All Chapters of Hamil anak siapa?: Chapter 21 - Chapter 30
98 Chapters
Tidak butuh
"Apa Bapak ... kalau masih ada, sayang Nadia, Bunda?" Ia masih sesenggukkan, Risa membawa Nadia duduk di tempat menjemur pakaian, berada di sudut halaman belakang, tak terlihat orang-orang."Pasti, Nadia. Bapak Pasti sayang Nadia. Udah, ya ... jangan nangis lagi. Anak Bunda jelek kalau nangis. Hidungnya merah kayak jambu air," goda Risa."Iya. Nadia lupa, kata Bunda nggak boleh cengeng," lanjutnya. Nadia lalu menghapus sisa air mata dengan punggung tangan."Nadia ... mau dengar cerita tetang Bapak lagi, nggak?" Risa memberikan ide."Mau, Bun!" pekik Nadia sambil merebahkan kepala di atas paha Risa yang tertutup celana panjang warna hitam."Oke, Bunda mau cerita, ya ... Bapaknya Nadia itu orang hebat, kuat dan murah senyum. Hatinya lembut juga baik kepada semua orang. Nadia ingat, Bunda pernah bilang kalau Bapak kerjanya di mana?""Di laut. Di kapal besarrr ....""Iya. Coba Nadia bayangin, wajah Bapak, kayak gimana?" Risa mengelus kepala Nadia yang terpejam."Ganteng, Bunda. Pelaut heb
Read more
Tukang kebun baru
Risa sudah dua bulan bekerja di rumah keluarga Bagas, desas desus tentang Nadia mulai merebak diantara para pekerja di rumah megah itu. Pasalnya, wajah Nadia mirip dengan Arkana. Semenjak Risa bersitegang dengan lelaki itu, sama sekali Arkana tidak bersikap seperti saat ia mencoba dekat dengan Nadia. Ia bahkan begitu tak acuh.Risa yang tak peduli, perlahan ia bisa memikirkan harus melakukan apa supaya Arkana perlahan tersiksa dengan kehadirannya. Ia hanya ingin satu hal, Arkana harus merasakan bagaimana melihat putrinya begitu membanggakan ayahnya tapi, Arkana tidak akan bisa mendekat bahkan sekedar memeluk.Pintu gerbang terbuka, mobil Arkana datang dari kantor. Kehadiran lelaki itu disambut Deva yang berdiri di teras rumah. Risa dan Nadia sedang menyapu halaman, tepatnya, Nadia hanya duduk di pinggir taman.Kedua mata Nadia melihat Arkana tersenyum menyambut Deva yang segera memeluk pria itu. Nadia memalingkan wajah, menatap bundanya yang sedang memungut dedaunan kering untuk dimas
Read more
Bagian rencana
Mengapa seorang anak butuh sosok ayah? Karena ada sebagian peran penting ayah yang tidak bisa ditutupi seorang ibu, pun sebaliknya.Nadia duduk sambil mewarnai buku yang dibeli Risa di pasar. Crayon kecil sebanyak dua belas warna membuat Nadia bisa berkreasi sesuka hati. Bibir mungilnya bersenandung lagu anak-anak, pelangi.Raka datang, ia baru selesai merapikan rumput taman dan akan lanjut merapikan tanaman bougenvile yang ada di utara rumah."Nadia, warnain apa?" Raka melepaskan topi dan sarung tangan. Kaos hitam lengan pendek, celana jeans warna biru yang sudah pudar warnanya menjadi pakaian ia hari itu."Warnain buah-buahan, Om. Om Raka udah selesai kerja?" Nadia menatap sejenak sebelum kembali melanjutkan mewarnai."Lagi istirahat, nanti lanjut di belakang sana. Bunda mana?" Raka memang sejak pagi tidak melihat Risa."Bunda lagi ambil baju Tuan dan Nyonya di laundry, habis itu ke pasar, baru deh, pulang," jawabnya."Nadia udah minum susu belum? Om ambilin, ya." Tanpa Nadia menjaw
Read more
Senyuman Raka
"Raka, bilang, maksudnya apa?" Risa bersedekap, ia tak mau Raka banyak basa basi. Wajah lelaki di hadapannya menunjukkan tatapan serius. "Deva bukan anak Arkana." Risa terkejut, kedua matanya membulat sempurna, ia tak percaya. Dengan cepat menggelengkan kepala. "Jangan bohong kamu!" ketusnya. Raka menarik napas panjang lalu menghembuskan perlahan. Tangan Raka meraih ponsel, lalu menunjukkan sesuatu di sana. "Ini Kakakku, Firman namanya, dan dia Ayah biologis Deva. Risa, lihat aku," pintanya. Risa mendongak, menatap Raka. "Arkana lihat kita dari jendela di lantai dua, aku minta kamu ikutin perintahku. Sebelum aku lanjut cerita." "Apa?" "Ini," ucap Raka sambil tangannya membelai lembut kepala ibu dari Nadia kemudian membawa ke dalam pelukannya. "Diam sebentar, aku tau Arkana pasti nggak karuan rasanya, dia mulai menginginkan kamu karena sudah menjaga dan melahirkan anak di dalam kandungan kamu. Ayo duduk di sana," ajak Raka ke kursi taman dengan posisi Risa memunggungi posisi Ar
Read more
Mau sekolah
Rumah mereka mendadak ramai dengan para keponakan Arkana, anak dari kakak-kakaknya. Sebagai bungsu, ia senang jika rumahnya ramai karena putrnya, Deva, bisa bermain. Hari sabtu itu dijadikan hari bebas makan dan bermain di sana. Devinta sudah meminta Bu Sumi dan Risa memasak makanan yang sesuai permintaan anak-anak. Hanya Deva yang tidak diperbolehkan makan sembarangan, ia tetap makan sesuai dengan anjuran dokter gizi. Seperti siang itu, saat semua sepupunya dengan Leon sebagai yang tertua menikmati lasagna bersama tiga sepupu lainnya, Deva hanya menatap iri sambil menikmati brokoli kukus yang diberikan Devinta juga puding almond. Arkana sedang main golf bersama ketiga saudara kandungnya, mereka memang selalu menjadwalkan bertemu walaupun sambil olahraga. Deva berjalan ke arah taman belakang, ia melihat Risa duduk bersama Nadia sambil menikmati kue bolu coklat yang Risa beli di toko kue dekat pasar. Perlahan, Deva meneguk air liurnya. Ia ingin menikmati kue itu, tapi hanya bisa m
Read more
Ajakan Ratu
"Maaf sayang, belum bisa, ya. Kita belajar sendiri aja, Bunda bisa ajarin kamu semuanya. Jangan nangis, peluk Bunda lagi," pinta Risa saat ia dan Nadia duduk di dekat kolam renang villa. Nadia masih sesenggukan, ia ingin bersekolah. Risa sendiri perasaannya remuk, ia tak bisa memberikan hak anaknya untuk pendidikan yang baik, sekuat tenaga ia pendam semua sendiri.Tahun ajaran baru dimulai, Deva sudah kelas satu SD dan sudah siap ke sekolah. Nadia sedang membantu Risa menyapu halaman, dedaunan kering banyak berguguran, seperti harapannya yang rontok untuk sekolah dan memiliki teman.Senyum Nadia perlahan mereka, walaupun sudut bibirnya bergetar pelan. Ia sedih."Nadia," suara Raka terdengar."Om Raka?"Raka mengangguk, ia berjongkok di depan Nadia dengan membawa tas sekolah gambar barbie juga sepatu sekolah. "Nadia bisa sekolah, Om yang temani, mau?""Mau! Mau, Om! Tapi di mana?" Nadia memeluk tas yang diberikan Raka."Di tempat teman Om, mulai besok, ya. Om bilang ke Bunda dulu. Ayo
Read more
Terpesona
Risa juga Nadia merasa gugup saat melangkah di sisi Ratu. Orang sekeliling menatap heran juga kaget dengan siapa yang ada di sebelah wanita karir cantik, sukses di pekerjaan juga rumah tangga. Siapa yang tidak tau Ratu. Mereka tiba di salon mal tersebut. Mal yang sukses dibangun Arkana sebagai pemimpin proyek, ia juga yang mendisain bangunan itu. "Bu Ratu, apa kab--" petugas salon merasa jijik melihat Risa juga Nadia. Namun, Ratu berbisik, mengucapkan kalimat yang membuat wanita tadi tersenyum lebar. "Baik, Bu. Silakan, ikut saya ke sebelah sini," ajaknya. Risa dan Nadia melangkah, kemudian tiba di ruang VIP yang hanya ada dua meja rias, dua ranjang untuk luluran, dua kursi dengan wastafel untuk bilas rambut, televisi layar datar menempel pada dinding, juga lemari berisi camilan. "Sa, saya keluar sebentar, ya." Ratu pamit, lalu Risa dan Nadia mulai mengikuti arahan petugas salon yang tak lama muncul tiga orang lainnya untuk membantu. Risa mulai sadar setelah ia dan Nadia selesai d
Read more
Usapan lembut
Gila! Sungguh gila bagi Arkana, juga Devinta. Masing-masing dari mereka merasakan sengatan tak biasa. Rasa itu muncul, perlahan namun mampu membuat terus terpikir.Risa beranjak, pamit pulang bersama Raka dengan menggunakan taksi. Nadia menyalim kedua tangan tuan dan nyonya Bagas. Pun kepada Ratu juga suaminya. Dua kakak Arkana yang lain belum tau tentang status Nadia. Ratu masih ingin menutupi, ia belum menemukan jalan keluar yang tepat."Terima kasih untuk hari ini, Mbak Ratu," ucap Risa saat Ratu mengantar hingga keluar ruangan."Sama-sama, hubungi aku kalau butuh sesuatu, ya." Kemudian Ratu berbisik di telinga Risa. "Ada hadiah untuk kalian, sudah di rumah, aku mohon, gunakan dengan baik. Peluk untuk keponakanku ya, Risa, aku bahagia, walau Nadia tidak bisa ada bersama kami. Kamu tidak membunuhnya akibat kebejatan adikku." Ratu memundurkan wajah, tersenyum begitu tulus. Risa mengangguk, ia menggandeng tangan Nadia lalu Raka menunduk sopan untuk pamit kepada Ratu dan suaminya.Di d
Read more
Permainan berlanjut
Sesampainya di rumah, Raka tersenyum sinis menatap Risa yang baru tiba. Raka mengenakan kaos lengan buntung dengan celana pendek warna biru tua sepaha. Raka meminta Risa duduk. "Gimana?" tanyanya. "Ka, apa nggak keterlaluan. Kita jadi kayak merusak rumah tangga mereka?" Risa menatap takut. Raka tersenyum sambil mencubit gemas pipi Risa. "Jangan terlalu polos, Sa. Tanpa mereka sadari, sudah ada yang bermain api sejak lama. Hanya saja, pintar menutupi." Raka duduk menyilang kaki, Risa menghela napas panjang, duduk di sebelah Raka yang merangkul bahunya. "Kamu aku anggap seperti Kakakku, Risa, aku nggak akan jatuh cinta sama kamu, jadi ... kamu nggak perlu takut aku mendadak bersikap seolah aku cinta sama kamu. Ini bagian rencana." Risa menoleh cepat, menatap Raka. "Kamu ... suka sama Devinta?" "Nggak, ya ... nggak tau nantinya, tapi aku mau dia yang begitu. Aku hancurkan Devinta dengan cara yang nggak akan dia lupakan seumur hidup." Raka tersenyum sinis. Benar, di kamarnya, De
Read more
Serangan Raka dan Risa
Arkana berjalan memasuki rumah sambil melepaskan dua kancing atas kemeja yang dikenakan, tatapannya memindah sekeliling, tak tampak orang-orang. Lalu langkahnya mengarah pada sumber suara yang sayup terdengar telinganya.Langkahnya terhenti saat ia melihat Deva tertawa riang bersama para pekerja di rumahnya, termasuk Risa yang sedang memeluk Deva erat, layaknya ibu mencintai anaknya dengan sepenuh hati, tanpa ada aturan ketat.Deva sendiri nyaman diperlakukan seperti itu, Nadia bahkan ikut memeluk Risa dari belakang, mencium pipi bundanya yang terpejam sambil tertawa. Di dalam dada Arkana ada gemuruh yang muncul, perasaan senang hingga membuat ulu hatinya terasa linu melihat hal itu.Kedua kakinya melangkah lebar, dengan kedua tangan ia masukan ke saku. CEO tampan, gagah, dengan bahu lebar, bibir merah karena bukan perokok, rambut hitam lebat ditambah bulu-bulu halus yang tumbuh di sekitar rahang, membuatnya begitu sempurna menjadi sasaran empuk para pemburu suami. Iya, Arkana masuk k
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status