Semua Bab Hamil anak siapa?: Bab 41 - Bab 50
98 Bab
Rumah baru
Risa menuruti kemauan Arkana, ia memasak. Malam itu Risa memasak iga bakar dan puding buah-buahan. Dua masakan sederhana tanpa banyak macam yang biasanya jika ada Devinta, satu meja makan penuh dengan makanan yang ujung-ujungnya tidak habis dimakan. Deva turun dari lantai dua, menghampiri Risa yang sedang menata meja makan. “Kalian mau pergi dari sini, kan.” tanya Deva dengan nada ketus. Risa menoleh, tersenyum seraya mengangguk. Arkana baru tiba, ia berjalan masuk ke dalam rumah, Deva menoleh menatap papanya dengan tatapan kesal. “Mereka besok pergi dari sini, ‘kan, Pa?” tanyanya dengan penuh penekanan. “Kenapa kamu tanyanya begitu, Deva?” Arkana tak percaya putranya bisa bicara seperti itu. “Deva nggak suka! Mama pergi karena mereka!” teriak bocah laki-laki itu lalu kembali ke kamarnya. Arkana menghela napas panjang, ia mengendurkan dasi yang masih melingkar di kerah bajunya. Risa tersenyum masam. “Deva jadi salah sangka dan benci aku sama Nadia. Apa kamu tau, perlakuan Deva
Baca selengkapnya
Cemburu (1)
Risa berjalan ke depan rumah, diikuti Nadia yang menyambut ayahnya dengan senyuman. “Ngapain ke sini?” tanya Risa dengan wajah sedikit angkuh, seperti tidak suka dengan kehadiran lelaki itu. Arkana melirik ke mobil terparkir. “Ada Raka,” tanyanya ketus. Tampak dari tatapannya juga langsung menunjukkan ketidak sukaannya. “Iya.” “Nadia udah makan belum? Kamu juga?” Arkana menyodorkan dua kantong plasik besar berisi makanan cepat saji juga ke arah Risa. “Udah, tadi Raka beliin.” Ternyata jawaban Risa membuat Arkana terpancing kesal. Ia berjalan cepat ke arah rumah, masuk melewati Nadia yang mendongak sambil menatap bingung ke ayahnya. “Keluar anda dari sini.” usir Arkana sambil menunjuk ke arah pintu. Raka beranjak dari duduknya, tersenyum dingin sambil memakai jas mahal miliknya. Tanpa bersuara apa pun, Raka berjalan keluar dari rumah itu, tak lupa ia mengecup kening Nadia dan menepuk bahu Risa sebelum menuju ke mobilnya. Risa mengajak Nadia masuk, lalu meminta putrinya menonton T
Baca selengkapnya
Cemburu (2)
“Ngapain ke sini lagi, sih,” gumam Risa yang mengintip dari balik gordyn. Arkana kembali berjalan masuk, Risa bersandar pada ambang pintu sambil menatap garang. “Kenapa, nggak boleh nginep di sini.” Arkana terus berjalan hingga duduk bersama Nadia di atas karpet halus. “Home sweet home,” ucap Arkana. Tingkahnya seperti anak kecil yang lama tak pulang ke rumah. Risa tak tau harus apa, ia akhirnya memutuskan ke dalam kamar, meninggalkan Nadia bersama Arkana. Risa membaca buku materi kuliah, sudah hampir satu jam berlalu hingga terdengar suara Nadia yang mengatakan jika ia sudah mengantuk. “Ayo bobo,” ajak Risa. Nadia naik ke atas ranjang, Risa bersiap menyelimuti karena AC cukup dingin saat dipasang disuhu 20 derajat celsius. “Nadia bobo sama Ayah, ya. Mau dibacain cerita nggak? Deva dulu suka Ayah bacain dongeng.” Nadia menggelengkan kepala. “Nadia udah besar,” jawabnya. Arkana tergelak sambil duduk di tepi ranjang. “Yaudah, baca doa gimana?” tawarnya. “Mau, Ayah bisa?” “Ya bisa
Baca selengkapnya
Pertemuan
Arkana tidak bisa tidur, badannya miring kanan dan kiri, lalu duduk, terlentang lagi, tetap tak bisa memejamkan mata. Ia kesal, lalu mengusak rambutnya. Dilihatnya jam dinding, masih di angka setengah dua belas malam. Kepalanya menoleh ke kiri, tepat pada pintu kamar yang ditiduri Risa bersama Nadi. Arkana mengulum senyum, lalu beranjak sambil membawa bantal yang diberikan Risa. Tangannya memegang gagang pintu, di dalam hati berdoa supaya tidak dikunci, dan benar saja karena pintu terbuka. Arkana berjalan begitu pelan masuk ke dalam kamar dengan AC yang menyejukkan tubuhnya dalam seketika. Ranjang ukuran besar itu memang bukan dirinya yang beli, siapa lagi kalau bukan Raka, walaupun kesal Arkana tetap duduk di tepi ranjang. Ia melihat Risa dan Nadia terlelap, tak tega untuk membangunkan Risa guna meminta izin tidur di kamar itu, Arkana langsung saja merebahkan diri di samping Risa, masa bodo jika nanti Risa marah, baru ia minta maaf dan izin untuk tidur di kamar. Risa bergeliat, lal
Baca selengkapnya
Terbongkar
Devinta menjadi kelu, lidahnya tak mampu berucap sepatah kata. Hanya mata terus menatap tajam juga tak suka kepada Raka yang masih berbicara, membuka semua kenyataan yang akhirnya perlahan masuk ke dalam diri wanita yang kini sudah tidak tahan dengan lelaki itu. Brak! Ia menggebrak meja, tatapannya penuh kemarahan ke arah Raka yang bertepuk tangan, begitu puas menatap target sudah tidak punya senjata apa pun untu membela diri. “Jadi, bagaimana? Kalian sudah tau siapa saya, dan apa yang terjadi dengan Devinta bersama Kakak saya di masa lalu hingga menghasilkan … Deva.” Kalimat terakhir membuat Arkana menoleh cepat, menatap marah ke Devinta dengan tangan terkepal. “Katakan, kalau yang Raka bilang tadi, bohong, Devinta.” geramnya. Ratu tersenyum tipis, ia tak bersuara, hanya di dalam hatinya merasa puas setelah mengetahui rahasia itu terbuka oleh Raka sendiri. Vikal memijit pangkal hidungnya, ia tak menyangka selama ini adik bungsunya dibohongi oleh istrinya sendiri. “Well, sekarang
Baca selengkapnya
Pertemuan keluarga
“Pulang kerja, aku ke sini jemput kamu dan Nadia,” ujar Arkana, kemudian ia mencium kedua pipi Nadia, tak luput Risa yang ditatap dengan wajah begitu penuh rasa lega. Ia tersenyum, tangannya meraih jemari Risa. “Dandan yang cantik, kamu harus tunjukkan siapa kamu, Sa.” “Nggak perlu, aku mau jadi aku apa adanya,” tolak Risa. “Sesekali, aku mohon.” Bibir Arkana menempel pada kening Risa, tapi kemudian Risa mundur, menjauh dari Arkana. “Jangan seenaknya.” ketus Risa. Arkana meringis, ia melirik Nadia yang hanya bisa tertawa pelan. “Nadia, mau adik cewek atau cowok?” Sontak saja Risa memukul lengan Arkana lalu mendorong suaminya segera keluar dari dalam rumah. “Jangan asal ngomong!” tegur Risa kesal sambil bersedekap di hadapan suaminya yang menatapnya dengan tatapan sayu. “Lupa, kamu istriku, Sa. Kita harus bersa– aduh! sakit! “ keluh Arkana dengan ringisan karena Risa mencubit pinggang lelaki itu. “Biar kamu tau rasa. Kalau ngomong seenaknya. Lagian … kamu pikir aku mau punya ana
Baca selengkapnya
Cinta yang tertunda
Arkana tak henti tersenyum, saat ia melihat Risa merapikan baju kerjanya ke dalam lemari pakaian milik Risa. Lelaki itu merebahkan diri di atas ranjang, bersama Nadia yang asik menggambar. Risa melirik sesekali, lalu kembali fokus menata baju. “Besok pergi, yuk,” ajak Arkana. “Kemana, Yah?” toleh Nadia sambil menunjukkan senyum manisnya. “Ayah mau ke tempat dekorasi kamar kamu. Kamu nggak boleh tidur sama Bunda selamanya, udah besar.” Jemari Arkana mencolek hidung putrinya yang mengangguk paham. “Jangan manjain Nadia, kami terbiasa dengan hal yang sederhana.” Kalimat Risa tidak disukai Arkana. “Manjain anak emang nggak boleh?” timpal Arkana sambil menatap Risa dari posisinya yang masih santai tiduran. Risa diam, tak mungkin juga ia larang, toh, kalaupun dirinya yang ada uang, pasti manjain Nadia. “Nadia, kamarnya mau ada gambar atau–” Arkana terduduk, ia meraih tablet miliknya, lalu menunjukkan beberapa gambar desain kamar. Nadia dan Arkana tampak asik juga seru memilih desain i
Baca selengkapnya
Sudah keputusan
“Lepas!” teriak Devinta saat Raka menyeretnya berjalan sambil mencengkram pergelangan tangan. Berkali-kali Devinta berusaha melepaskan, tapi Raka semakin kuat menggenggam. “Ah! Sakit, Raka.” Suara penuh permohonan tidak juga dihiraukan Raka. Ia membuka pintu mobil, mendorong Devinta masuk ke dalam kursi penumpang bagian depan lalu membanting pintu dengan kencang. Devinta tidak keburu membuka pintu untuk kabur, karena Raka bergerak cepat hingga sudah duduk di balik kemudia. “Kamu mau bawa aku ke mana!” teriaknya. Devinta bahkan memukul bahu Raka. “Diam!” balas Raka. Tangannya segera menyalakan mesin mobil yang cukup ia sentuh, lalu menginjak pedal gas hingga mobil berjalan. “Deva kamu bawa ke mana! Anakku kamu bawa ke mana, Raka!” Masih saja Devinta terus memukuli Raka. Lelaki itu tak menjawab, matanya lurus menatap ke arah jalanan di depannya. Devinta mengatur napasnya yang memburu cepat akibat emosi, tapi derai air mata membasahi wajah yang berusaha ia hapus dengan punggung tangan.
Baca selengkapnya
Bukan Mimpi Buruk
Sudah satu minggu, Devinta berada di salah satu di rumah itu. Ia menatap pantulan diri di depan cermin, terlihat wajahnya layu, ada juga bekas memar pada tangan dan leher karena perbuatan Raka. Devinta rindu dengan Deva, ia ingin menghubungi putranya yang entah ada di mana, sampai detik itu, Raka tidak memberitahu kepadanya. Suara pintu terbuka membuat ia beranjak, berjalan keluar kamar lalu mendapati Raka berjalan ke arahnya sambil melemparkan jas ke arah Devinta. Devinta memungut jas, juga sepatu dan tas kerja. Raka membuka kulkas lalu meneguk air mineral hingga tandas, kemudian membuang botol di tempat sampah. “Kamu mau makan sekarang?” tanya Devinta berusaha bersikap baik, siapa tau saat Raka lengah, ia bisa kabur. “Belum. Nanti. Kamu. duduk sini.” panggil Raka bernada dingin. Devinta mendekat, duduk di kursi meja makan bersisian dengan Raka yang membuka laptop. “Rapikan penampilan kamu, aku nggak mau Deva curiga. Semua ini harus dirahasiakan dari anak Rama dan kamu.” lirik si
Baca selengkapnya
Saling mendamba
Risa membuka kedua matanya, ia melihat Arkana masih tertidur pulas sambil memeluknya erat. Mereka bermain sangat panas dan saling menyebut nama. Risa menggigit bibir bawahnya, mengingat adegan ranjang semalam, membuatnya malu sendiri. “Aku tau aku gagah perkasa juga tampan, puas lihatin suamimu, hum?” Arkana membuka sebelah matanya. Risa tersenyum, ia mendekat, mengecup bibir Arkana lalu beranjak. “Mau kemana?” tanya Arkana dengan suara serak. “Aku lapar. Mau pesan makanan, kamu juga pasti lapar, ‘kan?” Risa menguncir tinggi rambut panjangnya. Arkana beranjak cepat, ia memeluk Risa yang masih berdiri di depan cermin. Kedua matanya menatap leher Risa yang banyak tanda merah hasil karyanya. “Sshh… banyak banget, Sa, malu kelihatan orang,” bisik Arkana lalu mengecup beberapa kali leher mulus istrinya. “Bukannya, lama-lama nanti hilang sendiri?” Arkana mengangguk. “Tapi lama. Kamu ke kampus nggak bisa pakai kaos biasa. Harus kemeja dan kamu gerai rambut kamu ini.” Pelukan Arkana se
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status