yang kutemukan," kata Raras menunjuk ranjang, kemeja kotak kotak dan celana jins hi
Baca selengkapnya
12
Raras dan Wisnu duduk di kursi antrian, Raras menilai Wisnu adalah laki laki pendiam dan tidak akan bicara kalau tidak dimulai duluan, dari tadi dia hanya menundukkan wajah, mungkin dia malu dengan kejadian tadi sebelum berangkat, Raras sendiri berusaha keras melupakannya, tapi semakin dilupakan malah semakin teringat lebih jelas."Berapa umurmu?" tanya Raras memecah kebisuan di antara mereka."Dua puluh tujuh," jawab Wisnu. Ternyata dia masih muda."Benarkah? Berarti kita seumuran, bulan berapa kau lahir?""Bulan Agustus.""Oh, Ternyata aku lebih tua tujuh bulan darimu." Raras tidak menyangka ini."Iya," jawab Wisnu, dia tidak memperhatikan lawan bicaranya, memang pemuda desa yang sangat lugu. Andai saja dia dipermak sedikit di salon, pasti dia terlihat lebih tampan, begitu pikir Raras."Ayahmu?""Beliau sudah meninggal tiga belas tahun yang lalu.""Maaf." "Tidak apa-apa, sudah sangat lama," jawab Wisnu."Hmmm, kau tidak punya kekasih?" Raras penasaran."Tidak, wanita lebih memilih
Baca selengkapnya
13
Wisnu kecewa saat mobil Raras berhenti di pekarangan rumah. Sepertinya acara angkat-mengangkat akan gagal kali ini, karena dua bocah bertubuh tinggi sudah siap siaga di depan pintu menunggu kedatangan mereka. Yono dan Aryo bekerja sama memindahkan Wisnu ke kursi roda, mendorongnya masuk ke dalam rumah."Kok pulangnya cepat?" Ada penyesalan di hati Wisnu melihat adiknya pulang lebih cepat."Ada supervisor dari dinas pendidikan yang datang kesekolah, jadi semua siswa dipulangkan lebih awal," jawab Aryo."Kita langsung makan siang ya, Bang! kami tadi sudah memasak, Yono dapat rejeki lebih jadi kita bisa makan ayam.""Rejeki lebih dari mana? Kau saja belum bekerja," selidik Wisnu."Itu ... dua hari yang lalu Yono dipanggil kepala sekolah, dia mendapatkan beasiswa khusus, yang anehnya dia sendiri yang mendapatkannya.""Kok bisa?" Wisnu semakin penasaran. "Beasiswa apa?""Nggak tau juga sih, Bang, katanya beasiswa khusus, banyak banget lo Bang, sebulan dapat sejuta, tadi untuk bulan ini uda
Baca selengkapnya
14
Wisnu meremas kuat seprai yang berada di sisi kiri dan kanan Raras. Menahan gejolak yang tidak bisa lagi dia kendalikan, baru kali ini dia mengenali naluri primitif seorang laki -laki yang selama ini belum pernah dirasakannya. Di tengah tengah rasa yang membara, Wisnu mencoba menjaga kewarasannya, pernikahan ini bukan pernikahan sungguhan, apa yang tengah dia lakukan hanya untuk dirinya sendiri tanpa persetujuan dari Raras. Bahkan dia terlihat seperti pencuri sekarang ini.Wisnu mengangkat wajahnya, menelisuri wajah pualam milik Raras, andaikan dia yang memiliki gadis ini untuk selamanya, mungkin Wisnu takkan menginginkan apa-apa lagi dalam hidupnya. Raras masih memejamkan mata, tidak merasa terusik dengan ujung jari Wisnu yang mengelus lembut setiap bagian wajahnya satu persatu, Raras terlihat kelelahan.Mata wisnu memuaskan rasa dahaganya, setidaknya dia hanya punya kesempatan mengagumi Raras disaat tidur begini. Jika saja gadis itu sudah membuka matanya maka tak ada lagi kepercayaa
Baca selengkapnya
15
Banyak yang tidak disukai Raras di keluarganya, sang ayah terlalu menjunjung tinggi tradisi sebagai seorang bangsawan yang berasal dari keturunan raja yang entah lahir dan hidup dizaman apa karena Raras tidak tertarik mengetahuinya. Ayahnya sangat fanatik dengan tradisi jika seorang yang berdarah biru harus menikah dengan darah biru juga supaya anak yang lahir tetap memiliki kasta yang lebih tinggi. Dia dibesarkan dengan seorang pengasuh yang mendalami bagaimana tata cara mendidik anggota keturunan kerajaan. Dari kecil apapun dalam hidup Raras selalu diatur, bagaimana cara bicara, berjalan, berpakaian dan sebagainya. Awalnya Raras mengikuti dengan patuh, tapi semenjak kehadiran Andini dan ibunya, semua tidak lagi sama.Dulu sekali ayahnya sangat mencintai ibunya, wanita yang cantik dan menjadi primadona plus darah biru yang melekat padanya. Di usia Raras yang ke-lima belas tahun sang ibu terkena penyakit kanker payudara yang menyebabkan dia keluar masuk rumah sakit.Saat itulah ibu An
Baca selengkapnya
16
Wisnu tertunduk lesu, dari jam lima dia berada di rumah mbak Harti, tetangga yang ramah dan baik yang sudah seperti keluarga sendiri. Mbak Harti langsung memasang paket nelfon saat Wisnu berniat meminjam HP nya untuk menelfon Raras, dia tidak bertanya ini itu, ketika Wisnu menyampaikan maksudnya, mbak Harti langsung bergegas mengambil HP nya.Empat hari tidak bertemu dengan Raras, Wisnu benar-benar Rindu dengan istrinya itu, dia sering melamun sendiri memikirkan Raras, makan tidak enak, tidur pun tak lelap."Gimana mbak?" kata Wisnu penuh harap, dia sudah menunggu dari pagi kepulangan mbak Harti, karena pagi sampai sore wanita berumur empat puluh tahun itu bekerja sebagai pembantu di rumah juragan Karyo.Mbak Harti menggeleng, begitu kasihan dengan pemuda pendiam itu."Nggak diangkat."Mbak Harti sudah menelpon ouluhan kali."Mungkin dia lagi sibuk, mbak. Ya udah, saya pulang dulu," jawab Wisnu. Wisnu berbalik menuju rumahnya. Laki-laki gagah itu tidak biasanya bersikap begitu gigih.
Baca selengkapnya
17
Wisnu menutup Al Qur'annya dan mengusapnya sejenak, tidak banyak yang dilakukannya hari ini selain menunggu. Dari pagi dia menunggu Raras, akan tetapi istrinya itu sampai sekarang belum juga pulang. Wisnu mulai putus asa, mungkin Raras sangat sibuk hari ini jadi dia tidak bisa menepati janjinya untuk pulang.Mira dan Nela sedang asik mengerjakan PR mereka, dua anak itu memang suka menghabiskan waktu untuk belajar dari pada bermain dengan teman sebayanya. Aryo dan Yono belum pulang dari mesjid, biasanya mereka akan pergi shalat berjamaah bertiga. Semenjak kaki Wisnu cidera, dia melaksanakan shalat di rumah. Sebagai seorang kakak tertua yang menggantikan peran ibu dan ayah bagi adik-adiknya, Wisnu mensyukuri memiliki adik seperti mereka."Kapan mbak Raras pulang ya, bang? rumah ini terasa sepi kalau gak ada mbak Raras," kata Mira, dia memang dekat dengan Raras, kalau Nela pemalu dan pendiam, dia lebih banyak menundukkan wajah." Mungkin besok, Dek. Mbakmu sedang sibuk," jawab Wisnu, dia
Baca selengkapnya
18
Jantung mereka masing-masing berpacu kuat seakan mau meledak di dalam dada mereka. Raras mengakui, ciuman ini sangat disukainya, bahkan ini adalah pengalaman pertama baginya, laki-laki yang tengah mendekapnya ini, memiliki daya tarik yang sangat kuat. Walaupun terkesan pemalu pada dasarnya dia lebih dominan dan berkuasa.Wisnu meletakkan kepalanya di bahu Raras. Menetralkan nafasnya yang berat dan sesak. Dia sangat bahagia Raras membalasnya, bahkan dengan berani Raras sudah menyentuh dada Wisnu seakan ingin membuktikan sendiri berapa liat otot yang terbentuk secara alami karena pekerjaan kasar itu.Raras tidak menolak sedikit pun, dia mengimbangi ciuman yang diberikan Wisnu, mengerahkan seluruh kemampuannya yang baru sebagai pemain pemula dalam hal ini.Apakah Wisnu boleh berharap bahwa sambutan Raras merupakan jawaban dari permintaannya, permintaan untuk melanjutkan pernikahan mereka tanpa peduli dengan status seperti bumi dengan langit."Raas...," panggil Wisnu, dia masih mendekap p
Baca selengkapnya
19
Semua anggota keluarga berkumpul di depan televisi. Barang pemberian Raras itu sangat bermanfaat di rumah mereka, biasanya mereka juga memiliki televisi, televisi yang sudah tua. Lebih banyak rusaknya di sana -sini, dibiarkan menyala beberapa jam terlebih dahulu baru televisi itu mengeluarkan suara.Aryo sudah tertidur pulas di depan televisi, pemuda pendiam itu terlihat kelelahan setelah pulang dari Sulawesi untuk mengikuti olimpiade Sains tingkat Nasional. Sedangkan Yono menginap di rumah temannya untuk kerja kelompok.Wisnu melirik Raras terang-terangan. Sejak diterima Raras menjadi suami sesungguhnya, Wisnu tidak lagi malu menampakkan kekagumannya pada Raras, dia menikmati setiap gerak -gerik wanita itu, bagaimana ketika mata Raras berkedip setiap saat, tangannya yang asik mengotak-atik handphonenya, atau ketika mulut kecil menggoda itu berdecak dan terlihat kesal. Entah apa yang dipikirkan Raras saat ini yang jelas wajahnya tampak tidak senang.Mira dan Nela sudah pamit duluan ka
Baca selengkapnya
20
Raras sampai di rumahnya pukul sembilan pagi. Saat mau berangkat tadi, Wisnu agak enggan melepasnya, belum berangkat laki-laki itu sudah menanyakan kapan Raras akan pulang. Raras menghibur Wisnu, dia akan segera pulang jika urusannya selesai. Iya, banyak hal yang harus diselesaikannya, cukup lama Raras berfikir, dia mengambil sebuah kesimpulan, dia harus menggunakan otak untuk menyelamatkan keuangan keluarganya. Membiarkan dua wanita culas yang bersikap seperti parasit hanya akan membuat ayahnya bertambah bangkrut.Raras sebenarnya lelah, bolak-balik dari pusat kota ke rumah Wisnu yang menghabiskan waktu berjam-jam di perjalanan, tapi hanya rumah Wisnu tempatnya pulang, di sana dia mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan, disana dia merasa menjadi orang yang berguna. Wisnu memperlakukannya bagaikan porselen mahal yang dijaganya agar tidak pecah, kelembutan hati laki-laki itulah yang tidak didapatkannya selama ini dari orang lain selain ibunya.Baru saja Raras masuk ke gerbang yang dip
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status