Lahat ng Kabanata ng Akibat Mertua Gila Harta: Kabanata 1 - Kabanata 10
100 Kabanata
Bab 1. Mertua Jahat
“Ratmi! Mi! Tolong aku!“ teriak Audrey dari toilet di dalam kamarnya. Dia adalah istri Edwin dan kini sedang hamil sembilan bulan. Seorang ART bernama Ratmi tergopoh-gopoh naik ke kamar utama. “Iya, Nyonya! Ada apa?“ “Sini, Rat! Bantu aku!“ teriak Audrey lagi. Tanpa pikir panjang, Ratmi masuk dan mencari majikannya. “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Nyonya!“ Ratmi terbelalak melihat Audrey yang terjatuh di lantai kamar mandi. Audrey mengaduh kesakitan. Beberapa menit kemudian, pingsan. “Nyonya! Aduh, gimana ini?“ seru Ratmi dengan panik, apalagi dia melihat ada darah yang mengalir di punggung kaki majikannya, yang memakai celana panjang. “Telepon Tuan Edwin!“ gumamnya sendiri, lalu menelepon tuannya. Tak ada jawaban. Edwin sedang bekerja di kantor, karena dia adalah CEO PT. Makmur Sejahtera. Mungkin saja ponselnya sedang dalam mode hening.“Ya Allah!“ Ratmi mondar-mandir. “Apa minta bantuan Tuan Juna atau Nyonya Zofia, ya?“ gumam Ratmi, menyebut kedua orang tua Edwi
Magbasa pa
Bab 2. Diadu Domba
Edwin beralih ke history call. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari dua nomor.“Ratmi miss call, terus ... Galang? Ada urusan apa dia?“ gumam Edwin, seraya mengerutkan kening. Terdengar notifikasi pesan dari Galang, berisi alamat lengkap rumah sakit tempat Audrey melahirkan, dan juga nama serta nomor ruang rawat inapnya. Edwin jadi semakin bingung. “Kenapa bisa Galang yang share lock?“ Tanpa pikir panjang, Edwin berlari ke garasi, mengendari mobilnya menuju rumah sakit. Timbul berbagai pikiran negatif tentang Galang. “Apa kau mau merusak hubungan pertemanan kita hanya karena seorang wanita?" Edwin teriak-teriak sendiri.Dia melajukan mobil semakin cepat. Tiba-tiba terbayang saat Galang mengatakan sesuatu padanya.** Satu tahun yang lalu. Edwin akan berangkat bulan madu di sebuah vila puncak bukit bersama Audrey. Mobil telah disiapkan, dan Audrey sedang menunggu di dalamnya. Dua koper besar sudah dimasukkan ke bagasi. Tiba-tiba, Galang menemui Edwin yang sedang mengunci pagar
Magbasa pa
Bab 3. Fitnah yang Kedua
“Tahu dari mana kamu?“ tanya Audrey, dengan suara melemah, dan mulai meneteskan air mata.“Dulu, dia bilang seperti itu saat kita akan berangkat bulan madu. Galang memintaku untuk menceraikanmu, karena baru sadar punya rasa sama kamu setelah kita menikah!“ jelas Edwin, membuat Audrey sangat kaget.“Tidak mungkin!“Edwin berbalik badan, hendak pergi. “Itu kenyataannya, Audrey. Apa pun yang terjadi, aku akan tetap mempertahankanmu.“Audrey menelan salivanya sendiri. “Mengapa jadi seperti ini?““Entah. Yang jelas, aku masih sangat cemburu karena kejadian tadi.“ Edwin melangkah menuju pintu.“Aku tak tahu. Mungkin ini semua rekayasa dari Mamamu?“ seru istrinya, dengan suara serak.“Maafkan aku. Sepertinya kita butuh waktu untuk menjaga jarak,” sahut Edwin.Audrey menitikkan air mata. “Aku baru saja melahirkan, dan kamu mau pergi? Bahkan kamu belum melihat bayi itu sama sekali.“Edwin diam saja, lalu pergi meninggalkan ruang rawat inap istrinya. Dia merasa gagal menjadi imam yang baik, sek
Magbasa pa
Bab 4. Perdamaian
"Aku sudah menikah dengan Audrey, Ma! Bukankah pernikahan itu akan terjadi, sekali saja seumur hidup?“ Mata Edwin melotot, tampak menakutkan sekali. “Masih ada kemungkinan. Mama ingin kamu cerai sama dia! Anaknya sudah lahir, kan?“ bentak Zofia. Edwin menggeleng, tak percaya dengan ucapan Zofia. “Tega Mama bilang seperti itu? Aku tidak akan menceraikan Audrey! Aku sangat mencintainya.“ “Percuma! Dia tak akan percaya lagi padamu. Lagi pula, siapa yang bisa mengira kalau ini akal-akalan Mama saja dengan Athena?“ Akhirnya Zofia mengaku. “Aku yakin dia lebih percaya padaku,” sahut Edwin, lalu melangkah mundur. “Semua sudah aku rekam, Ma.“ CEO itu menunjukkan layar ponselnya. Zofia melotot, rencananya untuk menciptakan fitnah dalam rumah tangga Edwin mungkin akan gagal lagi. ** Rumah sakit tampak sepi. Bau obat-obatan begitu menyengat. Langkah kaki Edwin sangat cepat, tujuannya hanya satu. Ruangan Audrey. “Assalamualaikum!“ salamnya seraya memutar knop pintu, tetapi terkunci. Edwi
Magbasa pa
Bab 5. Perbedaan Kasta
Tak berapa lama, mereka sampai di rumah Fandi dan Lia--orang tua Audrey--yang berada di sekitar persawahan. Mereka disambut dengan hangat. “MaasyaaAllaah. Cucuku. Sini-sini, Sayang,” sambut Lia, langsung merebut bayi yang digendong Ratmi. Setelah menyalami Audrey dan Edwin, Fandi tersenyum lebar ke arah cucunya. “Betapa lengkap kebahagiaan kita, Bu.“ Lia menoleh ke arah suaminya, sambil mengangguk dengan raut wajah sumringah. Edwin dan Audrey tampak kikuk, karena rumah tangga mereka baru saja terguncang. Apakah itu yang disebut dengan bahagia? Lebih baik merahasiakannya dari kedua orang tua, pikir Audrey. Ratmi masuk membawa tas besar berisi pakaian kotor milik majikannya. “Permisi, Bu. Saya izin mencuci di belakang, ya.“ “Iya. Pakai mesin cuci saja, Rat!” saran Lia. “Baik, Bu,” sahut Ratmi sambil tersenyum, yang memang sudah akrab dengan orang tua Audrey. “Edwin, mesin cuci yang kamu belikan, masih bagus sampai sekarang.“ Lia tersenyum pada menantunya. “Alhamdulillaah, Bu.“
Magbasa pa
Bab 6. Anting dan Parfum Wanita
Lia terbangun setelah beberapa saat. Dia dibaringkan di kursi ruang tamu oleh Fandi dan Audrey.“Bu! Ibu sudah sadar?“ panggil Fandi, tak sabar melihat keadaan istrinya.Audrey mengusap air matanya. Dia sedih sekaligus panik kalau sampai ibunya sakit, karena kejujurannya tadi.“Iya, Pak. Aku ….“ Lia mengumpulkan kesadaran dalam beberapa menit, lalu ingat tentang kenyataan kalau Audrey telah dicampakkan oleh keluarga besannya.“Ibu … maafkan aku, terpaksa jujur. Seharusnya, aku bisa menutupi keburukan keluarga suamiku, dan menghadapi masalah sendiri, tanpa melibatkan Ibu dan Bapak,” keluh Audrey, merasa bersalah.Lia menggeleng cepat, sambil menangkupkan kedua tangannya di pipi sang putri. “Tidak, Nak. Kamu tidak salah. Ibu hanya syok, anak yang kami besarkan dan kami rawat dengan sangat baik … bisa-bisanya diperlakukan seperti ini! Ibu tidak terima, Nak!"“Sudah, Bu. Sabar, sabar!“ pinta Fandi, yang sepertinya tak didengar oleh Lia.“Pak, bagaimana Ibu bisa sabar? Mereka nggak pernah
Magbasa pa
Bab 7. Kecurigaan Audrey
“Ada apa, Bu?“ tanya Ratmi yang baru selesai Salat Subuh dan hendak mencuci.Audrey menyembunyikan anting-anting itu di balik sakunya. “Enggak apa-apa, Rat. Jasnya Mas Edwin yang ini nggak begitu kotor. Lagi pula mencucinya pakai tangan, besok aku aja, ya.“"Oh. Iya, Bu.“ Ratmi mengembangkan senyum di bibirnya.“Ya udah, tolong rebuskan air untuk minum!“ perintah Audrey, lalu berjalan ke kamar.Audrey mendapati suaminya sedang mengelus rambut Dianti dengan penuh kasih sayang.Perempuan itu menarik napas panjang, lalu mengembuskannya kembali. Berusaha untuk menepis pikiran negatif yang sempat muncul.“Mama datang, Sayang!“ seru Edwin, yang melihat kedatangan istrinya, lalu kembali memperhatikan Dianti.Langkah Audrey semakin mendekat. “Mas, aku mau tanya sesuatu.““Tanya apa?“ Edwin mengerutkan dahi.“Kamu beli anting?“ tanya Audrey, sambil duduk di samping Edwin.“Anting? Enggak,” jawab suaminya, dengan mengerutkan dahi.Audrey menunjukkan anting di tangannya. “Aku menemukan ini di ka
Magbasa pa
Bab 8. Rencana Athena
Edwin tersadar dari lamunannya, lalu menyusul Audrey ke kamar. Namun, pintunya tertutup."Sayang! Tolong buka pintunya! Aku mau bicara," panggilnya, sambil mengetuk-ngetuk pintu."Mau bicara apa lagi, Mas? Aku butuh waktu sendiri!" sahut Audrey, dengan suara serak.Edwin menarik napas panjang, lalu mengembuskannya kembali. "Aku mau siap-siap ke kantor."Tak berapa lama, Audrey membuka pintu, lalu langsung berlari dan berbaring di kasur dengan menangkupkan bantal di wajahnya.Edwin menyiapkan segala keperluannya sendiri, karena tahu Audrey sedang sedih dan tak mau diajak bicara.Setelah selesai mandi dan berpakaian rapi, dia sarapan sendiri tanpa Audrey.Makanan memang sudah disiapkan oleh Ratmi, tetapi terasa sepi karena tak ada sang istri yang menemani.Edwin segera berangkat ke kantor seperti biasa. Dia menyapa para karyawannya, lalu masuk ke ruangannya. Di tengah-tengah bekerja, dia memikirkan kejadian kemarin.“Aneh. Kenapa anting itu bisa ada di kantong jasku, ya? Lagi pula, aku
Magbasa pa
Bab 9. Edwin Dijebak Athena
“Ya Allah!“ seru Edwin sambil membantu ibu itu hingga bisa berdiri, juga merapikan sayuran mentah yang berjatuhan ke dalam kotak kecil di atas sepeda kayuh.Ibu penjual sayur itu tersenyum. “Terima kasih banyak, ya, Nak. Kamu baik sekali."Edwin mengangguk sambil membalas senyuman beliau. “Sama-sama, Bu. Tadi kenapa bisa jatuh?““Begini, loh, Nak. Tadi, saya lewat jalan yang agak menanjak ini buat menuju kampung, jualan sayur. Biasanya aman-aman saja. Terus nabrak batu kecil. Sepedanya goyang-goyang, dan karena saya nggak bisa imbangin, terus jatuh. Sayurannya juga berceceran gini," jelas Ibu itu, sambil meringis kesakitan."Mari saya bantu, Bu," sahut Edwin, dengan sigap membantu perempuan paruh baya itu, sehingga sayuran-sayuran tertata kembali seperti semula.Ibu itu mengembangkan senyum, membuat guratan di wajahnya semakin jelas. "Terima kasih, Nak.""Sama-sama, Bu. Saya permisi dulu," sahut Edwin, lalu mendekati mobilnya lagi.CEO itu agak terkejut, melihat Athena ada di sana."
Magbasa pa
Bab 10. Diusir Audrey
"Hah! Ini pasti kerjaan si Athena!" gumam Edwin kesal, lalu keluar dari taksi, tak lupa membawa tas kerjanya. Di teras rumah, Audrey sedang menggendong Dianti, ditemani Fandi dan Lia. Edwin menarik napas dalam-dalam, sebelum mendekat. "Assalamu'alaikum." Mereka menjawab salam secara serempak. "Loh, Mas? Jam segini, kok, sudah pulang? Terus kenapa kamu berkeringat kayak gini, sih? Abis lari-lari?" tanya Audrey. Suaminya menjawab, "Athena menjebakku lagi, Sayang." Audrey terbelalak. "Apa?" Kedua orang tuanya terkejut, karena belum tahu siapa itu Athena. Lia mengambil Dianti dari gendongan Audrey. Sepertinya ada hal penting yang harus mereka bicarakan. "Maaf, Bapak, Ibu. Saya meminta izin untuk bicara berdua dengan Audrey," pinta Edwin, sopan Setelah diizinkan, Edwin dan Audrey menuju kamar. Tiba-tiba ada pesan dari nomor tak dikenal di ponsel Audrey. [Kamu yakin suamimu itu setia, Audrey? Coba cek ponselnya.] Istri Edwin itu tercengang. "Sayang, tadi Athena ...." Audrey me
Magbasa pa
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status