All Chapters of Akibat Mertua Gila Harta: Chapter 21 - Chapter 30
100 Chapters
Bab 21. Perhatian dari Galang
Pagi yang cerah. Galang membeli banyak sekali perlengkapan bayi dan beberapa helai pakaian khusus busui. Dia duduk di belakang kemudi, lalu menunduk untuk melihat arlojinya."Dua jam lagi, Edwin pasti sudah berangkat ke kantor. Sebaiknya aku mengintai rumah orang tua Audrey," gumamnya, lalu menginjak pedal gas, melaju ke arah jalanan.Kendaraan tidak begitu ramai, sehingga perjalanan Galang cukup lancar. Dia mampir ke drive thru untuk membeli makanan dan minuman. sehingga bisa mengisi perut sembari menyetir. Sampai di sebuah perkampungan, dia memarkirkan mobil di pinggir jalan yang cukup luas, beberapa meter dari rumah Fandi. Sesuai harapan Galang, tampak dari jendela mobil depannya, Edwin keluar dan memakai sepatu. Setelah itu, Audrey menjabat dan mencium tangan suaminya."Drama yang bagus! Dari luar, tetangga mengira rumah tangga kalian harmonis. Namun, bagaimana dengan Audrey? Dia pasti kesepian!" Galang mengepalkan tangan, sambil matanya menyorot tajam ke arah Edwin di depan sana.
Read more
Bab 22. Kecemburuan Edwin
Menjelang petang, Edwin pulang. Dahinya berkerut saat melihat tiga paper bag."Apa ini?" gumamnya, lalu membuka isinya.Ada beberapa pakaian bayi, baju khusus busui, dan juga mainan untuk bayi. "Assalaamu'alaikum," salamnya, sembari memasukkan paper bag ke meja ruang tamu.Istrinya keluar dengan menggendong Dianti. Dia menjawab salam.Edwin mendekat, lalu bertanya, "Kamu beli baju busui sama buat Dianti? Terus, ada mainan juga?""Enggak, Mas. Itu tadi, mmm ...." Audrey tak meneruskan ucapannya, melainkan langsung meraih punggung tangan suaminya untuk dijabat dan dicium. "Sebentar." Edwin menaruh tas kerjanya, lalu membuka catatan kecil di tali paper bag. "Selamat atas kelahiran putri pertamanya, dan menjadi ibu baru. Semoga Adik Dianti menjadi putri yang salihah dan berbakti kepada kedua orang tua. Kalau ada apa-apa, bilang ke aku. Insyaa Allaah, selalu siap membantu. Jika suamimu jarang pulang, mungkin kamu bisa curhat padaku. Galang."Pupil mata Audrey melebar, tak menyangka Galan
Read more
Bab 23. Menghajar Galang
"Mas, bangun, Mas! Sudah Subuh. Salat dulu." Audrey membangunkan Edwin yang tampak masih terlelap.Pria itu membuka mata, lalu menjawab, "Iya.""Salat dulu. Nanti siang, bisa tidur lagi, kalau kamu nggak ke kantor." Audrey berusaha mencairkan suasana.Lirih, Edwin mengucap doa bangun tidur, lalu beranjak untuk mengambil air wudu, tanpa membalas ucapan istrinya. Terdengar tangisan Dianti, yang langsung membuat Audrey menggendongnya."Iya, Nak. Ibu di sini. Oh, anak cantik udah bangun?" ujarnya ramah, lalu duduk di ranjang untuk menyusui Dianti. "Kamu jangan rewel, ya! Tetap menyusu dan jangan hiraukan Bapakmu yang sedang marah. Insyaa Allaah nanti akan segera reda."Putri Fandi itu mencoba menenangkan hatinya dengan memandang wajah mungil si bayi, lalu membatin, 'Seorang anak akan selalu setia dan sayang pada ibunya. Kalau suami masih bisa marah, benci, dan cemburu. Terima kasih, ya Allah. Karunia-Mu begitu besar, mengamanahkan Dianti yang cantik jelita ini pada kami.'Audrey segera be
Read more
Bab 24. Cara Edwin Merebut Hati Audrey
Hari itu, Edwin bekerja seperti biasa. Dia berusaha untuk tetap profesional, meskipun di waktu senggang, terus memikirkan apa yang harus dia lakukan agar tetap mendapatkan cinta istri. Di ruangan Manajer Keuangan, Sinta sedang mondar-mandir menunggu Zofia mengangkat teleponnya. "Ayo dong, Ma! Diangkat," gumamnya. Tak lama kemudian, Zofia mengangkat telepon. "Halo? Ada apa? Kalau nggak penting, Mama tutup teleponnya!" Sinta tersentak, buru-buru menjawab, "Ed-Edwin abis bertengkar sama Galang, Ma!" "Apa?" Zofia tercengang sekaligus senang. "Mama tidak salah dengar, kan?" "Enggak, dong, Ma. Iya, tadi Edwin telat ke kantor, terus mukanya babak-belur. Dia bilang, baru aja berantem sama Galang," sahut Sinta, sedikit tenang, karena pasti Zofia senang dengan kabar itu. Zofia terkekeh. "Mama sudah prediksi, kalau ini akan terjadi. Ha ha! Memangnya enak, jadi menantu orang kaya? Jangan harap Audrey bisa mengeruk harta Papa dan Mama!" Tiba-tiba Edwin muncul dari balik pintu. "Apa? Jadi
Read more
Bab 25. Galang Tidak Menyerah
"Permisi! Paket!" Suara seorang pria terdengar dari pintu depan. Lia yang hari ini libur ke sawah, menemui pria itu ke depan. "Iya?" "Penerima atas nama Bu Audrey?" ujar kurir itu. "Dari siapa, ya, Pak?" tanya Lia, sambil menerima paket. "Pengirimnya Pak Galang, Bu," jawab kurir. Lia menggeleng pelan, lalu membatin, 'Dia lagi, dia lagi.' "Mari, Bu." Kurir itu meninggalkan rumah Fandi. "Makasih, Pak." Lia masuk ruang tamu. "Nak! Ada paket, Nak!" Audrey keluar dari kamar dengan Dianti dalam gendongannya. "Dari siapa, Bu?" Lia mengangsurkan paket itu di atas meja, agar putrinya membaca sendiri siapa pengirimnya. Mereka duduk di sofa. "Loh, Galang? Kirim apalagi dia, Bu?" Audrey memberikan Disnti oada ibunya, lalu berniat membuka paket itu. "Entah." Lia mengedikkan bahu, lalu mengambilkan gunting. Setelah Audrey membuka paket, ternyata isinya adalah berbagai model setelan gamis lengkap dengan hijabnya. Ibu-anak itu saling berpandangan. Ibu Audrey menggeleng, sambil mengembusk
Read more
Bab 26. Bulan Madu Lagi
Saat Edwin pulang dari kantor, dia melihat paket dari Galang di meja ruang tamu. Pria itu tak mempermasalahkan dan meredam rasa cemburunya. Audrey pun senang, karena bisa berdamai dengan suaminya. Tak ada perdebatan lagi ataupun air mata yang jatuh lagi.Waktu terus berlalu. Tiba saat jatah curi dari kantor, merupakan kesempatan bagi Edwin, yaitu membuat sebuah kejutan mewah nan romantis di hotel. Pulang dari masjid, Edwin mengganti koko yang dipakainya, dengan kaus dan celana panjang. Kemudian, mengambil alih Dianti dari gendongan Ratmi yang ada di ruang makan. ART itu langsung pergi ke belakang untuk mencuci baju serta popok bayi."Loh, memangnya nggak ke kantor, Mas? Tumben, gendong dedek. Biasanya udah buru-buru mandi," tanya Audrey yang baru selesai salat berjamaah dengan Lia.Dahi Lia berkerut. "Iya, seharusnya kamu siap-siap ke kantor, kan?"Edwin mengembangkan senyum, lalu menjawab, "Selama lima hari ke depan, ada jatah cuti dari kantor. Kayaknya cukup untuk kita liburan seke
Read more
Bab 27. Kebaikan Mama Mertua yang Tiba-tiba
Edwin, Audrey yang menggendong Dianti, Ratmi, Fandi dan Lia sedang duduk-duduk di area taman. Mereka makan camilan dan minum minuman yang disediakan oleh pihak hotel, tentu semua dipesan oleh putra Juna."Pak," bisik Edwin, mendekat ke telinga Fandi. "Saya mau izin berdua dulu sama Audrey, boleh? Mungkin dalam waktu yang cukup lama, kami butuh privasi.""Boleh, dong! Boleh, biar Dianti sama Bapak dulu. Mumpung nggak ke sawah, he he," canda Fandi, membuat Audrey, Lia dan Ratmi mengernyitkan kening.Edwin tersenyum. "Terima kasih, Pak." Dia langsung berdiri dan menarik tangan istrinya."Eh, tunggu dulu, Mas! mau ke mana?" tanya Audrey.Pria di sampingnya diam saja, malah mengambil alih putrinya, lalu menyerahkannya pada Fandi.Audrey bertambah bingung. "Loh, kok, malah serahkan Dianti ke Bapak? Maksudnya apa, Mas?""Udah, ayo ikut. Nanti kamu juga tahu," jawab Edwin sambil menarik tangan Audrey.Istrinya itu mau tidak mau berdiri, lalu mengikuti ke mana Edwin melangkah. "Sebenarnya kita
Read more
Bab 28. Keberanian Audrey
Zofia dan Audrey sudah sampai di depan rumah Juna. Selama di perjalanan tadi, mereka hanya diam. Zofia sempat membuka pembicaraan dengan memberi informasi kalau dia tahu satu keluarga menginap di hotel, dari postingan instastory saat makan bersama dan di-tag tempatnya. Ibu Dianti menjadi agak menyesal, mengapa harus membagikan momen itu di sosial media."Ayo, kita ke taman bunga di samping rumah! Teman-teman arisan Mama sudah menunggu di sana," ajak Zofia, sambil membuka pintu mobil."Katanya tadi di dalam rumah, Ma?" tanya Audrey, mulai curiga.Zofia terkekeh. "Iya, maksudnya di taman dekat rumah."Mereka keluar, lalu masuk ke taman, menemui teman-teman arisan Zofia."Hai, Jeng! Maaf, udah nunggu lama. Jemput menantu, nih, abis bulan madu sama anakku di hotel. Namanya Audrey," kata Zofia, memperkenalkan istri Edwin."O, jadi ini perempuan nggak tahu diri itu?" tanya temannya, membuat Audrey terbelalak.Teman yang lain menimpali, "Enak, ya? Edwin yang kerja keras, dia yang menikmati."
Read more
Bab 29. Audrey Kembali ke Rumah
Waktu terus berlalu. Dianti kini berusia dua tahun. Sejak kejadian Zofia dipermalukan, perempuan itu tidak mengganggu rumah tangga Audrey lagi. Edwin benar-benar menepati janjinya untuk tidak bertemu Mamanya. Namun, dia masih menemui Juna dan Sinta, hanya untuk urusan pekerjaan.Suatu malam, Audrey merasa mentalnya sudah pulih setelah apa yang dilakukan Zofia saat Dianti masih bayi. Dia merasa siap untuk mencoba kembali ke rumah Edwin, menghadapi mertua dan semua kakak ipar."Kamu yakin, Sayang?" tanya Edwin yang duduk di tepi ranjang."Yakin, Mas. Aku pasti bisa menghadapi mereka, walaupun mereka akan berniat jahat. Buktinya, Mama sudah nggak pernah ganggu kita lagi, kan? Pasti dia kapok karena tidak ada lagi teman sosialita yang mau menyambanginya," jawab Audrey yang sudah berbaring di kasur.Edwin menghela napas panjang, lalu mengembuskannya lagi. "Terserah kamu, aku hanya menurut. Bagiku sama saja, mau tinggal di sini atau di rumahku. Ya, walaupun perasaan kangen balik ke sana udah
Read more
Bab 30. Menantu yang Tak Dianggap
Audrey sedang berjalan dengan menuntun Dianti, menuju warung penjual makanan matang untuk sarapan. Tampak dari kejauhan, antrian yang cukup banyak, didominasi oleh ibu-ibu termasuk Zofia. Sebenarnya istri Edwin berniat mencari warung lain, tetapi dia dipanggil oleh seorang tetangga."Eh, Mbak! Sini! Kamu duluan boleh, buat si kecil," seru seorang ibu-ibu. "He he. Bukan mau beli bubur, kok." Audrey beralasan.Ibu yang lain menyahut, "Kasihan anak kecil jam segini jalan pagi tapi perutnya belum terisi. Buruan, gih! Aku ngalah. Lagian, kita udah jarang ngobrol, kan?"Mau tak mau, Audrey menurut dan mendatangi kerumunan itu. Zofia tampak tak suka dengannya."Pagi, Ma." Audrey mencoba menyapa mertuanya, tetapi tak ada jawaban.Orang-orang merasa heran, lalu mulai menggunjing tentang Zofia dan Audrey.Penjual makanan bertanya, "Kamu lagi sariawan, Jeng?"Dengan cepat, Zofia menggeleng. "Aku lapar, makanya kurang fokus.""Itu, disapa mantumu, nggak dengar?" sahut yang lain.Istri Juna tak me
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status